Terkuak! Ini `Dosa Besar` hingga Bangkrutnya Raksasa Properti China

Sabtu, 18/09/2021 09:35 WIB
Kantor China Evergrande. (Reuters)

Kantor China Evergrande. (Reuters)

law-justice.co - Perusahaan raksasa properti China, China Evergrande Group terancam bangkrut setelah perusahaan tersebut terindikasi gagal bayar (default) bunga pinjaman yang jatuh tempo pada 20 September mendatang, Rabu (15/9/2021) kemarin.

Hal ini terjadi karena perusahaan tidak mampu menjual aset properti yang dimiliki untuk melunasi (asumsi kurs Rp 14.251/US$).

Terancam bangkrutnya perusahaan ini pun memicu ledakan protes dari para investornya di kantor pusat Shenzhen China pada Selasa lalu (14/9/2021).

Dikutip dari The Straits Times, para investor tersebut mengaku cemas setelah usai perusahaan pengembang yang sedang terlilit utang itu sedang berada di bawah tekanan luar biasa.

Kepala Divisi Pendapatan Tetap (Fixed Income) Matthews International Capital Management, LLC (Matthew Asia), Teresa Kong mengatakan China Evergrande telah dianggap telah melakukan “dua dosa besar” kepada investornya yang berakibat krisis utang.

Sementara `dosa` yang kedua adalah perusahaan yang diduga memiliki tata kelola perusahaan yang buruk,” tulisnya, dikutip CNBC International, Jumat (17/9/2021).

Pihak Evergrande mengatakan properti penjualan terus memburuk secara signifikan pada bulan ini, sehingga kondisi ini terus memperparah masalah arus kas perusahaan.

Berdasarkan penjualan, China Evergrande adalah perusahaan properti terbesar kedua di China. Menurut situs perusahaan, Evergrande memiliki lebih dari 1.300 proyek real estate di lebih dari 280 kota di China.

Kong mengatakan adanya protes beberapa hari terakhir oleh pembeli rumah dan investor di berbagai kota di Cina membuat peluang Evergrande untuk terus menjual properti menjadi berkurang.

Dia juga menambahkan kemungkinan investor akan menjadi prioritas terakhir, hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah China yang menjaga keamanan sosial, dimana itu akan mengutamakan pembeli rumah terlebih dahulu.

Oleh karena itu Kong mengingatkan investor untuk memahami risiko ini dan harus melihat beberapa jenis amandemen dan penambahan pembayaran. Hal ini berarti investor mungkin akan menerima pembayaran setelah dipotong atau kupon mereka akan dibayar di kemudian hari.

Menurut data Refinitiv Eikon, Evergrande memiliki enam bond yang jatuh tempo tahun depan dan 10 bond jatuh tempo pada 2023, dari total 24 bond yang telah diterbitkan.

Obligasinya juga termasuk dalam berbagai indeks imbal hasil tinggi Asia. Pada tahun ini saja saham Evergrande di Bursa Hong Kong telah anjlok hampir 80% tahun.

Saat ini, Hui Ka Yan atau Xu Jiayin merupakan pemilik saham utama Evergrande Group, dengan kepemilikan sahamnya mencapai 9,3 miliar saham atau 70,72% dari total saham, berdasarkan data dari Refinitiv.

Pria berusia 62 tahun tersebut juga memimpin sebagai Ketua Dewan Direksi sekaligus Direktur Eksekutif Evergrande Group. Per Rabu (15/9), total kekayaan Hui Ka Yan mencapai US$ 11,5 miliar atau setara Rp 164 triliun (kurs Rp 14.300/US$).

Hui berada di posisi ke 53 dari daftar orang terkaya di dunia versi Forbes. Sementara di China, saat ini kekayaan Hui berada di posisi ke 10.

Dampak ke Bank

Menurut laporan Bloomberg, perusahaan real estate raksasa asal China ini memang tidak mampu membayar bunga pinjaman yang jatuh tempo pada 20 September mendatang.

Sebab itu, Kementerian Perumahan dan Pembangunan Perkotaan-Pedesaan (MOHURD) mengadakan pertemuan dengan bank-bank besar China di pekan ini.

Mengutip sumber Bloomberg yang mengetahui masalah tersebut, Evergrande masih dengan kemungkinan bank untuk memperpanjang pembayaran dan menggulirkan beberapa pinjaman.

Regulator risiko yang lebih luas terhadap sistem keuangan negara jika kewajiban US$ 305 miliar perusahaan tidak terkendali.

Evergrande mengatakan telah melibatkan perhatian untuk memeriksa opsi keuangannya dan risiko gagal bayar di tengah-tengah anjloknya penjualan properti dan kurangnya pembayaran dalam aset.

Pekan lalu, penyedia intelijen keuangan REDD melaporkan Evergrande telah memberi tahu dua bank bahwa mereka berencana untuk menangguhkan pembayaran bunga yang jatuh tempo akhir bulan ini.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar