Indeks Demokrasi Turun Akibat Intoleransi, Mahfud Disebut Ngawur!

Jum'at, 13/08/2021 13:20 WIB
Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai dan Menko Polhukam Mahfud MD (Tribunnews)

Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai dan Menko Polhukam Mahfud MD (Tribunnews)

[INTRO]

Eks Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mengomentari pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD yang menyebut indeks demokrasi Indonesia turun karena faktor intoleransi.

Natalius mengatakan, pernyataan dari Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2011 itu ngawur. Pasalnya, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan indeks demokrasi menurun.

“Ngawur, Menko kok sembrono ya,” kata Natalius seperti dikutip dari RMOL pada Jumat (12/8/2021).

Pria asal Papua itu mengatakan, indeks demokrasi Indonesia turun bukan karena intoleransi yang tinggi, melainkan karena kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang membunuh iklim demokrasi di tanah air.

Kebijakan yang dimaksud Natalius, yakni surat edaran soal hate speech, Perppu Ormas, kriminalisasi aktivis, penetrasi negara pada media, UU MD3 yang membuat parlemen pantang dikritik rakyat, UU KPK, dan RUU KUHP hingga penyelenggaraan pemilu yang diindikasi tidak jujur dan adil.

Baginya kebijakan-kebijakan baik tersirat maupun tersurat tersebut telah dilakukan secara sadar dan sengaja. Sehingga berbuntut pada matinya iklim demokrasi Indonesia.

“Lihat kebijakan-kebijakan Pemerintahan Jokowi yang secara sadar, sengaja, dan sembrono telah membunuh Iklim demokrasi di Indonesia,” ujarnya.

Sebelumnya, sesuai data yang dipublikasi The Economist Intelligence Unit (EIU), Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) memiliki skor 6,48 dan masuk kategori demokrasi belum sempurna atau flawed democracies.

Merespon hal itu, Mahfud menilai, semua negara di dunia hampir mengalami penurunan indeks demokrasi saat ini karena pandemi Covid-19.

Menurut Mahfud, faktor lain yang lebih dominan mempengaruhi turunnya indeks demokrasi adalah turunnya budaya hukum di Indonesia lantaran intoleransi menguat.

"Kalau itu dipetil-petil masalahnya, yang turun dari berbagai indikator itu budaya hukumnya turun, drop, kenapa? Karena terjadi fenomena intoleransi. Yang lain tinggi," katanya saat memberikan testimoni virtual dalam peluncuran dan bincang buku Negara Bangsa Di Simpang Jalan karya jurnalis senior Budiman Tanuredjo, pada Sabtu siang (7/8/2021).

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar