RI Ternyata Berlimpah `Harta Karun`, Apa yang Ingin Dilakukan Erick?

Sabtu, 18/09/2021 16:00 WIB
Erick Tohir (Katadata)

Erick Tohir (Katadata)

Jakarta, law-justice.co - Indonesia disebut-sebut memiliki harta karun energi yang nilainya luar biasa. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan hasil restrukturisasi PT Pertamina yang ia lakukan beberapa hari yang lalu sudah menunjukkan hasil salah satunya penemuan sumber gas dan minyak.


"Seperti yang kita ketahui bahwa transformasi yang dilakukan Kementerian BUMN ini terus terjadi. Hasilnya sudah terlihat, kalau kita lihat kemarin bagaimana pertamina setelah kita lakukan konsolidasi itu kita bisa lihat sub-sub holdingnya sudah menghasilkan dengan baik," kata Erick dalam acara Launching Produk Bersama Warung Pangan yang disiarkan secara langsung melalui channel YouTube KemenBUMN, dikutip Sabtu (18/9/2021).

Dia menyebut, salah satu hasilnya yaitu penemuan harta karun sumber gas dan minyak yang selama ini kekurangan. Kemudian, beberapa keuntungan subholding lain yang berhasil dikumpulkan pun turut dia sampaikan.

"Contohnya saja yang selama ini kita kekurangan daripada penemuan sumber gas dan minyak setelah dikonsolidasi kita dapat temuan baru 204 juta barrel. Dan yang terpenting hulu (Subholding Upstream) sekarang untung US$ 1 miliar di atas target jauh," ujarnya.


Selain itu, kinerja Subholding Refinery and Petrochemical pun mencatatkan laba pada semester pertama sebesar US$ 322 juta. Tadinya, kata Erick, subholding ini menjadi beban namun kemudian mencetak keuntungan.

"Petrochemical-nya yang tadinya menjadi beban sekarang untung US$ 322 juta," tuturnya.


Lebih lanjut, kemajuan tersebut dinilainya banyak terjadi di subholding lain. Dia menekankan, BUMN tak mengenal super holding namun holding klasterisasi yang mengharuskan terjadi supply chain.

"Seperti yang tadi saya sampaikan PTPN dengan efisiensi luar biasa dan awalnya ditentang tapi hari ini bisa membuktikan refinery nya itu Rp 23 triliun sekarang naik 19%, bottom line nya yang diprediksi rugi Rp 1,4 triliun sekarang untung Rp 1,2 triliun," imbuhnya.

"Kita harus bisa menyeimbangkan berapa produksi dalam negeri, berapa impor karena itu sejak awal saya bersama Mendag ini ada ekosistem baru, saya yakin Pak Mendag background nya bukan yang senang impor, tetapi data harus disamakan," pungkasnya.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar