Adat Pernikahan Hantu, Cara Pria China Agar Tak Lajang di Akhirat

Sabtu, 24/07/2021 17:10 WIB
Ilustrasi pemakaman warga China (Net)

Ilustrasi pemakaman warga China (Net)

Beijing, Tiongkok, law-justice.co - Pernikahan biasanya dilakukan antara dua manusia yang ingin membangun bahtera keluarga. Namun, di China, pernikahan tidak hanya dilakukan dengan manusia yang masih hidup, tetapi juga yang sudah meninggal dunia.


Dilansir ABC, tradisi yang dikenal sebagai `pernikahan hantu` ini dilakukan dengan menikahkan dua jenazah yang meninggal dunia dalam kondisi lajang. Penduduk China percaya, bila jenazah tersebut dinikahkan, mereka tidak akan kesepian di alam baka.


Keyakinan ini telah dimulai pada 3.000 tahun lalu dan biasanya sering ditemui di daerah pedesaan di China. Berdasarkan kepercayaan masyarakat China, seorang pria yang meninggal dalam keadaan masih lajang akan menghantui keluarganya yang masih hidup untuk meminta pasangan di alam baka.


Maka untuk membebaskan arwahnya dari rasa penasaran, keluarganya harus mencarikan jasad perempuan yang akan dinikahkan dengannya. Konon, bila hal itu tidak dilakukan, maka roh sang pria tersebut menjadi gelisah dan dapat kembali menghantui keluarganya.


Dalam tradisi pernikahan hantu, keluarga kedua jenazah yang dinikahkan meminta mahar layaknya pernikahan tradisional biasa, seperti perhiasan, pelayan, bahkan hingga rumah mewah. Namun, seluruh seserahan itu diberikan dalam bentuk kertas.


Tak hanya memperhatikan mahar, pernikahan hantu juga mempertimbangkan faktor usia dan latar belakang keluarga. Pemilihan mempelai pun tak sembarangan, biasanya keluarga akan menyewa jasa seorang mak comblang atau ahli fengshui.

Jika lamaran diterima, maka nantinya kedua mayat itu akan dimakamkan dalam satu kubur, sehingga seolah-olah keduanya adalah pengantin baru. Selain itu, di beberapa wilayah tradisi ini dilakukan dengan menggali tulang-tulang mempelai perempuan dan menempatkannya di dalam kubur sang pengantin pria.


Menurut Profesor Yao, pernikahan hantu dinilai sebagai salah satu cara alternatif menjalankan tugas terakhir sebagai orang tua, yakni menikahkan anaknya. Tradisi ini juga dianggap sebagai bentuk kesetiaan kepada anggota keluarga yang sudah tiada.


Tentu tidak mudah untuk menemukan wanita muda yang wafat sebelum menikah. Karena itu, pihak keluarga pria biasanya memesan terlebih dahulu ke rumah sakit atau tempat pengobatan alternatif jika ada wanita lajang yang wafat. Bahkan, pencarian jodoh untuk mayat ini dapat dipesan melalui jasa Broker.


Tradisi ini tentu saja membuat permintaan semakin meningkat. Sedangkan kematian wanita muda yang masih perawan tergolong jarang terjadi. Karena itu, pihak Broker biasanya akan segera memberitahukan jika ada perempuan muda yang wafat.


Wang Yong, seorang karyawan di rumah sakit Shanxi, dikutip dari media China mengatakan bahwa begitu berita kematian seorang gadis muda menyebar, puluhan keluarga yang kehilangan putra mereka akan bergegas ke rumah sakit untuk "perang lelang".


Untuk `membeli` mempelai wanita lajang yang sudah meninggal dunia biasanya dibanderol 150.000 yuan atau sekitar Rp 335 juta. Namun, tradisi ini juga menimbulkan tingginya tingkat pembunuhan wanita lajang di China.


Pada 2016, Profesor Yao menyebut ada 12 kasus pembunuhan wanita lajang di China untuk dijadikan mempelai dalam tradisi pernikahan hantu. Selain itu, banyak juga terjadi penculikan dan perampokan jenazah.

Pada 2016, seorang pria bernama Ma Chonghua, dari barat laut China membunuh dua wanita penyandang disabilitas mental dan menjual setiap tubuh seharga 40.000 yuan atau sekitar Rp 89 juta. Meski tingkat pembunuhan wanita lajang di China kian meningkat, tidak ada aturan khusus terkait larangan tradisi pernikahan hantu.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar