Puluhan Biksu Turun ke Jalan, Protes Kudeta Militer Myanmar

Sabtu, 25/09/2021 20:00 WIB
Puluhan Biksu protes kudeta Myanmar (AP)

Puluhan Biksu protes kudeta Myanmar (AP)

Myanmar, law-justice.co - Puluhan biksu Buddha pro-demokrasi di Myanmar menggelar aksi turun ke jalan di Kota Mandalay untuk menentang kudeta militer, Sabtu (25/9/2021). Demonstrasi ini bertepatan dengan peringatan 14 tahun aksi massa yang dipimpin biksu sebelumnya.


Puluhan biksu tersebut mengenakan jubah oranye terang dan merah tua. Mereka berbaris sambil mengibarkan bendera dan spanduk serta melemparkan pita warna-warni ke udara.

"Para biksu yang mencintai kebenaran berdiri di pihak rakyat," kata seorang pemimpin protes seperti dilansir dari AFP.

Para biksu meneriakkan pembebasan tahanan politik termasuk Aung San Suu Kyi, yang menang telak dalam pemilihan November 2020.

Beberapa biksu juga membawa mangkuk sedekah terbalik yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan sumbangan makanan dari masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai simbol protes untuk menolak rezim junta, yang menyebut dirinya sebagai Dewan Administrasi Negara.

"Kami harus mengambil risiko untuk memprotes karena kami dapat ditangkap atau ditembak kapan saja. Kami tidak aman untuk tinggal di biara-biara kami lagi," kata seorang biarawan berusia 35 tahun.

Pada 2007, para biksu Buddha memimpin demonstrasi besar-besaran di seluruh negeri melawan rezim junta militer. Pemberontakan dimulai setelah kenaikan harga bahan bakar secara tiba-tiba.

Myanmar berada dalam kekacauan dan ekonominya lumpuh sejak Februari lalu, saat militer menggulingkan pemerintah sipil Aung San Suu Kyi dan mengakhiri percobaan sepuluh tahun demokrasi di negara tersebut.

Perlawanan anti-junta telah mengakar di seluruh penjuru Myanmar. Hal tersebut mendorong militer untuk melancarkan tindakan brutal atas perbedaan pendapat. Menurut pemantau lokal, lebih dari 1.100 warga sipil tewas dan 8.400 ditangkap.

Secara historis, biksu di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha tampil sebagai otoritas moral tertinggi. Mereka mengorganisir komunitas dan kadang-kadang memobilisasi oposisi terhadap rezim militer.

Namun kudeta membuat perpecahan di antara para biksu. Beberapa biksu memberikan restu kepada para jenderal, sementara yang lainnya mendukung para pengunjuk rasa.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar