Mendag Lutfi Ungkap Kini Indonesia Impor Oksigen dari Taiwan

Senin, 05/07/2021 19:55 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi (Suara)

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi (Suara)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan Indonesia akan menerima impor pasokan oksigen dari Taiwan. Tetapi, belum disebutkan berapa jumlah impor yang akan masuk.


"Jadi dari Taiwan ini sudah jalan," ujar Lutfi saat konferensi pers virtual, Senin (5/7/2021).

Lutfi mengatakan kebijakan impor ini dibuka oleh Kementerian Perdagangan sesuai usulan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sebelumnya, BNPB meminta agar produk-produk penting dalam penanganan dampak covid-19 tidak dihalangi untuk masuk ke Indonesia.


"Jadi saya pastikan oksigen ini sudah masuk list dan mudah-mudahan tidak ada kendala untuk pengadaannya, terutama di batas negara dari luar ke Indonesia," katanya.

Sayang, ia enggan memberi rincian lebih lanjut mengenai impor oksigen ini. Begitu juga dengan negara-negara lain yang sekiranya akan mengirim oksigen untuk Indonesia.

"Ini bukan dari mana saja, tapi dari mana pun kalau barangnya sudah masuk list, itu sudah masuk esensi dan kita pastikan kelancarannya di pelabuhan sudah dengan baik," jelasnya.

Di sisi lain, Lutfi mengatakan kementeriannya juga akan menjamin kelancaran distribusi obat-obatan dan alat kesehatan. Kebijakan ini juga sudah dikoordinasikan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta kementerian/lembaga lain.

"Alkes dan obat-obatan akan menjadi prioritas terutama di PPKM Darurat. Kami memastikan semua yang ada, bisa didistribusikan kepada masyarakat," tuturnya.

Kendati begitu, ia mengatakan masalah harga alkes dan obat yang naik di masyarakat bukan berada di ranah Kemendag. "Ini adalah tupoksi dari Kemenkes," imbuhnya.


Di sisi lain, Lutfi mengatakan kementeriannya juga akan menjamin kelancaran distribusi obat-obatan dan alat kesehatan. Kebijakan ini juga sudah dikoordinasikan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta kementerian/lembaga lain.

"Alkes dan obat-obatan akan menjadi prioritas terutama di PPKM Darurat. Kami memastikan semua yang ada, bisa didistribusikan kepada masyarakat," tuturnya.

Kendati begitu, ia mengatakan masalah harga alkes dan obat yang naik di masyarakat bukan berada di ranah Kemendag. "Ini adalah tupoksi dari Kemenkes," imbuhnya.


Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan Indonesia akan mengimpor tabung oksigen untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat sejalan dengan lonjakan kasus covid-19.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Menteri Perindustrian untuk mengimpor tabung 6 meter kubik dan 1 meter kubik untuk memenuhi ruang-ruang darurat tambahan yang ada di rumah sakit," ungkap Budi.

Budi mengatakan proses distribusi oksigen liquid ke rumah sakit dalam volume besar menggunakan tangki tak maksimal dalam memenuhi kebutuhan pasien covid-19. Masalahnya, mayoritas rumah sakit lebih banyak menggunakan tabung oksigen karena tambahan kamar darurat.

"Sehingga kami juga melihat ada isu di distribusi yang tadinya bisa kirim langsung memasukkan ke tangki besar liquid untuk didistribusikan dengan jaringan oksigen, sekarang harus dilakukan dalam bentuk tabung," terang dia.

Saat ini, kapasitas produksi oksigen nasional berjumlah 866 ribu ton per tahun. Namun, utilisasi semua pabrik sekarang hanya 75 persen.

Akibatnya, jumlah produksi riil hanya 640 ribu ton per tahun. Mayoritas atau 75 persen oksigen itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan beberapa industri baja dan nikel.


RI Sudah Impor Tabung Oksigen Sejak 2016


Kementerian Perdagangan mencatat Indonesia sudah impor tabung oksigen sejak 2016. Jumlahnya mencapai lebih dari 3.000 ton pada 2016 dan 2017 lalu.
Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana mengungkap jumlah impor oksigen pada 2016 sebanyak 3.631 ton dan 2017 sebanyak 3.886 ton. Lalu pada 2018, turun menjadi 2.319 ton.

Impor terus terus turun hingga 2019 sebanyak 1.724 oksigen dan 2020 turun lagi menjadi 1.258 ton oksigen. Pada periode Januari hingga April 2021, Indonesia mengimpor 528 ton oksigen.

"Singapura menjadi supplier oksigen terbesar ke Indonesia pada 2020 sebesar 99,5 persen. Sisanya diperoleh dari Amerika Serikat dan China," ujarnya dikutip dari  CNNIndonesia, Senin (5/7/2021).

Sementara itu, sebagai langkah mengatasi lonjakan kasus covid-19 dan kurangnya oksigen di sejumlah wilayah membuat pemerintah berencana mengimpor tabung oksigen.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku telah berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk mengimpor tabung oksigen ukuran 6 meter kubik dan 1 meter kubik.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Menteri Perindustrian untuk mengimpor tabung 6 meter kubik dan 1 meter kubik untuk memenuhi ruang-ruang darurat tambahan yang ada di rumah sakit," jelas Budi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Senin (5/7).

Budi menerangkan lebih lanjut bahwa proses distribusi oksigen liquid ke rumah sakit dalam volume besar akan menggunakan tangki untuk memenuhi kebutuhan pasien covid-19. Masalahnya, mayoritas rumah sakit lebih banyak menggunakan tabung oksigen karena tambahan kamar darurat.

"Sehingga kami juga melihat ada isu di distribusi yang tadinya bisa kirim langsung memasukkan ke tangki besar liquid untuk didistribusikan dengan jaringan oksigen, sekarang harus dilakukan dalam bentuk tabung," tambah Budi.

Sekarang, kapasitas produksi oksigen nasional sebanyak 866 ribu ton per tahun. Akan tetapi, utilisasi semua pabrik hanya 75 persen.

Hal itu mengakibatkan jumlah produksi riil hanya 640 ribu ton per tahun. Mayoritas atau 75 persen oksigen itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan beberapa industri baja dan nikel.

"Kuota kebutuhan medis hanya 25 persen atau 181 ribu ton per tahun," imbuh Budi

Ia mengaku telah berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian dan sepakat sebanyak 90 persen atau 575 ribu ton oksigen diberikan ke fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.

Budi mengatakan oksigen itu akan dipasok di beberapa rumah sakit yang berada di Pulau Jawa. Terutama, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar