Waduh! Teluk Jakarta Tercemar Buangan Pabrik Paracetamol

Jum'at, 01/10/2021 21:25 WIB
Teluk Jakarta tercemar limbah pabrik Paracetamol (Kumparan)

Teluk Jakarta tercemar limbah pabrik Paracetamol (Kumparan)

Jakarta, law-justice.co - Teluk Jakarta tercemar oleh paracetamol, menurut riset terbaru. Obat puyeng tersebut ditemukan dalam konsentrasi tinggi di perairan Ancol dan Angke.


Penemuan paracetamol di Teluk Jakarta ini dilaporkan tim peneliti Indonesia dan Inggris dalam sebuah artikel ilmiah di jurnal Marine Pollution Bulletin pada Agustus 2021. Dalam laporan tersebut, para peneliti menganalisis limbah yang diambil dari lima situs sampel berbeda pada 2017 dan 2018, yakni Angke, Ancol, Tanjung Priok, Cilincing dan Teluk Eretan di Pamanukan, Jawa Barat. “Menariknya, konsentrasi tinggi parasetamol terdeteksi di Angke (610 ng/L) dan Ancol (420 ng/L), keduanya di Teluk Jakarta,” kata para peneliti dalam laporan mereka.


Paracetamol sendiri merupakan salah satu obat pereda nyeri yang paling populer di dunia. Peneliti mencatat bahwa konsumsi paracetamol mencapai ribuan ton per tahun.


Peneliti menjelaskan bahwa paracetamol memiliki tingkat larut yang tinggi hingga lebih dari 90 persen di instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Meski demikian, paracetamol masih terdeteksi dalam limbah cair pada tingkat hingga 200 g/L. Biasanya, konsentrasi parasetamol yang ditemukan di perairan laut berada pada kisaran puluhan ng/L.

Temuan paracetamol di Teluk Jakarta menjadi kekhawatiran para peneliti karena konsentrasinya lebih tinggi daripada perairan tercemar lain yang tercatat.


Konsentrasi paracetamol yang dilaporkan di Angke dan Ancol, misalnya, 12 hingga 18 kali lebih tinggi ketimbang konsentrasi maksimum 34,6 ng/L yang dihitung peneliti lain di perairan pesisir Brasil pada 2016 lalu.


Paracetamol di Angke dan Ancol juga lebih tinggi ketimbang konsentrasi paracetamol di pantai utara Portugis berkisar antara 51,2–584 ng/L dengan rata-rata 95,2 ng/L. “Senyawa tersebut tidak terdeteksi di lokasi lain dalam penelitian kami, meskipun berpotensi hadir pada konsentrasi rendah, di bawah batas deteksi peralatan (50 ng/L),” jelas peneliti.


“Namun demikian, karena data kami bertindak sebagai hasil awal dan hanya menunjukkan cuplikan lokasi pengambilan sampel, penyelidikan lebih lanjut untuk mengonfirmasi temuan ini sangat dianjurkan.”

Peneliti tidak menyelidiki secara pasti dari mana asal muasal limbah paracetamol ini. Namun, mereka menjelaskan bahwa dua lokasi limbah paracetamol di Teluk Jakarta berada di muara dua sungai besar, yakni Angke dan Ciliwung.


Kedua sungai tersebut terbilang cukup dekat dengan paparan limbah rumah tangga dan industri, serta kawasan permukiman dan komersial.

Terlepas dari mana limbah paracetamol ini berasal, penemuan konsentrasi obat puyeng itu di Teluk Jakarta menggarisbawahi risiko bagi keamanan pangan di daerah sekitar. “Kesimpulan lain yang mengkhawatirkan dari polusi farmasi adalah masalah keamanan pangan dan perikanan yang berbasis di daerah yang tercemar tersebut. Angke dan Ancol adalah aquafarm yang populer dan lokasi pasar sentral untuk produk laut di Jakarta,” kata para peneliti.


Peneliti menjabarkan bahwa efek merugikan dari limbah yang dilaporkan di Teluk Jakarta termasuk (namun tidak terbatas pada): kematian ikan, hipoksia, eutrofikasi dan seringnya ledakan alga beracun, berkurangnya populasi ikan total dan tingginya tingkat kontaminasi dalam makanan laut.


“Liputan media dalam beberapa dekade terakhir telah menyoroti perdebatan yang sedang berlangsung mengenai kontaminasi makanan laut yang bersumber dari Teluk Jakarta,” tulis peneliti. “Produk farmasi mungkin merupakan entri terbaru dalam daftar panjang polutan yang mencemari makanan laut.”

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar