Pasien Covid Isoman Segera ke Rumah Sakit Jika Alami 5 Hal Ini

Kamis, 15/07/2021 21:19 WIB
Oximeter, alat pengukur saturasi oksigen (kompas)

Oximeter, alat pengukur saturasi oksigen (kompas)

Jakarta, law-justice.co - Demi menekan kapasitas rumah sakit yang sudah hampir penuh, pasien Covid-19 yang tidak mengalami gejala dan bergejala ringan diminta untuk melakukan isolasi mandiri (isoman). Namun, pasien isoman bisa segera pergi ke rumah sakit jika mengalami beberapa tanda, sehingga bisa mendapatkan perawatan medis

Berikut 5 tanda bahaya pasien Covid-19 isolasi mandiri harus segera ke rumah sakit.

1. Muncul gejala sesak napas

Dokter spesialis penyakit dalam di RSUP Persahabatan, Hayatun Nufus mengatakan pasien Covid-19 yang isoman harus segera dibawa ke rumah sakit ketika mengalami sesak napas.

Jika frekuensi napas sudah lebih dari 24 kali per menit, maka pasien sudah masuk dalam gejala sesak napas. Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk menghindari perburukan.

"Kalau frekuensi napas sudah lebih dari 24 kali per menit, itu sudah jadi alarm bahwa pasien gak bisa lagi isolasi mandiri dan harus dibawa ke RS" kata Hayatun dalam sebuah webinar `Isolasi Mandiri dan Saturasi Oksigen`, Senin (12/7).

Dokter spesialis paru Erlina Burhan juga menekankan, pasien Covid-19 isolasi mandiri yang mengalami sesak napas harus segera menghubungi fasilitas kesehatan setempat untuk segera mendapat pertolongan.

Setiap pasien yang menjalani isolasi mandiri juga harus teratur menghitung frekuensi napas dalam satu menit untuk mengetahui jika terjadi perburukan.

"Anda tidak boleh isolasi mandiri kalau sesak napas. Jadi tolong dihitung frekuensi napasnya, lebih dari 24 kali berarti harus ke fasilitas kesehatan," kata Erlina dalam sebuah webinar.

2. Saturasi oksigen di bawah 93 persen

Dokter spesialis paru konsultan di RSUP Persahabatan, Heidy Agustin mengatakan, baik anak maupun dewasa yang menjalani isolasi mandiri dengan saturasi oksigen di bawah 93 persen harus segera pergi fasilitas kesehatan terdekat.

"Pada anak maupun dewasa terjadi distres pernapasan berat, dan saturasi oksigen kurang dari 93 persen, maka sudah masuk kategori gejala berat dan perawatan di fasilitas kesehatan," ucap Heidy.

3. Terjadi perburukan

Pasien Covid-19 yang isolasi mandiri juga harus segera ke rumah sakit ketika dirasa ada satu gejala yang semakin memburuk. Hayatun menjelaskan, perburukan pada pasien Covid-19 bisa terjadi pada satu gejala tertentu, atau terjadi penambahan gejala.
Seperti misalnya seorang pasien isolasi mandiri terus demam tinggi di atas 37,8 derajat celcius dan tidak menunjukkan tanda-tanda membaik meski sudah diberi obat-obatan penurunan demam.

Pasien Covid-19 yang awalnya tidak bergejala diare tiba-tiba mengalami diare, disertai muntah, maka harus segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan karena ditakutkan kekurangan cairan (dehidrasi).

"Jika terjadi satu gejala perburukan, atau penambahan gejala yang tidak membaik, maka pasien harus dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diobati," kata Hayatun.

4. Disorientasi waktu

Meski jarang ditemukan, pasien Covid-19 isolasi mandiri bisa mengalami disorientasi waktu. Hayatun mengatakan, gejala yang dialami seperti linglung, lupa hari, lupa waktu, atau susah fokus berujung hilang kesadaran.

Jika pasien Covid-19 yang isolasi mandiri mendadak mengalami disorientasi waktu, maka harus segera mendapat pertolongan dokter.

5. Hilang kesadaran

Kondisi pasien Covid-19 yang isolasi mandiri bisa memburuk jika tidak ditangani secara tepat di rumah. Kondisi perburukan harus segera mendapat penanganan medis di puskesmas atau rumah sakit.

Salah satu kondisi perburukan adalah hilangnya kesadaran pasien Covid-19. Hilang kesadaran bisa terjadi karena kurangnya nutrisi pada pasien selama isolasi mandiri. Jika demikian, maka pasien harus segera mendapat penanganan medis di rumah sakit.

"Pasien hilang kesadaran, harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera mendapat pertolongan," tutur Heidy.

 

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar