Lembaga Biomokuler Eijkman Kini jadi `Anak Buah` BRIN

Rabu, 22/09/2021 21:15 WIB
Gedung LBM Eijkman (Net)

Gedung LBM Eijkman (Net)

Jakarta, law-justice.co - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksamana Tri Handoko menyebut saat ini Lembaga Biologi Molekuler Eijkman berada di bawah naungan BRIN.


Hal ini diungkap terkait perubahan Kepala Pusat Riset Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang sebelumnya dijabat oleh Amin Soebandrio kini digantikan oleh peneliti LIPI Wien Kusharyoto.

"Benar itu terkait dengan perubahan status LBM Eijkman menjadi unit riset di BRIN," jelasnya, Rabu (22/9/2021).

Wien sebelumnya menjabat sebagai Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI. Sebelumnya, Wien telah menamatkan S-3 di Universitas Stattgart, Jerman.

Wien Kusharyoto, Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI tidak mengira bisa ditunjuk memimpin tim penelitian pembuatan vaksin Covid-19di tempatnya bekerja.

Dia menilai kepercayaan itu merupakan imbas dari pengalaman dan totalitasnya selama ini dalam mengerjakan sejumlah penelitian. Saat ini, Wien dan koleganya masih terus berusaha menghasilkan vaksin yang ampuh untuk mencegah seseorang tertular Covid-19.

Wien bercerita menjadi peneliti bioteknologi adalah salah satu cita-citanya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, di samping ingin menjadi seorang arsitek.

Wien mengawali karir sebagai peneliti LIPI pada tahun 1995. Saat itu, dia fokus pada bidang rekayasa protein yang terbilang masih jarang dikuasai oleh peneliti lain di Indonesia. Dia menjelaskan bidang itu pada intinya mengubah protein agar berguna, misalnya membuat sebuah vaksin agar memiliki imunogenisitas tinggi.

Wien diketahui sudah beberapa kali terlibat dalam pengembangan vaksin. Selain saat ini mengembangkan vaksin Covid-19, dia pernah bekerjasama dengan Litbangkes Kemenkes mengembangkan vaksin untuk Tuberkulosis (TB).

Kemudian, Wien juga terlibat dalam pengembangan vaksin untuk melawan bakteri yang menyebabkan diare hingga gagal ginjal yang biasa ada di makanan. Selain itu, dia mengembangkan enzim atau protein lain, seperti antibodi yang bisa diperlukan untuk mengatasi kanker atau aktivitas lain yang diperlukan dunia kesehatan.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar