Prediksi Epidemiolog: Indonesia Negara Terakhir Keluar dari Pandemi

Kamis, 29/07/2021 14:18 WIB
Pemakaman pasien Covid-19 DKI Jakarta (MI)

Pemakaman pasien Covid-19 DKI Jakarta (MI)

Jakarta, law-justice.co - Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman memprediksi Indonesia bakal menjadi negara yang paling akhir keluar dari kubangan pandemi virus corona (Covid-19) dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

Dicky mengatakan, prediksi itu muncul lantaran kasus Covid-19 di Indonesia telah menyebar ke seluruh provinsi, di sisi lain, strategi pengendalian pandemi masih belum agresif dan ideal.

"Kenapa saya memprediksi Indonesia jadi paling akhir keluar dari pandemi? Karena kalau kita melihat ada beberapa faktor dari geografis dan pengendalian 3T-nya," kata Dicky seperti melansir cnnindonesia.com, Kamis (29/7).

Ia memaparkan dua faktor yang menjadi indikasi Indonesia susah `kabur` dari pandemi Covid-19.

Pertama, Indonesia merupakan negara kepulauan. Dicky mengatakan dengan kondisi itu, sangat mudah menciptakan fenomena pingpong kasus Covid-19 yang menurutnya terjadi hingga saat ini.

Ia mencontohkan fenomena pingpong, seperti puncak kasus di akhir Januari 2021 lalu. Saat itu kasus didominasi oleh Jawa-Bali. Namun 1-2 bulan kemudian, kasus-kasus Covid-19 di Pulau Sumatra mulai mengalami peningkatan.

Pun pada gelombang lonjakan kasus pasca Idulfitri, ketika Jawa-Bali mulai mengalami kondisi perbaikan. Namun kata Dicky, Sumatra bahkan Nusa Tenggara Timur mulai mengalami peningkatan kasus Covid-19. Hal itu dibuktikan dengan zona merah yang hampir terjadi di 34 provinsi Indonesia.

"Pulau lain sekarang akan meningkat, mungkin Agustus sudah mulai terlihat. Nanti gelombangnya secara nasional akan turun dan naik, itu akan bergelombang-gelombang," kata dia.

Dicky melanjutkan, penyebab kedua Indonesia diprediksi menjadi negara yang paling akhir keluar dari pandemi lantaran strategi testing, tracing, treatment (3T) pemerintah masih belum agresif dan masif. Padahal pandemi Covid-19 sudah menjangkiti Indonesia dalam 16 bulan terakhir.

Perihal testing, Dicky mengakui Indonesia dalam beberapa bulan terakhir sudah melampaui ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni 1:1.000 penduduk yang diperiksa per pekan. Namun, menurutnya, itu belum cukup. Alasannya, positivity rate Indonesia masih di atas 20 persen.

Target pemeriksaan 400 ribu per hari yang ditetapkan Kementerian Kesehatan juga menurut Dicky belum ideal.

Ia menyebut sudah seharusnya strategi testing dibarengi dengan tracing, yakni 1:20. Artinya, setiap satu kasus konfirmasi positif Covid-19, maka pemerintah wajib menemukan dan memeriksa minimal 20 orang kontak erat pasien tersebut.

Apabila dijelaskan dalam angka, pada temuan 47.791 kasus Covid-19 dalam sehari pada Rabu (28/7) kemarin, seharusnya pemerintah melakukan tes terhadap 955.820 orang dalam sehari. Faktanya, kemarin, laporan pemerintah mencatat hanya 185.181 orang yang diperiksa.

"Strategi kita tidak fokus pada kesehatan sejak awal, sehingga kita itu ketinggalan. Kalau lomba lari, kita sudah ketinggalan dari virusnya, sehingga untuk mengejar itu berat," ungkapnya.

Dicky berharap prediksinya ini bisa menjadi `alert` kepada pemerintah pusat dan daerah.
Ia menyatakan strategi keluar dari pandemi ada tiga yang harus dicapai.

Pertama, memperkuat 3T semaksimal mungkin. Kedua, masyarakat menerapkan protokol kesehatan 5M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Dan ketiga, menggenjot program vaksinasi sebagai upaya tambahan.

"Jadi yang saya sasar pengambil kebijakan, bahwa yang namanya estimasi, proyeksi, prediksi, itu harus menjadi dasar mitigasi pengendalian Covid-19. Juga diharapkan tentunya yang diprediksi jangan sampai terjadi, harusnya begitu," ujar Dicky.

Sebaran kasus Covid-19 di Indonesia masih belum mencapai target pemerintah yang menurunkan kasus di bawah 10 ribu kasus selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan Level 4.

Dalam 13 hari terakhir, kasus kematian Covid-19 harian di Indonesia beruntun menghasilkan 1.000 kasus lebih. Apabila dihitung secara kumulatif, dalam 13 hari terakhir 18.467 orang meninggal akibat terinfeksi Covid-19.

Sedangkan untuk kasus warga terkonfirmasi Covid-19, pemerintah mencatat sebanyak 3.287.727 orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Dari jumlah itu sebanyak 2.640.676 orang dinyatakan pulih, 560.932 orang menjalani perawatan di rumah sakit dan isolasi mandiri, dan 86.659 orang di Indonesia meninggal akibat Covid-19 dalam kurun waktu 16 bulan terakhir.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar