Sebut TNI Disusupi PKI, Agum Gumelar: Gatot Nurmantyo Terlalu `Gopoh`!

Rabu, 29/09/2021 07:52 WIB
Agum Komunis Damai Jika Belum Kuat, Lalu Rebut Kekuasaan Jika Kuat! (liputan6).

Agum Komunis Damai Jika Belum Kuat, Lalu Rebut Kekuasaan Jika Kuat! (liputan6).

Jakarta, law-justice.co - Pernyataan Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn), Gatot Nurmantyo soal PKI menyusupi TNI AD mendapat kritikan dari mantan Komandan Jenderal Kopasus, Jenderal (Purn) Agum Gumelar.

Agum menilai pernyataan Gatot terlalu terburu-buru dan hanya menimbukan kegaduhan.

“Ini terlalu gopoh (terburu-buru) Saudara Gatot Nurmantyo,” kata Agum yang juga merupakan Ketua Umum Persatuan Purnawirawan Warakawuri dan TNI-Polri (Pepabri) ini dalam program Sapa Indonesia Malam di Kompas.TV, Selasa (28/9/2021).

Agum Gumelar meminta Gatot tidak membuat statement yang terlalu bombastis dan menimbulkan kegaduhan.

“Padahal hal yang harus kita hindari adalah kegaduhan-kegaduhan,” katanya.

Agum menegaskan tidak mungkin TNI disusupi unsur-unsur komunis atau Partai Komunis Indonesia (PKI) seperti yang dikatakan Gatot.

Dia menyatakan seorang prajurit TNI baik yang masih aktif maupun purnawirawan memegang teguh sumpah Sapta Marga.

Dalam butir pertama sapta marga, prajurit berjanji untuk setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang bersendikan Pancasila.

Di marga kedua dalam Sapta Marga, kata Agum, prajurit berjanji sebagai patriot Indonesia pendukung dan pembela ideologi negara yang bertanggung jawab dan tak mengenal lelah.

Karena itu, Agum yakin tidak mungkin TNI disusupi oleh kekuatan apapun yang hendak mengganti ideologi negara.

“Jadi kalau ada kekuatan dari manapun datangnya itu, radikal yang ingin mengganti NKRI dan Pancasila itu adalah musuh negara, tidak mungkin anggota TNI akan termakan susupan seperti ini,” paparnya.

Seperti diketahui Gatot beberapa waktu lalu menyebut TNI sudah disusupi paham komunis. Indikasinya ialah hilangnya diorama peristiwa G30S/PKI di Museum Darma Bhakti Kostrad.

Diantaranya adalah patung Pangkostrad ketika peristiwa G30S PKI Mayjen Soeharto, Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo dan Jenderal AH Nasution.

Namun tudingan ini dibantah Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman.

“Itu tuduhan yang keji,” tegas Dudung.

Dia mengatakan patung-patung tersebut memang diminta kembali oleh mantan Pangkostrad Letjen TNI (Purn) AY Nasution (2011-2012), selaku penggagas pembuatan patung.

Menurut Dudung, AY Nasution meminta patung-patung itu kembali karena merasa berdosa membuat patung-patung tersebut yang dinilai tidak sesuai dengan keyakinan agamanya.

Agum menyatakan seharusnya Gatot melakukan konfirmasi langsung kepada Dudung soal pencopotan patung tersebut dan tidak langsung membuat pernyataan bombastis.

“Jangan langsung membuat suatu statement yang bombastis, yang mengundang kegaduhan. Muncul lagi statement tambahan, komen tambahan yang lebih menggaduhkan. Ini sangat tidak sehat,” tegas Agum.

Respon Istana

Sementara itu, Istana Kepresidenan RI menolak merespons pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang menduga TNI AD terindikasi disusupi oleh PKI.

Istana menyerahkan polemik soal dugaan TNI AD terindikasi disusupi oleh PKI kepada Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

Demikian Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman dalam keterangannya, Selasa (28/9/2021).

“Saya serahkan ke Pak Panglima saja, saya sudah membaca tanggapan Panglima,” kata Fadjroel seperti dilansir dari Kompas.TV.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, dugaan PKI berada di dalam tubuh TNI AD tidak bisa hanya berdasar pada keberadaan patung.

“Tidak bisa suatu pernyataan didasarkan hanya kepada keberadaan patung di suatu tempat,” tegas Marsekal Hadi Tjahjanto.

Atas dasar itu, Hadi Tjahjanto pun menolak untuk berpolemik soal dugaan penyusupan PKI ke tubuh TNI.

Apalagi, perihal ini sudah diklarifikasi oleh institusi terkait.

“Saya tidak mau berpolemik terkait hal yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah,” ujarnya.

Dalam pendapatnya, Hadi mencerna apa yang disampaikan Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo soal dugaan PKI masuk ke tubuh TNI AD lebih pada nasihat untuk prajurit aktif.

Bagaimana pun, kata Hadi, faktor mental dan ideologi merupakan sesuatu yang vital.

“Saya lebih menganggap statement tersebut sebagai suatu nasihat senior kepada kami prajurit aktif TNI untuk senantiasa waspada. Agar lembaran sejarah yang hitam tidak terjadi lagi,” ucap Hadi.

(Annisa\Ade Irmansyah)

Share:




Berita Terkait

Komentar