Temuan Baru! Peneliti di Brasil Ungkap Racun Ular Bisa Hadang Corona

Kamis, 02/09/2021 16:20 WIB
Seorang peneliti mengerjakan sampel di dalam laboratorium di Institut Fisika Universitas Sao Paulo untuk sebuah penelitian di mana lembaga tersebut mengklaim telah menemukan penurunan 75% dalam produksi penyakit virus corona (COVID-19) setelah sel-sel bersentuhan dengan bisa ular beludak Jararacussu, di Sao Carlos, Brasil 30 Agustus 2021. (Foto: Reuters).

Seorang peneliti mengerjakan sampel di dalam laboratorium di Institut Fisika Universitas Sao Paulo untuk sebuah penelitian di mana lembaga tersebut mengklaim telah menemukan penurunan 75% dalam produksi penyakit virus corona (COVID-19) setelah sel-sel bersentuhan dengan bisa ular beludak Jararacussu, di Sao Carlos, Brasil 30 Agustus 2021. (Foto: Reuters).

law-justice.co - Sebuah penemuan menarik dilakukan oleh peneliti di negara Brasil. Profesor dari Universitas Sao Paulo Rafael Guido yang terlibat dalam penelitian itu mengatakan molekul dalam racun ular mampu menghadang reproduksi virus corona dalam sel monyet.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Molecules ini menjadi membuka pintu untuk penelitian lebih lanjut, termasuk keampuhannya untuk dijadikan vaksin Covid-19.

Menurut Guido molekul yang dihasilkan oleh ular beludak Jararacussu menghambat virus untuk berkembang biak dalam sel monyet hingga 75%.

"Komponen bisa ular ini mampu menghambat protein yang sangat penting dari virus," kata Guido dikutip dari Reuters, (2/9/2021).

Adapun jenis ular yang racunnya bisa menangkal penyebaran virus corona itu adalah Ular beludak Jararacussu.

Ular jenis ini adalah salah satu ular terbesar di Brasil, berukuran panjang hingga 2 meter, yang juga hidup di Hutan Atlantik pesisir, termasuk Bolivia, Paraguay, dan Argentina.

Guido menjelaskan, molekul racun ular beludak Jararacussu itu bernama peptida, atau rantai asam amino, yang bisa terhubung ke enzim virus corona bernama PLPro.

Peptida mempunyai kualitas tinggi sebagai antibakteri. Ini bisa dibuktikan melalui percobaan sintesis di laboratorium.

Guido pun meminta penangkapan atau pemeliharaan ular tidak perlu dilakukan. Sebab, ular-ular itu ternyata bisa memberikan sumbangan bagi dunia sains, khususnya dalam penanggulangan virus.

Para peneliti selanjutnya akan mengevaluasi efisiensi dosis molekul yang berbeda dan apakah itu mampu mencegah virus memasuki sel sejak awal, menurut pernyataan dari Universitas Negeri Sao Paulo (Unesp), yang juga terlibat dalam penelitian.

Mereka mengatakan akan menguji substansi dalam sel manusia tetapi tidak memberikan batas waktu.

(Muhammad Rio Alfin\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar