Kampanye 3M jadi Problem Lingkungan, Sampah Masker adalah`Bom Waktu`

Minggu, 29/08/2021 19:40 WIB
Limbah Masker (Kompas)

Limbah Masker (Kompas)

Jakarta, law-justice.co - Pandemi Covid-19 yang sudah mewabah setahun rupanya tak hanya berdampak pada masalah kesehatan.

Masifnya kampanye 3M, lama kelamaan menjadi permasalahan lingkungan hidup baru yang butuh penanggulangan khusus.

Sampah medis seperti masker, apd, dan limbah medis lainnya menjadi masalah baru yang kurang diperhatikan penanganannya.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi menilai persoalan sampah masker sekali pakai atau disposable menjadi masalah baru di masa pandemi Covid-19.

Menurutnya, di ibu kota DKI Jakarta sampah masker sekali pakai sangat menggunung. Total sampah ini mencapai 1,5 ton per Desember 2020 lalu.

"Di tengah pandemi seperti ini ada satu fenomena menarik, dimana konsumsi plastik meningkat tajam.

Terutana masker yang menyumbang banyak sampah medis. Saya baca dari riset LIPI masker yang kita gunakan sehari-hari itu per Desember (2020) kemarin di Jakarta sudah menumpuk 1,5 ton," ujarnya, dikutip dari Tribun, Minggu (29/8/2021)

Tulus menambahkan, melonjaknya sampah masker sekali tak lepas dari meningkatnya penggunaan oleh masyarakat luas dan inisiatif masyarakat untuk melindungi diri dari pandemi.

Namun, inisiatif bagus itu tak diikuti oleh penanganan sampah ibu kota dalam menangani limbah disposable di masa kedaruratan kesehatan ini.

Tentu hal itu tak bisa disalahkan pada otoritas di ibu kota saja, masyarakat sebagai konsumen dituntut pula agar bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan hidup dalam mengonsumsi produk.

"Dan perlu ditekankan kita konsumen bukan cuma soal hak, tetapi ada kewajiban dan bertanggung jawab yaitu terkait dengan pola konsumsi kita.

Permasalahan sampah masker ini tak melulu dibebankan pada pihak di ibu kota, konsumen juga harus bijak dalam penanggulangan sampah masker," tambahnya.

Oleh karena itu, Tulus mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia agar menjadi konsumen cerdas dan bijak.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar