Kebijakan 1 Anak Usai, China Resmi Izinkan Warga Lahirkan 3 Anak

Minggu, 22/08/2021 21:30 WIB
Kebijakan 1 anak berakhir, china perbolehkan warga miliki maksimal 3 anak (AFP)

Kebijakan 1 anak berakhir, china perbolehkan warga miliki maksimal 3 anak (AFP)

Beijing, Tiongkok, law-justice.co - China sudah mengizinkan pasangan memiliki anak ketiga secara legal, untuk menahan krisis demografis yang dapat mengancam harapan peningkatan kemakmuran. Sebelumnya China secara tegas membatasi hanya dua anak per keluarga.


Melansir France 24, Badan Legislatif China pada hari Jumat, (20/8/2021) mengubah Undang-Undang Kependudukan dan Keluarga Berencana, setelah puluhan tahun partai komunis mendikte jumlah keluarga sesuai dengan arahan politik. Perubahan ini terjadi enam tahun setelah perubahan terakhir sebelumnya.

Sejak tahun 1980-an China ketat membatasi sebagian besar pasangan untuk satu anak. Kebijakan ini dilakukan secara tegas dengan ancaman bagi pelanggar mulai dari denda hingga kehilangan pekerjaan, bahkan mengarah pada aborsi paksa.


Dengan preferensi anak laki-laki, yang menyebabkan orang tua banyak membunuh bayi perempuan, yang menyebabkan ke arah ketidakseimbangan besar dalam rasio jenis kelamin.

Aturan dilonggarkan pertama kali pada tahun 2015, dimana secara legal diperbolehkan memiliki dua orang anak, melihat konsekuensi ada penurunan angka kelahiran.

Sebelumnya China juga telah lama menggembar-gemborkan kebijakan satu anak sebagai keberhasilan dalam mencegah 400 juta kelahiran tambahan di negara terpadat di dunia itu. Sehingga dapat menghemat sumber daya dan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kini tingkat kelahiran di China sudah turun, sebelum aturan satu anak. Rata-rata jumlah anak per ibu turun dari di atas enam anak anak pada 1960-an menjadi di bawah tiga pada 1980, menurut Bank Dunia.

Sementara itu jumlah orang usia kerja di China juga turun selama dekade terakhir dan populasi hampir tidak tumbuh.

Dalam sensus per 10 tahunan mencatatkan populasi China meningkat menjadi 1,411 miliar orang pada 2020, naik 72 juta dari 2010.

Statistik menunjukkan 12 juta bayi lahir tahun lalu, namun angka ini turun 19% dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 14,6 juta jiwa.

Sementara penduduk China di atas 60 tahun sudah mencapai 264 juta, menyumbang 18,7% dari total penduduk itu pada tahun 2020. 5,44% lebih tinggi dari tahun 2010.

Pada saat yang sama, penduduk usia kerja turun menjadi 63,3% dari total 70,1% per tahun.

Sehingga pergeseran ke aturan dua anak menyebabkan lonjakan sementara dalam jumlah kelahiran, tetapi efeknya akan segera mereda karena jumlah kelahiran terus menurun karena banyak wanita yang memutuskan untuk tidak memulai keluarga.

Untuk diketahui, Jepang, Jerman dan beberapa negara kaya lainnya menghadapi tantangan yang sama dengan memiliki sedikit pekerja, karena populasi yang menua. Tapi mereka dapat investasi di pabrik teknologi, dan aset asing, sementara China adalah negara berpenghasilan menengah dengan sumber dari pertanian dan manufaktur padat karya.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar