Megawati Dianggap Lupa Esensi Kudatuli, Kenapa?

Kamis, 29/07/2021 17:48 WIB
Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri. (Pontas).

Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri. (Pontas).

Jakarta, law-justice.co - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti mengatakan, Megawati Soekarnoputri lupa akan esensi Kudeta 27 Juli 1996 (Kudatuli) sebagai simbol perlawanan terhadap praktik nepotisme yang berurat akar pada zaman Orde Baru.

Pasalnya, menurut Ray, sikap diam dari Presiden Indonesia yang kelima itu terkesan membiarkan anak dan menantu Joko Widodo maju sebagai kepala daerah.

Ray menegaskan, sosok Megawati walaupun sebagai anak Soekarno, bisa mendapat kekuasaan dengan menjadi pimpinan partai politik karena figurnya yang memang dianggap mumpuni, bukan embel-embel orang tua.

“Jadi yang kita sebut dengan nepotisme itu adalah kekuasaan yang terbagi kepada keluarga kala pusat kekuasaan itu masih menjabat sebagai penguasa,” kata Ray dikutip dari RMOL pada Kamis (29/7/2021).

Ray pun menegaskan bahwa Ketua Umum PDIP itu terkesan membiarkan nepotisme terjadi di depan matanya melihat anak sulung Jokowi, Gibran Rakabuming menjadi Walikota Solo dan menantunya Bobby Nasution sebagai Walikota Medan.

“Salah satunya itu. Dan tentunya bukan hanya Jokowi. Tapi menurut saya sih banyak di internal PDI Perjuangan hal yang sama terjadi, ada sifat permisif pada ibu Megawati melihat (nepotisme politik) ini,” pungkasnya.

 

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar