3 Tingkah Aneh Politisi PAN saat Pandemi Covid-19

Rabu, 14/07/2021 13:51 WIB
Wasekjen PAN, Rosaline Irene Rumaseuw usulakn rumah sakit Covid khusus pejabat. (Suara).

Wasekjen PAN, Rosaline Irene Rumaseuw usulakn rumah sakit Covid khusus pejabat. (Suara).

Jakarta, law-justice.co - Di tengah pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan banyaknya warga yang terpapar, ternyata muncul juga tingkah aneh dari sejumlah politikus Partai Amanat Nasional (PAN) yang menyebabkan timbul kontroversi di masyarakat. Pasalnya, apa yang mereka usulkan itu bertolak belakang dengan kondisi yang terjadi, misalnya menolak isolasi mandiri yang dianjurkan oleh pemerintah.

Ulah para politikus PAN ini pun mendapat banyak sorotan. Aksi ini dimulai oleh Anggota DPR RI Fraksi PAN Guspardi Gaus yang kala itu menolak isolasi mandiri usai berpergian ke luar negeri. Selanjutnya, ada pernyataan kontroversial Wasekjen DPP PAN Rosaline Rumaseuw yang meminta rumah sakit khusus untuk pejabat. Terbaru, Ketua DPP PAN Saleh Partaonan Daulay meminta agar anggota DPR mendapat prioritas ICU.

Secara rinci soal tingkah aneh politikus PAN tersebut dapat disimak sebagai berikut:

1. Guspardi Gaus

Anggota DPR RI Fraksi PAN Guspardi Gaus pernah menolak menjalani isolasi setelah pulang dari luar negeri (LN). Perilaku Guspardi ini disorot sejumlah pihak hingga berujung diadukan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) oleh kelompok masyarakat, meski pada akhirnya dikabarkan ia telah melakukan isolasi mandiri.

Perilaku Guspardi yang hadir rapat di DPR RI setelah dari luar negeri ini disentil sejumlah anggota Dewan lainnya. Awalnya Guspardi menghadiri rapat Pansus RUU Otsus Papua secara fisik yang disiarkan akun YouTube DPR RI, Kamis (1/7). Guspardi menjelaskan pada awal-awal rapat bahwa dia baru pulang dari Kyrgystan, namun enggan mengikuti isolasi.

"Saya baru datang dari Kirgistan, saya cemas juga semalam, mau diinapkan di hotel dan memang cara-cara yang dilakukan tidak baik oleh Departemen Kesehatan. Harusnya yang dikarantina itu adalah orang-orang yang tinggal di luar negeri," kata Guspardi.

"Jadi diperlakukan tidak baik, karena apa? Saya ingin hadir pada kegiatan ini, jadi mohon maaf kalau seandainya saya terlambat," sambungnya.

Anggota DPR RI Fraksi PDIP My Esti Wijayati yang turut hadir secara fisik khawatir dengan kehadiran Guspardi usai pulang dari luar negeri.

"Cuma Pak Gaus harus rapid test dulu karena dari luar negeri, saya deg-degan tadi, Pak Gaus dari luar negeri, jadi kita kalau mau deket-deket Pak Gaus agak ngeri-ngeri juga," ujar My Esti.

Usai diingatkan rekan-rekannya, Guspardi memberikan jawaban. Guspardi mengaku hadir di DPR karena rapat ini dinilainya penting.

"Terima kasih, Mbak Esti. Pimpinan, begitulah kecintaan saya terhadap tugas dan tanggung jawab, sebetulnya saya harus diisolasi dulu di hotel, tapi untung protokoler dan berbagai hal, saya ingin ikut rapat. Yang perlu saya sikapi apa yang pimpinan sampaikan, pertemuan kita hari ini sangat luar biasa terhadap keputusan-keputusan yang diambil," imbuhnya.

2. Rosaline Rumaseuw

Selanjutnya ada Wasekjen DPP PAN Rosaline Rumaseuw yang pemerintah membuat rumah sakit khusus pejabat. Pernyataan ini disampaikan Rosaline saat menjadi pembicara di webinar survei Median, Rabu (7/7). Awalnya, Rosaline menilai sejak awal pemerintah tidak siap menangani pandemi Corona.

Rosaline lantas menceritakan dirinya kerap membantu pejabat negara yang dinyatakan positif COVID-19. Namun para pejabat itu disebut kesulitan mendapatkan fasilitas kesehatan. Dia menyebut pemerintah memilik RSPAD yang ikut menangani pandemi COVID. Namun, menurutnya, pemerintah perlu lebih waspada terhadap banyaknya pejabat yang positif COVID. Para pejabat ini juga dinilai perlu diistimewakan karena memiliki tugas memikirkan negara dan rakyat.

Tidak hanya itu, dia juga mengaku kesulitan mencari ruang kosong untuk perawatan COVID. Karena itu, menurutnya, pemerintah perlu membuat RS khusus buat pejabat negara.

"Saya punya satu teman Komisi II, tiga hari lalu baru meninggal, saya sampai ngemis-ngemis saya punya Ketua Fraksi PAN, saya punya teman dari Wakil Ketua Komisi 9, saya punya Ketua Umum PAN, semua mengemis-ngemis ke Medistra untuk ada ruangan. Itu sampai segitunya," kata Rosaline.

"Saya minta perhatian kepada pemerintah bagaimana caranya harus ada RS khusus buat pejabat negara, segitu banyak orang Dewan kok tidak memikirkan masalah kesehatannya. Sekarang saja saya lagi sambil webinar ini saya harus mengatur ada beberapa teman-teman DPR yang sekarang lagi tidak dapat ruangan dan di lantai lagi di rumah sakit semua masing-masing berusaha beli kursi roda biar bisa duduk," imbuhnya.

Usai mendapat sorotan, Wasekjen PAN Irvan Herman mengklarifikasi apa yang disampaikan Rosaline. Dia menyatakan pernyataan itu merupakan pernyataan pribadi dan bukan sikap partai.

"Kami juga kaget tiba-tiba yang bersangkutan mengusulkan rumah sakit khusus pejabat. Itu sepenuhnya usulan pribadi. PAN tidak pernah membahas, apalagi mengusulkan rumah sakit khusus pejabat. Itu usulan perasaan Bu Dokter Rosaline karena merasa sedih saudaranya, John Mirin, anggota Fraksi PAN DPR RI, karena penanganan yang terlambat di rumah sakit, akhirnya mengembuskan napas terakhir, wafat," kata Irvan kepada wartawan, Kamis (8/7).

3. Saleh Daulay

Terbaru, ada Ketua DPP PAN Saleh Partaonan Daulay yang meminta ICU untuk para anggota DPR. Dia menyampaikan hal ini karena merasa kehilangan dengan meninggalnya anggota DPR RI Fraksi PAN John Siffy Mirin karena Corona.

Saleh tak ingin lagi ada anggota DPR yang tak mendapatkan ruang ICU di rumah sakit (RS). Hal itu disampaikan Saleh dalam rapat Komisi IX pada Selasa (13/7), seperti yang dilihat di akun YouTube DPR RI, Rabu (14/7/2021). Rapat itu turut dihadiri secara virtual oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin.

"Saya tidak mau lagi misal mendengar ada anggota DPR yang tidak dapat tempat ICU, seperti yang dialami anggota Fraksi PAN saudaraku John Siffy Mirin, anggota DPR dari Papua Fraksi Partai Amanat Nasional tidak dapat ICU ya," kata Saleh.

Saleh bercerita, almarhum John Siffy Mirin kesulitan mendapat ruang ICU ketika terpapar Corona. Mendiang John sempat dibawa ke RSPAD, namun nyawanya tak tertolong.

"Sampai akhirnya malam terakhir meninggal itu justru meninggalnya setelah dipindahkan ke RSPAD tetapi hanya 2 jam di ICU sudah meninggal karena terlambat ya. Sangat terlambat sekali," ujar Ketua Fraksi PAN DPR ini.

Apa yang dialami mendiang John, kata Saleh, membuat Wasekjen PAN Rosaline Irene Rumaseuw emosional. Sehingga Rosaline mengusulkan ada RS khusus untuk pejabat.

"Nah mungkin ini yang dipertanyakan dulu ke kita, sampai akhirnya anggota kami itu, teman kita di PAN karena emosional sekali karena sesama orang Papua, minta supaya ada rumah sakit khusus para pejabat, itu sebenarnya karena emosional, bukan karena dari hatinya bicara seperti itu," ucap Saleh.

Saleh pun akhirnya mengklarifikasi pernyataan tersebut usai mendapat sorotan dari masyarakat. Dia mengaku tidak bermaksud melebih-lebihkan pejabat atau anggota DPR.

"Dalam konteks ini, saya perlu meluruskan bahwa apa yang saya sampaikan di rapat tidak ada maksud untuk melebih-lebihkan para pejabat atau pun anggota DPR. Apa yang saya sampaikan adalah bagaimana agar pemerintah menyiapkan fasilitas kesehatan yang mumpuni untuk merawat seluruh pasien COVID-19, tanpa terkecuali dan tanpa membedakan kelas sosial," ucap Saleh dalam keterangan tertulisnya, (14/7/2021).

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar