Tuduhan Komunisme dan Raibnya Patung Soeharto-AH Nasution di Kostrad

Selasa, 28/09/2021 18:55 WIB
Patung Diorama di Museum Kostrad (Tribun)

Patung Diorama di Museum Kostrad (Tribun)

Jakarta, law-justice.co - Eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo kembali membuat heboh publik. Kali ini, akibat keterangannya soal raibnya patung Soeharto hingga AH Nasution di Museum Kostrad.

Gatot mengungkapkan, ada indikasi upaya menghilangkan sejarah. Bahkan kali ini, ada di tubuh TNI, tepatnya di Kostrad.
Gatot mengatakan, di Markas Kostrad, ada sebuah museum yang menggambarkan bagaimana ruang kerja Soeharto saat merancang penumpasan PKI di seluruh Indonesia.

Dalam museum yang selama ini dikenal sebagai Museum Darma Bhakti Kostrad, ada patung Pak Harto, Sarwo Edhi yang dulu memimpin pasukan Parako yang kini bernama Kopassus--- dan Jenderal AH Nasution saat menjabat sebagai Panglima TNI AD.


Namun, saat ini, patung ketiga sosok itu tidak ada lagi di dalam museum Kostrad. Hanya ada kursi-kursi kosong tanpa patung. Gatot memperlihatkan situasi itu dalam sebuah video. "Ini menunjukkan, mau tidak mau, kita harus mengakui dalam menghadapi pemberontakan G30S/PKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus, dan Sarwo Edhi dan peran Jenderal Nasution dan peran KKO, jelas akan dihapuskan dan patung itu tidak ada. bersih," kata Gatot dalam sebuah diskusi dengan KAHMI dikutip dari akun Youtube Kang Jana Tea.

"Ini berarti sudah ada penyusupan di dalam tubuh TNI," ujar Gatot.

Penjelasan Kostrad soal Raibnya Patung Soeharto hingga AH Nasution

Kostrad angkat bicara terkait muncul isu penghilangan sejumlah patung tokoh negara yang dipajang di Museum Darma Bhakti Kostrad.


Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana memastikan tidak ada upaya penyingkiran terhadap patung-patung tersebut.


Ia menyebut ada permintaan sebelumnya dari Letnan Jenderal TNI Azmyn Yusri Nasution selaku pembuat patung-patung itu.


Azmyn, menurut Haryantana, meminta langsung kepada Pangkostrad Letjen Dudung untuk dapat menyerahkan patung-patung tersebut kepadanya. "Patung itu yang membuat Letjen Purn AY (Azmyn Yusri) Nasution saat beliau menjabat Pangkostrad, kemudian pada tanggal 30 agustus 2021 Pak AY (Azmyn Yusri) Nasution meminta kepada Pangkostrad Letjen Dudung untuk diserahkan kembali pada Letjen Purn AY (Azmyn Yusri) Nasution," ujar Haryantana.

Namun, Haryantana tidak menjelaskan, kapan patung itu dibuat, dengan biaya AY Nasution atau dengan biaya negara, dan atas alasan apa AY Nasution meminta kembali patung yang dibuatnya.


Haryantana juga tak menjelaskan apakah Kostrad akan membuat patung baru untuk mengganti patung ketiga tokoh itu yang telah diminta kembali oleh AY Nasution.


Berikut pernyataan lengkap Kostrad terkait isu hilangnya patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan AH Nasution:


Klarifikasi Pembongkaran Patung di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad


Kostrad mengklarifikasi adanya pemberitaan dalam diskusi bertajuk “TNI Vs PKI” yang digelar Minggu malam (26/9/2021).


Dalam diskusi yang digelar secara daring itu, diputar sebuah klip video pendek yang memperlihatkan Museum Dharma Bhakti di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.


Museum itu berada di bekas ruang kerja Panglima Kostrad (Pangkostrad) Mayjen Soeharto ketika peristiwa G30S/PKI terjadi.


Di dalam museum itu tadinya terdapat diorama yang menggambarkan suasana di pagi hari, 1 Oktober 1965, beberapa jam setelah enam Jenderal dan seorang Perwira muda TNI AD diculik PKI yang ada di tubuh pasukan kawal pribadi presiden, Cakrabirawa.


Adegan yang digambarkan adalah saat Mayjen Soeharto menerima laporan dari Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.


Sementara Menteri/Panglima TNI Angkatan Darat Jenderal AH Nasution yang selamat dari upaya penculikan PKI beberapa jam sebelumnya duduk tidak jauh dari Soeharto dan Sarwo Edhie.


Dalam ruang kerja Pak Harto ada patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang menggambarkan saat kritis (setelah penculikan enam Jenderal TNI AD) dan rencana menyelamatkan negara dari pengkhianatan PKI, sekaligus peran utama Panglima Angkatan Darat, Pangkostrad, dan Resimen Parako yang kini menjadi Kopassus.

Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi terkait diskusi bertajuk “TNI Vs PKI” yang digelar secara daring tersebut :


Bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad.


Pada Hari Senin, tanggal 30 Agustus 2021, Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution didampingi Kaskostrad dan Irkostrad bersilaturahmi kepada Pangkostrad yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut.


Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9 Agustus 2011 s/d 13 Maret 2012) beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut.


Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk di bongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilakan.


Bahwa tidak benar Kostrad menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI). Pembongkaran patung-patung murni keinginan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide.


Demikian informasi sekaligus klarifikasi yang perlu kami sampaikan.


Kami berharap adanya kerja sama yang baik dengan rekan-rekan media terkait pemberitaan yang sudah beredar, sehingga tidak meresahkan dan merugikan Institusi TNI, TNI AD khususnya Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman.


Disimpulkan bahwa Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI) Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad, tapi pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin. (Penkostrad).


Autentikasi
Kapen Kostrad, Kolonel Inf Haryantana, S.H


Alasan Letjen AY Nasution Minta Patung Soeharto-AH Nasution di Kostrad Dibongkar


Kolonel Inf Haryantana menyatakan pembongkaran murni dilakukan pihak museum atas permintaan Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution. Azmyn adalah pencetus dibuatnya diorama ketiga jenderal itu.


"Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode 9 Agustus 2011-13 Maret 2012, beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut," ujar Haryantana.


Keinginan pembongkaran itu, menurut Haryantana, pertama diungkapkan oleh Azmyn saat menemui Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman. Dalam pertemuan itulah Azmyn buka-bukaan kepada Dudung soal alasan yang mendasarinya membongkar diorama itu.


"Pada Hari Senin, tanggal 30 Agustus 2021, Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution didampingi Kaskostrad dan Irkostrad bersilaturahmi kepada Pangkostrad yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut," ucap Haryantana.


"Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilakan," tambah dia.


Karenanya, ia menegaskan bahwa tidak ada maksud Kostrad untuk membongkar ketiga diorama itu selain untuk memenuhi keinginan dari pencetus didirikannya diorama itu.

 

Seputar Museum Kostrad


Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang dikenal dengan sebutan G30S/PKI, menjadi sejarah yang tak dapat dilupakan oleh rakyat Indonesia. Tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lain dibunuh dalam suatu usaha kudeta.


Salah satu lokasi yang bersejarah selama operasi penumpasan PKI tersebut adalah Museum Darma Bhakti Kostrad, yang terletak di kompleks Markas Besar Kostrad di Jalan Medan Merdeka Timur, Gambir, Jakarta Pusat.


Gedung tersebut pertama kali didirikan pada tahun 1870, yang awalnya digunakan sebagai kantor Komisaris Belanda.


Setelah lahirnya Kostrad pada 6 Maret 1961, bangunan ini dialihgunakan sebagai kantor Mayjen Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Pangkostrad. Pria yang kemudian menjadi presiden selama 32 tahun itu merupakan Pangkostrad pertama.


Gedung tersebut merupakan saksi bisu penumpasan PKI tahun 1965. Mayjen Soeharto saat itu merancang pengamanan Presiden RI, menyusun rencana pencarian korban Gerakan 30 September, dan mengembangkan taktik penumpasan PKI di gedung tersebut.


Hingga masa jabatan Pangkostrad ke-12, gedung tersebut masih berfungsi sebagai kantor, sebelum akhirnya dialihfungsikan menjadi museum pada tahun 1981 oleh Pangkostrad ke-12, Letjen TNI Rudini. Namun pemrakarsa museum tersebut adalah Mayjen TNI Wiyogo Atmodarminto yang merupakan Pangkostrad ke-10.


Museum Darma Bhakti Kostrad diresmikan pada 4 Maret 1997 oleh Presiden Soeharto.


Memasuki museum yang masih berada di kompleks Makostrad tersebut, di bagian pintu utama museum akan terlihat nama-nama mantan Pangkostrad, dari yang pertama dan seterusnya.


Melangkah ke dalam, akan terlihat ruangan panglima. Ruangan ini sebelumnya merupakan ruang kerja Pangkostrad pertama hingga kesepuluh. Sementara di era Pangkostrad ke-9 hingga 12, ruangan ini menjadi ruang Komando Pengendalian (Kodal) Pangkostrad.


Di awal terbentuknya museum hingga tahun 2007, ruang ini diberi nama ruang Orde Baru. Di tahun 2007 hingga 2011 ruangan ini bernama Ruang Kodal.


Di dalamnya terdapat meja rapat yang pernah digunakan Majyen Soeharto memimpin rapat perencanaan pengamanan Presiden dan pencarian korban Gerakan 30 September.


Dalam perjalanan waktu, di ruangan ini, juga terdapat patung Jenderal AH Nasution, Mayjen Soeharto, serta Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
Namun kini tiga patung itu sudah tidak ada.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar