Klaim Servernya Aman, BIN Bantah Server Internal Dibobol Hacker China

Selasa, 14/09/2021 11:37 WIB
Deputi VII Badan Intelijen Negara Wawan Hari Purwanto (Waspada)

Deputi VII Badan Intelijen Negara Wawan Hari Purwanto (Waspada)

Jakarta, law-justice.co - Badan Intelijen Negara (BIN) membantah bahwa server institusi telik sandi tersebut pernah mengalami peretasan oleh hacker asal China sebagaimana diisukan beberapa waktu terakhir.

Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto mengatakan bahwa pihaknya selalu melakukan pengecekan berkala terhadap sistem yang berjalan.

"Hingga saat ini server BIN masih dalam kondisi aman terkendali dan tidak terjadi hack sebagaimana isu yang beredar bahwa server BIN diretas hacker asal China," kata Wawan saat dikonfirmasi, Selasa (14/9).

Namun demikian, kata dia, sejumlah serangan siber yang digencarkan terhadap BIN memang merupakan hal yang wajar terjadi sebagai institusi negara. Kini, ia tengah bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI.

Wawan menjelaskan, BIN saat ini masih mendalami isu peretasan server di sejumlah Kementerian/Lembaga pemerintah lain.

"BIN selalu melakukan pengecekan secara berkala terhadap sistem yang berjalan termasuk server untuk memastikan bahwa server tersebut tetap berfungsi sebagaimana mestinya," jelasnya.

Ia meminta agar masyarakat tak mudah mempercayai informasi yang beredar. Wawan menyinggung agar masyarakat dapat berkaca dari kasus sebelumnya terkait kebocoran data eHAC Kemenkes yang dicapnya sebagai berita bohong alias hoaks.

"Masyarakat diharapkan untuk tidak mudah mempercayai informasi yang berkembang dan tetap melakukan check, recheck, dan crosscheck atas informasi yang ada di masyarakat. Hal ini perlu dilakukan mengingat sebelumnya juga muncul isu hoax kebocoran data eHAC," tandasnya.

Sebagai informasi, kabar peretasan jaringan internal 10 Kementerian dan Lembaga, termasuk BIN pertama kali dilaporkan oleh peneliti keamanan internet The Record, Insikt Group.

The Record pada Jumat (10/9) melaporkan upaya peretasan ditemukan pada April 2021 oleh peneliti Inskit pertama kali. Kala itu, mereka tengah mendeteksi server pengendali dan control malware PlugX yang dioperasikan Mustang Pandang.

Dalam temuannya, server tersebut ternyata berkomunikasi dengan beberapa host dalam jaringan pemerintah Indonesia. Mereka kemudian mengklaim bahwa telah memberi tahu temuan itu kepada pemerintah Indonesia pada Juni dan Juli 2021 namun tak direspon.

Peneliti Inskit juga belum mengetahui secara jelas mengenai metode ataupun target dari peretasan tersebut.

Namun, peretasan tersebut dikaitkan dengan upaya spionase Tiongkok dalam menghadapi situasi yang menghangat di Laut China Selatan.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar