Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid)
Problem di Garuda Indonesia, Legacy Gus Dur & Siapa Presiden di 2024?
Mantan Komisaris Independen Garuda Indonesia Yenny Wahid (Foto: Istimewa)
law-justice.co - Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang akrab disapa Yenny Wahid selama ini ia dikenal sebagai anak kedua dari Mantan Presiden Indonesia ke 4, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Sinta Nuriyah.
Selain dikenal sebagai Putri Gus Dur, banyak masyarakat mengenal Yenny sebagai seorang Aktivis yang kerap menyuarakan pentingnya pluralisme.
Terlahir dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU) dan berkat bimbingan ayahnya, sejak muda Yenny sudah aktif untuk menyuarakan ideologi islam yang mengembangkan toleransi, serta memperluas nilai-nilai perdamaian dan non-kekerasan di Indonesia bahkan dunia.
Mempunyai cita-cita meneruskan legacy, prinsip dan pemikiran Gus Dur, Yenny mengatakan kalau sikap toleransi merupakan nilai utama yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia untuk tetap menjaga keberagaman antar umat manusia.
Pasalnya, sangat penting untuk menyuarakan tentang pentingnya hidup bertoleransi untuk dapat mencapai nilai Bhineka Tunggal Ika. Sehingga terciptalah suatu nilai kebangsaan yang adil, damai dan tentram.
"Di Indonesia, orang yang toleran itu jumlahnya lebih banyak dibanding yang intoleran. Namun yang toleran dan moderat kerap memilih untuk diam. Padahal diamnya orang baik bisa dimanfaatkan dan dikuasai oleh orang-orang yang berniat jahat," kata Yenny kepada Law-Justice.co.
Perempuan yang pernah menjadi Jurnalis Media dari Australia tersebut menyatakan cita-citanya untuk dapat mewujudkan pemikiran Gus Dur, yakni Indonesia menjadi bangsa yang toleran, damai, dan penuh cinta kasih.
Hal tersebut dapat tercapai dengan terciptanya nilai nilai masyarakat yang kuat secara sosial, politik, dan ekonomi. Menyebarluaskan nilai-nilai toleransi dan perdamaian sambil meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial.
"Saya meyakini apa yang saya kerjakan membuat saya semakin yakin bahwa hidup jadi bermakna ketika apa yang kita lakukan berdampak positif bagi kehidupan orang lain. Saat orang lain bahagia dan merasa hidupnya berubah jadi lebih baik, saat itulah saya tahu saya telah melakukan sesuatu yang benar," ujarnya.
Setelah cukup malang melintang di kancah perpolitikan nasional dan sebagai aktivis islam, pada Tahun 2004 ia kemudian menjabat sebagai direktur Wahid Institute yang baru didirikan dan sampai saat ini ia menduduki jabatan tersebut.
Selain itu, pada Tahun 2005 ia juga sempat menjadi Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan ia juga pernah menjadi Staff Khusus Presiden keenam Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama satu tahun.
Yenny juga pernah mendapatkan penghargaan Young Global Leader oleh World Economic Forum pada Tahun 2009. Selain itu, Yenny juga merupakan anggota dari Global Council on Faith.
Seiring berjalanya waktu, Yenny akhirnya ditunjuk menjadi Komisaris Independen Perusahaan plat merah maskapai Garuda Indonesia pada Tahun 2020 sebagai perwakilan publik.
Ditunjuk Sebagai Komisaris, Ditengah Krisis Garuda Indonesia
Awal Tahun 2020, Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk Putri Kedua Gus Dur tersebut menjadi Komisaris Independen Garuda Indonesia. Rekam jejak Yenny yang sudah memakan asam garam sebagai aktivis islam dan perempuan menjadi tolak ukur tersendiri.
Bahkan, Erick tidak ragu melontarkan pujian kepada Ibu Tiga Anak ini sebagai sosok perempuan yang mumpuni dan sosoknya dibutuhkan untuk dapat mewakili suara publik diluar sana.
Yenny mengatakan penunjukannya saat itu menjadi Komisaris Independen salah satu perusahaan plat merah terbesar di Indonesia tersebut merupakan sebuah pengorbanan ditengah krisis yang sedang melanda Garuda Indonesia.
Pasalnya, masalah yang dimiliki Garuda Indonesia sangat kompleks. Ditambah dengan utang dan beban masa lalu yang banyak membelit BUMN ini. Namun Garuda yang sudah menjadi icon Indonesia yang harus terus dijaga dan tata kelola perusahaan yang baik harus dikedepankan.
"Saat ditunjuk sebagai Komisaris Garuda, saya meyakini ini merupakan tantangan besar dan jugakehormatan buat saya. Masalah yang terjadi di Garuda begitu besar dan tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat," katanya.
Yenny menceritakan saat menjadi Komisaris Independen Garuda, ia memiliki tugas untuk menyuarakan suara publik untuk Garuda Indonesia. Meskipun ada beberapa pihak yang menyatakan kalau ditunjuknya Yenny sebagai Komisaris Garuda bermuatan politik.
Yenny mengakui saat sebelum ditunjuk menjadi Komisaris Garuda ia sempat menolak, sebelum akhirnya Erick Thohir menceritakan secara rinci mengenai permasalahan yang terjadi di Garuda Indonesia yakni terkait awak kabin.
Salah satu tugas Yenny saat itu ialah memberikan motivasi kepada para awak kabin yang waktu itu berada pada kondisi mental yang terpuruk. Pekerjaan rumah yang dihadapi adalah supaya para awak kabin bisa kembali dapat meraih prestasi mendapatkan kembali gelar awak kabin terbaik di dunia (The best Cabin Crew in the world).
"Alhamdulillah saat itu semangat para awak kabin bangkit kembali," ujarnya. Sangat disayangkan tidak berselang lama, dunia langsung ditimpa wabah pandemi Covid-19, hal itu sangat berpengaruh terhadap industri aviasi dunia. Sehingga sangat berdampak pada industri maskapai.
Yenny sempat menjadi sorotan publik karena beberapa figur komisaris yang ditunjuk saat itu merupakan pendukung Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada Pilpres 2019. Seperti diketahui, Yenny merupakan pendukung pasangan Jokowi-Ma`ruf pada Pilpres lalu.
Namun, Yenny menegaskan sebelum diangkat menjadi Komisaris Independen Garuda ia juga sempat menduduki beberapa jabatan sebagai komisaris di beberapa perusahaan swasta.
Sehingga, ia memahami ruang lingkup tugas sebagai anggota komisaris, selain itu Yenny juga sempat ditawari jabatan sebagai komisaris perusahaan swasta dengan penghasilan yang lebih tinggi dari Garuda Indonesia.
Kebetulan, Yenny juga sudah mengambil kelas keuangan dan ekonomi ketika di Harvard. Yenny Wahid sebelumnya lulus dari Universitas Harvard Kennedy School of Government, dengan gelar master dalam Administrasi Publik
"Saya punya pengetahuan mengenai bisnis, namun saya memang pemilih," tegasnya. Jabatan Yenny Wahid sebagai Komisaris Independen Garuda Indonesia hanya satu setengah tahun. Pasalnya, ia memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Komisaris Garuda Indonesia.
Alasan Mengundurkan Diri Sebagai Komisaris Garuda
Pada Agustus 2021, Yenny memutuskan untuk mengundurkan diri dari Komisaris Independen Garuda Indonesia. Yenny mengaku kalau dirinya sedih tidak menjadi bagian dari maskapai tersebut.
Namun, keuangan Garuda yang semakin hari semakin mengalami krisis sehingga Yenny mengatakan kalau Garuda membutuhkan efisiensi keuangan.
"Tentu sedih sekali, akan tetapi ini upaya kecil yang saya lakukan untuk bantu Garuda supaya bisa melakukan efisiensi biaya dan menekan biaya-biaya yang mungkin selama ini terus membebaninya," imbuh Yenny.
Mantan Sekjen PKB tersebut memaparkan ada temuan di masa lalu yang berbau suap dan KKN. Hal tersebut pada akhirnya membuat keuangan maskapai plat merah tersebut semakin buruk.
Temuan tersebut yakni untuk pengadaan sebuah pesawat yang tidak cocok dengan karakteristik perseroan tersebut. Ditambah adanya pandemi covid yang membuat tata kelola keuangan Garuda semakin mengalami pembengkakan.
“Saya akui walaupun di Garuda bikin stres, krisisnya betul betul kompleks terus korupsi di masa lalu gede banget, dan di Garuda ini masih ada tinggalan pesawat masa lalu yang ini mau diapain, tapi tetap ada kecintaan pada Garuda,” paparnya.
Yenny menyebutkan pengadaan pesawat yang dimaksud tersebut adalah armada Bombardier CRJ1000-NG. Akhir tahun 2020, Garuda tercatat memiliki 18 unit Bombardier.
Yenny menceritakan pesawat Bombardier tersebut membuat perusahaan maskapai plat merah itu terus mengalami kerugian karena biaya perawatannya sangat besar. "Ini ibarat buah simalakama, kalau terbang rugi, apalagi kalau parkir. Jadi pengadaan ini membuat kita harus tetap keluar uang untuk cicil tiap bulan," ungkapnya.
Untuk itu, Yenny mengatakan bahwa dalam hal ini harus menjadi perhatian pemerintah supaya terus melakukan monitoring idan bisa menekan kerugian Garuda Indonesia.
"Kita minta tolong pemerintah agar Garuda bisa dapat kompensasi dan koordinasi agar kasus korupsi ini minimal ada ganti ruginya," pungkasnya. Yenny meminta semua pihak ikut peduli untuk menyelamatkan masa depan flag carrier Indonesia tersebut.
Ketika ditanya soal rencana ke depan setelah tidak lagi menjadi Komisaris Garuda, Yenny mengatakan masih punya kegiatan se-abrek. Masih setia mengurusi Yayasan Wahid Institut dan berbagai kegiatan sosial kemanusiaan lainnya.
Soal Capres 2024
Komentar