Tajir Melintir dari Bangun Mal, Ini Sosok Alexander Tedja

Minggu, 29/08/2021 11:58 WIB
Tajir Melintir dari Bangun Mal, Ini Sosok Alexander Tedja. (bisnika).

Tajir Melintir dari Bangun Mal, Ini Sosok Alexander Tedja. (bisnika).

Jakarta, law-justice.co - Pada April lalu, Forbes merilis daftar nama orang terkaya di Indonesia 2021. Dari daftar itu terpampang nama Alexander Tedja.

Dia menduduki peringkat ke-15 orang terkaya di Indonesia pada tahun ini. Total kekayaan yang dimiliki mencapai US$1,4 miliar.

Jika dirupiahkan seperti melansir cnnindonesia.com, total kekayaan itu mencapai Rp20,14 triliun (Kurs Rp14.388 per dolar AS). Lalu siapa dia?

Pria kelahiran Medan, 22 September 1945 lalu itu merupakan salah seorang pengusaha kenamaan Indonesia. Jalan suksesnya sebagai pengusaha sudah ia mulai sejak masa muda.

Pada usia 27 tahun misalnya, ia sudah mulai bergelut di bisnis perfilman dan perbioskopan. Hal itu ia lakukan dengan mendirikan PT ISAE FILM pada 1972 lalu.

Usaha itu ia kembangkan pada lima tahun kemudian dengan mendirikan PT Menara Mitra Cinema Corp.

Sukses di bisnis perfilman, ia merambah bisnis properti dengan mendirikan Pakuwon Jati pada 1982 lalu.

Usai mendirikan perusahaan itu, secara cerdik ia membeli sebidang tanah di Jalan Basuki Rahmat, Surabaya. Tanah itu kemudian ia sulap menjadi sebuah pusat perbelanjaan besar dan megah bernama Plaza Tunjungan I.

Plaza Tunjungan I dibuka pada 1986. Plaza tersebut dalam perjalanannya terus berkembang menjadi besar. Sukses dengan Plaza Tunjungan I, bisnis Alexander Tedja kian menggurita.

Hanya berselang 8 tahun, ia mengembangkan bisnis kawasan hunian di Surabaya, Pakuwon City. Proyek terus membesar hingga ia membangun Plaza Tunjungan II dan III, Sheraton Surabaya Hotel & Tower, Kondominium Regensi, Menara Mandiri, Plaza Tunjungan IV. Proyek ini kemudian menjadi superblok pertama di Surabaya yang bernama Superblok Tunjungan City.

Sukses di Surabaya tak lantas membuat pria kelahiran Medan ini lekas berpuas diri. Ia lantas melirik Jakarta menjadi tempat pengembangan bisnisnya.

Pada 2007, ia dan kelompok usahanya mengakuisisi 83,3 persen saham PT Artisan Wahyu. Artisan merupakan perusahaan pengembang Superblok Gandaria City

Kepemilikan saham sebesar itu memberikan banyak keuntungan padanya. Usai mengakuisisi saham Artisan, Pakuwon Jati terus melebarkan gurita bisnisnya.

Dengan naluri bisnis yang kuat, ia membangun proyek pusat perbelanjaan Kota Kasablanka. Upaya itu membuat pencapaian kinerja Pakuwon Jati moncer.

Selain mengakuisisi saham dan terus menggeber proyek propertinya, Alex mendirikan anak usaha baru bernama Pakuwon Permai. Ini dilakukan dalam rangka memudahkan transaksi.

Melalui anak usaha ini, Alex makin berkibar. Ia berhasil mengembangkan Superblok Supermal Pakuwon Indah dan pusat perbelanjaan Royal Plaza di Surabaya.

Melalui anak usahanya itu, ia juga berhasil membangun Blok M Plaza dan Apartemen Servis Somerset Berlian.

Kecemerlangan kinerja itu membuat perusahaannya kian bersinar. Pada tahun lalu misalnya, nilai kapitalisasi pasar Pakuwon Jati tembus Rp19,64 triliun. Itu menjadikan Pakuwon sebagai pengembang nomor satu di Indonesia.

Maklum, nilai kapitalisasi pasar itu mengalahkan yang dimiliki raksasa properti lainnya seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk, PT Metropolitan Kentjana Tbk, PT Ciputra Development Tbk, dan PT Lippo Karawaci Tbk.

Selain itu, di tengah tekanan yang dialami oleh sejumlah pelaku usaha akibat covid, ia malah terus berkibar. Pada akhir 2020 lalu, ia bahkan membeli dua pusat perbelanjaan Hartono Mall Yogyakarta dan Martono Solo Baru dari Grup Duniatex.

Ia melalui Pakuwon Permai juga mengambil alih kepemilikan Hotel Marriot Yogyakarta. Nilai transaksi dari ketiga pembelian itu mencapai Rp1,36 triliun.

Usaha Alex dalam mengembangkan semua bisnisnya hingga bisa membawanya menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia tak lepas dari strategi jitu dan jenisu yang dijalankannya.

Kejeniusan itu salah satunya bisa terlihat dari langkahnya membeli tanah untuk Tunjungan Plaza pada 1982 lalu. Tanah itu berharga murah dan berlokasi sangat strategis.

Selain itu, kejeniusan strategi juga terlihat dari langkahnya dalam mendapatkan tanah murah namun strategis dalam proyek Gandaria City dan Kota Kasablanka.

Karena kejeniusan strategi itu, perusahaannya menjadi cemerlang. Tak lama setelah mengoperasikan Tunjungan Plaza I, perusahaannya berhasil melantai di bursa saham pada 1989.

Sejak saat itulah, perusahaannya semakin mudah mendapatkan pendanaan untuk memperluas jaringan usaha dan proyeknya.

Selain jenius dan cerdik, ia juga cerdas. Dalam melebarkan sayap bisnisnya, ia juga selalu memperkuat hubungannya dengan relasinya.

Selain itu, ia juga buka tipe orang yang lekas puas dengan segala pencapaian yang sudah didapatnya. Ia selalu memutar uang yang didapatnya untuk berinvestasi dan mengembangkan bisnis baru.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar