Tes Covid-19 Sepekan Terakhir Turun, Tak Sesuai Arahan Jokowi

Kamis, 05/08/2021 10:01 WIB
Presiden Joko Widodo (Detik)

Presiden Joko Widodo (Detik)

Jakarta, law-justice.co - Jumlah tes Covid-19 di Indonesia menurun sepekan terakhir. Padahal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memerintahkan tes ditingkatkan hingga 400 ribu sehari dalam rapat terbatas awal pekan ini.

Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menyebut rasio tes pekan ini berada di angka 4,01 per 1.000 penduduk per minggu. Angka itu turun tipis dari pekan sebelumnya.

"Kita lihat testing rate nasional sudah berada pada 4,01:1000 penduduk per Minggu. Angka ini turun sedikit dari minggu lalu yang mencapai 4,03 per 10000 penduduk," kata Nadia dalam jumpa pers daring di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (4/8).

Dari data yang dipaparkan Nadia, tes Covid-19 yang dilakukan Indonesia pun tidak merata. Beberapa daerah melakukan tes jauh dari target yang dicanangkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 1:1.000 penduduk per minggu.

Misalnya, DKI Jakarta yang melakukan tes dengan rasio 14,9:1.000 penduduk per pekan. Contoh lainnya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta yang melakukan tes dengan rasio hingga 15,3:1.000 per minggu.

Di saat yang sama, ada tiga provinsi yang tidak mampu melakukan tes Covid-19 sesuai standar minimal WHO. Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku sama-sama mencatat rasio tes 0,9:1.000 penduduk per pekan.

Angka positif atau positivity rate Indonesia juga terlampau tinggi. Rata-rata positivity rate dalam sepekan terakhir berada di angka 25,2 persen. Padahal, positivity rate ideal menurut WHO maksimal 5 persen.

Sebelumnya, pemerintah mematok target tes sekitar 324 ribu orang per hari, hanya untuk di Jawa dan Bali. Namun, jumlah tes di 34 provinsi Indonesia hanya berkisar di angka 200 ribu per hari.

Presiden Joko Widodo meminta bawahannya untuk meningkatkan jumlah tes Covid-19. Hal itu ia sampaikan dalam rapat terbatas awal pekan ini.

"Kami sendiri akan terus meningkatkan testing ini seusai arahan Menko dan Presiden sampai 300-400 ribu per hari yang penting kita tahu supaya kita tangani cepat," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada jumpa pers di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (2/8).

Pemerintah belakangan mengklaim Indonesia telah melampaui puncak kasus covid seiring menurunnya angka kasus positif. Kendati demikian, epidemiolog menyebut terlalu dini berkesimpulan tersebut.

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai Jawa dan Bali belum melewati puncak pandemi Covid-19. Dicky mengatakan hanya angka absolut harian Covid-19 yang menunjukkan tren penurunan. Namun hal itu juga dikarenakan jumlah testing yang naik turun dan belum sesuai target minimal 300 ribu orang sehari.

"Secara pemodelan yang menurun itu laporan kasusnya, tapi testingnya juga menurun. Jadi sekarang untuk Jawa-Bali itu masih di puncak kasus infeksi, belum melandai," kata Dicky.

Positivity rate yang tinggi menunjukkan laju penularan kasus masih masif di masyarakat. Sehingga Dicky menilai penurunan kasus Covid-19 tidak bisa dilihat hanya dari angka positif harian yang menurun.

Perlu diketahui, angka kasus positif harian bisa menurun atau meningkat tergantung pada banyaknya jumlah testing dalam sehari.

Sesuai dengan Instruksi Mendagri Nomor 27 tahun 2021 tentang PPKM Level 4, 3, 2 di Jawa-Bali, pemerintah menargetkan testing harian minimal 324 ribu sehari khusus di Jawa.

Namun data Satgas Covid-19 secara nasional per Selasa (3/8), misalnya, hanya ada 151.712 orang yang diperiksa dalam sehari. Sementara kemarin, Rabu (4/8) Satgas mencatat jumlah spesimen yang diperiksa hanya 242.328 unit.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar