Fenomena Hari Tanpa Bayangan, Terjadi di RI 6 September-21 Oktober

Senin, 30/08/2021 18:40 WIB
Indonesia akan kebagian fenomena hari tanpa bayangan (Net)

Indonesia akan kebagian fenomena hari tanpa bayangan (Net)

Jakarta, law-justice.co - Sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami hari tanpa bayangan mulai 6 September hingga 21 Oktober 2021. Peneliti Pusat Sains dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Andi Pangerang mengatakan fenomena itu berada ketika posisi Matahari tepat di atas langit Indonesia.


Andi menjelaskan cara untuk mengecek terjadinya fenomena tanpa bayangan dan menikmati detik-detik itu dengan menggunakan beberapa cara yang terbilang mudah.

Masyarakat dapat menggunakan benda tegak seperti tongkat, spidol atau benda lain yang disimpan dengan posisi tegak.

Kemudian, untuk mengetahui fenomena langit bisa meletakkan benda itu di permukaan yang rata dan bisa diamati sesuai jam yang sudah ditentukan.

Ada beberapa fakta dari fenomena hari tanpa bayangan di Indonesia. Berikut rangkumannya.

1. Terjadi dua kali pada 2021

LAPAN menjelaskan Indonesia memiliki letak geografis astronomis 6 derajat Lintang Utara hingga 11 derajat Lintang Selatan, serta dibelah oleh garis khatulistiwa. Dengan begitu, matahari akan berada di atas langit Indonesia dua kali setahun.

Sebelumnya fenomena tanpa bayangan juga terjadi pada 4 Maret 2021 pada pukul 12.04. Ketika itu Matahari berada di atas Indonesia pada pekan keempat di bulan Februari, sampai pekan pertama di bulan April.

Selain itu Andi mengatakan fenomena hari tanpa bayangan kerap terjadi dua kali setahun, untuk kota-kota atau wilayah yang terletak di antara dua garis, yaitu Garis Balik Utara (Tropic of Cancer; 23,4 derajat Lintang Utara) dan Garis Balik Selatan (Tropic of Capricorn; 23,4 derajat Lintang Selatan).

2. Terjadi sekali di sejumlah wilayah RI

Meski fenomena hari tanpa bayangan disebut dapat terjadi dua kali di Indonesia, Andi juga menjelaskan bahwa untuk kota-kota tertentu hanya mengalami fenomena tanpa bayangan sekali dalam setahun.

Kota atau wilayah yang letaknya tepat di Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan disebut hanya menjumpai fenomena tanpa bayangan sat kali dalam setahun.

3. Tak sebabkan siang jadi lebih panas

Peneliti sains antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto mengungkapkan bahwa fenomena itu tidak serta merta mempengaruhi memanasnya cuaca pada siang hari.

4. Berada di atas titik pengamat

Kulminasi atau transit atau istiwa` adalah fenomena ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit di suatu daerah. Saat Matahari berada di tepat di atas suatu daerah atau sama dengan lintang pengamat, fenomena ini disebut sebagai Kulminasi Utama.

Pada saat itu, Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang", karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.

5. Berkaitan dengan gerak semu tahunan (GSM)

Peristiwa hari tanpa bayangan ini berkaitan erat dengan gerak semu tahunan Matahari. Gerak semu ini membuat matahari seolah-olah bergerak ke arah utara dan selatan Bumi setiap tahunnya.

Gerak ini terjadi karena titik rotasi bumi yang tidak tegak lurus terhadap Matahari. Sehingga, ketika Bumi bergerak mengelilingi Matahari, seolah-olah Matahari bergerak dari bagian utara dan selatan Bumi. Oleh karena itu gerakan ini disebut gerakan semu.

Gerakan semu tahunan inilah yang menyebabkan perubahan iklim di Bumi. Ketika Matahari berada di utara, maka Bumi bagian selatan akan mengalami musim dingin. Begitu juga sebaliknya, ketika Matahari di selatan, maka Bumi bagian utara akan mengalami musim dingin.

Saat pergerakan semu Matahari ini melewati daerah khatulistiwa, khususnya Indonesia. Maka pengamat bakal mengalami fenomena hari tanpa bayangan. Fenomena ini punya periode tertentu dan berbeda di tiap kota tergantung garis lintang kota tersebut.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar