Bersamaan Tuan Rumah didiorong Juara di Euro2020 dan Copa Amerika

Sabtu, 10/07/2021 00:11 WIB
Turnamen Akbar EURO 2020 dan Copa America 2021, (Jean-Christophe Bott/Keystone via AP)

Turnamen Akbar EURO 2020 dan Copa America 2021, (Jean-Christophe Bott/Keystone via AP)

[INTRO]

Dua turnamen besar  sepakbola di dua  benua akhirnya masuk dalam periode berakhir akan segera selesai . 
Di benua  , Eropa,   Kompetisi paling bergengsi di daratan Eropa itu berhasil kembali ke permukaan setelah ditunda selama 12 bulan akibat adanya pandemi Covid-19.digelaran  pertandingan EURO 2020 sudah mempunyai  menentukan siapa  team terbaik  dengan menghadirkan dua kontestan yang akan berhadapan dua tim terbaik di kelasnya muncul  di babak final, Inggris dan Italia.

Final EURO 2020 Inggris Vs Italia akan digelar di Stadion Wembley, London, Inggris pada Senin (12/7/2021), kick off mulai pukul 02:00 WIB.

Sementara itu di benua merah, Amerika, khususnya Amerika Selatan, turnamen Copa America 2021 mewujudkan final idaman antar-dua kekuatan sepakbola, Brasil dan Argentina. 
 

Ada kesamaan dari dua final turnamen akbar tersebut. Ya, tuan rumah sukses menjadi finalis.

Para pemain Inggris merayakan setelah memenangkan pertandingan sepak bola semifinal UEFA EURO 2020 antara Inggris dan Denmark di Stadion Wembley di London pada 7 Juli 2021.
Para pemain Inggris merayakan setelah memenangkan pertandingan sepak bola semifinal UEFA EURO 2020 antara Inggris dan Denmark di Stadion Wembley di London pada 7 Juli 2021. (Paul ELLIS / POOL / AFP)

Pun, hal ini menjadi isu besar yang menjadi sorotan dalam wujud kecurigaan kalau tuan rumah memang disorong menjadi juara dalam turnamen tersebut.

Netralitas dua konfederasi sepakbola yang menaungi dua turnamen itu UEFA dan Conmebol juga menjadi perhatian. Pada gelaran EURO 2021, melajunya Inggris ke babak final dipenuhi kontroversi secara sequence. Rentetan kontroversi itu dimulai sejak fase grup di mana  Inggris  disebut mendapat keuntungan karena terus bermain di Stadion Wembley atas keputusan UEFA. Nyatanya, selama gelaran EURO 2020, Inggris memainkan 6 dari 7 laga mereka di stadion kebanggaan publik London.

 

Para pemain Inggris merayakan kemenangan setelah memenangkan pertandingan sepak bola semifinal UEFA EURO 2020 antara Inggris dan Denmark di Stadion Wembley di London pada 7 Juli 2021.
JUSTIN TALLIS / POOL / AFP
Para pemain Inggris merayakan kemenangan setelah memenangkan pertandingan sepak bola semifinal UEFA EURO 2020 antara Inggris dan Denmark di Stadion Wembley di London pada 7 Juli 2021. JUSTIN TALLIS / POOL / AFP (JUSTIN TALLIS / POOL / AFP)

Padahal ada 10 kota lainnya yang juga ditunjuk sebagai tuan rumah pada ajang EURO kali ini.

Satu-satunya laga yang tak dimainkan Inggris di tanah sendiri adalah saat laga perempatfinal melawan Ukraina yang dihelat di Stadion Olimpico, Roma, Italia. Keputusan UEFA menggelar laga semifinal dan final di Stadion Wembley juga menuai polemik lantaran kasus covid-19 yang terus meningkat di London.

Sebagian pihak mencurigai hal itu adalah siasat UEFA agar Inggris melenggang ke final, sebuah tudingan yang belum memiliki bukti. Tudingan UEFA agak condong ke Inggris juga menjadi sorotan saat bertemu Jerman di babak 16 besar. Pelatih Jerman saat itu, Joachim Loew dilaporkan marah besar karena timnya tak diizinkan menggelar latihan resmi pada malam sebelum laga atas alasan perawatan lapangan karena hujan.

Media Italia, Gazzetta dello Sport bahkan terang-terangan menuding UEFA memberi hadiah sebagai balas budi atas sikap Inggris menentang European Super League. Artikel itu kini sudah dihapus. Baca juga: Hal Kontroversial Saat Inggris Menang Atas Denmark, Ada 2 Bola di Lapangan, Sinar Laser, dan Penalti

Media Spanyol, Marca juga meragukan jatuhnya Sterling adalah penalti. Dalam ulasannya, Marca menyoroti VAR yang tak berfungsi.  Betapapun kontroversialnya laga, toh laga Final EURO 2020 tetap milik Inggris yang akan menghadapi Italia di Stadion Wembley, Senin (12/7/2021), dini hari.

Di ajang Copa America 2021, netralitas Conmebol selaku penyelenggara turnamen juga terang-terangan diragukan oleh kiper legendaris asal Paruguay, Jose Luis Chilavert.

Pemain Brasil Lucas Paqueta (tengah) merayakan dengan rekan setimnya setelah mencetak gol ke gawang Peru selama pertandingan semifinal turnamen sepak bola Copa America Conmebol 2021 di Stadion Nilton Santos di Rio de Janeiro, Brasil, pada 5 Juli 2021.
Pemain Brasil Lucas Paqueta (tengah) merayakan dengan rekan setimnya setelah mencetak gol ke gawang Peru selama pertandingan semifinal turnamen sepak bola Copa America Conmebol 2021 di Stadion Nilton Santos di Rio de Janeiro, Brasil, pada 5 Juli 2021. (MAURO PIMENTEL / AFP)

Chilavert mengingatkan Argentina, wasit yang akan memimpin final Copa America 2021 ini adalah Esteban Ostojich. Menurutnya, wasit asal Uruguay berusia 39 tahun itu condong mendukung Basil. Chilavert juga mengkritik netralitas Conmebol lewat plesetan, Corrupbol. “Messi dan rekan satu timnya harus juga bersiap untuk mengalahkan Brasil, Neymar, VAR, dan wasit,” kata Chilavert kepada Radio Continental dilansir Marca.

Corrupbol [Conmebol] mengerikan. Mereka memilih Ostojich (untuk menjadi wasit final) setelah apa yang dia lakukan dalam pertandingan Paraguay vs Peru. Dia mengerikan. Dia secara tidak adil mengeluarkan (kapten Paraguay) Gustavo Gomez. Kemudian, (dia diusir] pemain Peru (Andre Carrillo) juga,".

"Melawan tuan rumah, Messi dan rekan setimnya harus bermain 1.000 persen untuk juara," kata  Chilavert. Soal netralitas Conmebol, Messi yang menjadi motor Argentina pada ajang Copa America 2021 kali ini, pernah menjadi `korban` dari ketidakadilan.

 

Pemain Argentina Lionel Messi saat pertandingan fase grup turnamen sepak bola Conmebol Copa America 2021 di Stadion Arena Pantanal di Cuiaba, Brasil, pada 28 Juni 2021.
Pemain Argentina Lionel Messi saat pertandingan fase grup turnamen sepak bola Conmebol Copa America 2021 di Stadion Arena Pantanal di Cuiaba, Brasil, pada 28 Juni 2021. (DOUGLAS MAGNO / AFP)

Messi geram melihat perlakuan wasit yang tak adil di Copa America. Striker berusia 34 tahun itu diusir dengan kartu merah karena pelanggaran terhadap bek Cile Gary Medel dalam perebutan peringkat ketiga Copa America 2019 di Brazil. Messi sangat marah terhadap insiden itu, sehingga dia menolak untuk menerima medali peringkat ketiga setelah Argentina  menang 2-1.

"Kita tidak boleh terlibat dalam cara korup untuk melakukan sesuatu," gerutunya, seperti dikutip dari Livefootballontv.net. "Selama Copa America ini kami diperlakukan dengan tidak hormat. Kami bisa tampil dengan lebih baik, tapi mencapai final terbukti tak mungkin bagi kami." "Karena korupsi dan wasit, tidak mungkin bagi para penggemar untuk menikmati sepak bola dengan cara ini. Sepak bola akan hancur," tegas Messi.

 

Kapten Timnas Argentina, Lionel Messi merasa kesakitan dan memegang kakinya dalam pertandingan Semifinal Copa America 2021 saat menghadapi Kolombia yang berakhir kemenangan untuk Argentina melalui babak adu penalti, Rabu (7/7/2021).
Kapten Timnas Argentina, Lionel Messi merasa kesakitan dan memegang kakinya dalam pertandingan Semifinal Copa America 2021 saat menghadapi Kolombia yang berakhir kemenangan untuk Argentina melalui babak adu penalti, Rabu (7/7/2021). (twitter @Goal_India)

Opini Chilavert nyaris sama dengan kegalauan Messi. Setelah semifinal Copa America 2019, di mana Argentina kalah 0-2 dari Brasil, Messi sudah mengeluhkan cara perwasitan. "Mungkin kata-kata saya berperan hari ini," ucap Messi setelah menerima kartu merah melawan Cile.

Menurutnya, kartu kuning sudah lebih dari cukup diberikan kepadanya dan Medel, tapi wasit memaksakan diri dengan kartu merah. "Kebenaran harus terungkap," tegas Messi. Conmebol membantah semua pernyataan Messi itu dan menilai tak berdasar. Tudingan adanya campur tangan konfederasi mendukung tuan rumah di turnamen besar memang bukan hal baru. Meski begitu, tudingan-tudingan itu hanya akan memanaskan laga final yang segera dihelat.

 

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar