Polemik Tambang Emas Sangihe, Bos PT.TMS Kanada Ungkap Hal Mengejutkan

Selasa, 29/06/2021 19:55 WIB
CEO dan Presiden Baru Gold Corporation Terry Filbert (BBC)

CEO dan Presiden Baru Gold Corporation Terry Filbert (BBC)

Jakarta, law-justice.co - Pemimpin tertinggi Baru Gold Corporation, pemilik saham terbesar PT Tambang Mas Sangihe (TMS), Terry Filbert menjawab tudingan yang menyebut perusahannya berpotensi menyebabkan burung endemik punah, merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat, serta merespons kematian Wakil Bupati Sangihe, Helmud Hontong, yang disebut janggal.

Ia pun menyebut adanya peran aktor politik dan para penambang ilegal yang membiayai massa untuk mengusir perusahannya dari pulau kecil dan terluar utara Indonesia yang berbatasan dengan Filipina itu.

"Di gunung [Sahendaruman] berapi ini tidak ada emas sehingga tidak ada gunanya pergi ke sana. Jadi, tidak akan ada burung yang terdampak."

"Mengapa saya mau menyakiti seseorang - atau siapa pun - yang tidak memiliki pengaruh apa pun di pikiran saya."

"Kami mengetahui sekelompok penambang ilegal telah membayar banyak untuk menjadikan ini sebagai masalah nasional. Untuk mengeluarkan kami dari tambang sehingga mereka dapat melakukannya."

Itu adalah beberapa kutipan wawancara dengan CEO dan Presiden Baru Gold Corporation Terry Filbert dalam wawancara dengan wartawan BBC Raja Eben Lumbanrau, Rebbeca Henschke, dan Astudestra Ajengrastri, via aplikasi Zoom, Sabtu (19/06) lalu.

Sebelumnya, BBC News Indonesia menerbitkan tulisan yang berjudul "Pertambangan emas Pulau Sangihe: Ancaman hilangnya burung endemik yang bangkit dari 100 tahun `kepunahan`".

Dalam tulisan itu, BBC News Indonesia mengupas rencana pertambangan PT TMS yang dituding berpotensi mengancam burung endemik seriwang sangihe yang sempat dianggap "punah" seabad lalu dan "menenggelamkan" pulau tersebut dalam kerusakan.

Berita itu menyita perhatian publik dan menjadi viral karena selang dua hari ditayangkan, Wabup Helmud Hontong meninggal dunia. Berdasarkan analisis media sosial Drone Emprit, publik pun heboh dan mengaitkan kematian Helmud yang disebut janggal dengan suratnya yang meminta izin TMS dicabut.

Besarnya atensi masyarakat Indonesia dan internasional menyebabkan Baru Gold Corp., mengeklaim rugi jutaan dolar. Pemerintah Indonesia juga kini menyatakan tengah mengevaluasi luas wilayah pertambangan sebesar 42 ribu hektare itu - lebih setengah wilayah Pulau Sangihe.

 

Berikut petikan wawancara yang berlangsung sekitar satu jam:

 

Menurut Anda, seberapa banyak emas yang ada di Pulau Sangihe? Berapa potensi emas yang bisa diekstraksi di sana?

Kami memperkirakan ada sekitar 114-119 ribu ons emas. Lalu masih ada juga lahan seluas sekitar 2,7 kilometer, tempat ini sudah ditambang (oleh penambang ilegal), jadi kami harus melakukannya dengan tingkat yang lebih tinggi. Ya, ada sedikit emas di sana.

Kami mendapatkan izin lahan seluas 42 ribu hektar tetapi kemungkinan akan melepas sebagian besarnya karena tidak berguna, sehingga lahan itu bisa dimanfaatkan untuk hal selain pertambangan. Di sana ada hutan lindung, gunung berapi yang sudah punah, dan burung endemik di puncak [Gunung Sahendaruman].

Bahkan jika ada emas di luar sana, kami tidak akan bisa mendapatkannya. Tapi tidak ada emas di sana [Gunung Sahendaruman].

(Dalam wawancara, Terry menuduh para penambang ilegal telah mengambil keuntungan dan merusak lingkungan, seperti yang disampaikan dalam pernyataan perusahaan di sini. Tapi penambang ilegal, Macion Samodara sebelumnya mengeklaim, aktivitas yang dilakukan memang berdampak pada lingkungan, namun dalam skala kecil karena tidak merusak perkebunan di atasnya, berbeda jika perusahaan yang melakukan - yang katanya akan menghancurkan seluruh kehidupan di atasnya).

 

Berapa banyak uang yang Anda harap bisa dapatkan dari pertambangan ini?

Jutaan dolar. Maksud saya, begitu kami beroperasi, dalam beberapa tahun setelah melakukan ekstraksi, kami berharap mendapat ribuan ons [emas] per bulan.

Luas izin 42 ribu hektare itu jumlah yang besar. Di dalamnya terdapat hutan lindung dan spesies burung endemik yang menurut aktivis lingkungan terancam oleh tambang Anda?

Tidak, pertambangan ilegal sudah ada saat kami masuk. Mereka lah yang membuang limbah ke terumbu karang. Mereka juga yang telah menghancurkan hutan bakau. Mereka juga mengambil banyak mineral menggunakan merkuri, yang sungguh, maksud saya, seharusnya sangat dilarang... dan sekarang membahayakan penduduk karena meracuni rantai makanan selamanya.

Jadi, tidak. Kami berada di bawah pedoman lingkungan yang sangat ketat. Butuh waktu lama untuk mendapatkan izin lingkungan, mereka [pemerintah Indonesia] tidak akan menyerahkan izin itu begitu saja. Anda harus melewati banyak pintu, dua atau tiga kali untuk satu pintu.

Seseorang menjual data lama [eksplorasi kami] ke penambang ilegal, sehingga mereka masuk dan mulai menambang. Ini adalah daerah seluas 30-40 hektar yang di dekat laut. Kami bahkan tidak diizinkan untuk menambang di sana.

Kami tidak diizinkan menambang dalam jarak 100 meter dari garis pantai, dan para penambang ilegal sampai ke garis pantai. Mereka membuang semua limbah ke laut, membunuh karang, ubur-ubur, menghancurkan hutan bakau... Sementara kami, TMS, belum mulai melakukan penambangan apapun.

(Potensi emas di Sangihe pertama kali ditemukan dan dieksplorasi secara tradisional tahun 1986 oleh PT Mears Soputan Mining dan mitranya Muswellbrook hingga tahun 1993. East Asia Minerals [sekarang Baru Gold Corp.] mendapat persetujuan dan izin eksplorasi dari pemerintah dengan luas kontrak karya 42 ribu hektare pada tahun 2007. Kemudian pada 25 September 2020, PT TMS mengantongi persetujuan kelayakan lingkungan dari Provinsi Sulawesi Utara dan izin operasi produksi dari Kementerian ESDM akhir Januari 2021.

Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe Melanchton Herry Wolff menjelaskan ke BBC News Indonesia, pertambangan rakyat muncul tahun 1980-an akibat kegiatan eksplorasi yang dilakukan perusahaan sebelumnya. Ia juga mengeklaim telah menghentikan kegiatan pertambangan ilegal walaupun ketika ke sana akhir Mei lalu, kegiatan pertambangan di beberapa titik seperti pinggir pantai dan bukit masih berlangsung di Kampung Bowon).

Ketika Anda melakukan pertambangan, maka Anda harus membuka lahan dan akan ada banyak limbah. Banyak contoh di Indonesia sebelumnya, di mana pertambangan merusak lingkungan. Di Grasberg, Papua, tambang emas terbesar di dunia, air tercemar hingga tidak dapat diminum, hutan dan gunung hilang, dan bekas tambang yang bahkan bisa dilihat dari angkasa?

Saya tidak bisa berkomentar terkait perusahaan [di Grasberg] ini. Namun, kami tidak akan melakukan [kerusakan] itu. Jadi, ya, Anda mencoba membandingkan kami dengan tingkat yang terendah, oke?

Tapi, Anda belum pernah membicarakan [perusahaan] China. Mereka telah masuk [Indonesia] dan tidak peduli dengan kelestarian lingkungan. Mereka hanya ingin mendapatkan produk dan meninggalkan bekasnya.

Dan [penambang] ilegal... Ada jutaan penambang ilegal sekarang karena sulit mendapatkan uang di Indonesia, dan banyak orang terpaksa terjun ke tambang ilegal, akibat Covid. Tidak ada yang dibayar kalau mereka tinggal di rumah.

(Berdasarkan temuan Badan Pemeriksa Keuangan tahun 2017, terjadi kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan Glasberg, PT Freeport Indonesia di Papua, senilai Rp185 triliun mencakup kerusakan laut, ekosistem estuari/pesisir dan daratan).

Anda bilang, Anda akan berbeda dengan perusahaan China, berbeda dengan para penambang ilegal, berbeda dengan tambang Amerika di Papua. Apa yang berbeda dan Anda janjikan?

Menurut saya, tambang AS di Papua tidak terlalu buruk. Banyak orang menyerang tambang itu karena banyak emas dan uang di sana.

Jadi itu sebagian alasannya, mengapa banyak orang mencoba mendapatkan emas [di Sangihe] dan para penambang ilegal ingin kami pergi.

Kami akan melakukan apapun yang pemerintah [Indonesia] minta, dan kami akan baik-baik saja. Tidak ada masalah dengan penanganan limbah. Kami sudah mempersiapkan area untuk menaruh limbah.

Maka saat kami pergi, Anda bahkan tidak akan menyadari di situ pernah ada tambang… Di program CSR (pemberdayaan masyarakat), kami akan mereklamasi saat tambang dibuka. Kami ingin membantu petani, mengembalikan perekonomian rakyat, dan membantu sebanyak mungkin orang lokal.

(Dalam dokumen Amdal [analisis mengenai dampak lingkungan] Penambangan Emas PT. Tambang Mas Sangihe, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, yang diterima BBC Indonesia, huruf q berjudul `Biaya Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat`, halaman 144, PT. TMS menganggarkan program pemberdayaan masyarakat sebesar USD$196,926 atau Rp2,756,962 yang terdiri untuk hubungan masyarakat sekitar Rp551 juta, pemberdayaan masyarakat sekitar Rp1,1 miliar, layanan masyarakat sekitar Rp275 juta, pembangunan infrastruktur sekitar Rp551 juta, dan biaya operasional sekitar Rp275 juta. Jumlah ini tidak termasuk biaya tambahan yang akan dikeluarkan untuk masyarakat selama fase tahun 0 konstruksi dan kesiapan operasional.)

 
Tapi menanam kembali hutan yang rusak akibat tambang butuh waktu lama, dan terdapat burung endemik yang rentan dalam kepunahan, apakah burung ini dapat bertahan dalam proses itu?


Anda tahu di mana burung itu hidup? Mereka hidup di gunung [Sahendaruman], gunung berapi yang sudah punah dengan ketinggian 1006 meter. Burung-burung itu tidak hidup di bawah ketinggian 750 meter. Anda tidak bisa sampai ke atas sana, kecuali dengan perlengkapan mendaki.

Dan hal lain, di gunung berapi ini tidak ada emas sehingga tidak ada gunanya pergi ke sana. Jadi, tidak akan ada burung yang terdampak.

Dari 42 ribu hektar [lahan yang diberi izin oleh pemerintah], dan 25 ribu hektar yang kami pertahankan, yang disetujui untuk pertambangan hanya 110 hektar. Itu area yang sangat kecil dan itu yang sedang kita kembangkan sekarang.

Butuh bertahun-tahun untuk [mengembangkannya]. Secara berkelanjutan, ya. Kami tidak akan membahayakan burung apapun. Kami juga tidak akan menggunakan merkuri -- para penambang lokal menggunakan cukup banyak merkuri. Kami tidak akan merusak dan kami akan membantu perekonomian. Sekitar 70% pekerja akan berasal dari warga lokal dan uangnya kembali ke mereka.

(Penambang ilegal, Christoper Luwunaung, warga Kampung Lapango I, Kecamatan Manganitu Selatan, Sangihe, kepada BBC News Indonesia, mengeklaim, ia dan rekannya tidak pernah menggunakan merkuri, melainkan sianida - sama dengan rencana metode PT. TMS.

Prosesnya, kata Christoper, tanah yang diambil dari bawah tanah kemudian ditempatkan di atas kolam terpal lalu ditabur kapur dan air untuk proses penjernihan. Kemudian, hasilnya dicampur sianida dan karbon untuk pemisahan logam. Limbahnya kemudian dikumpulkan dan ditaruh di tanah lapang, yang akan kembali masuk ke dalam lubang jika pertambangan selesai.)


Terry, jadi Anda berkata, burung-burung itu akan dilindungi? Mereka akan selamat selama proses pertambangan?

Kami tidak akan mendekati habitat mereka [burung]. Mereka tidak akan turun ke bawah [gunung] karena terlalu panas dan Anda tidak bisa ke sana kecuali Anda benar-benar berusaha.

Tentang burung ini, ini menjadi semacam lelucon, karena banyak burung - seperti yang satu ini [seriwang sangihe] yang sudah tidak terlihat lagi selama bertahun-tahun. Saya dengar mereka sudah punah.

(Di Gunung Sahendaruman, yang masuk dalam wilayah izin tambang, terdapat 10 burung endemik, salah satunya adalah seriwang sangihe [Eutrichomyias rowleyi] atau dikenal secara lokal sebagai burung niu. Survei Burung Indonesia tahun 2014, jumlah burung itu 34-119 individu. Setelah seabad dianggap punah, burung ini ditemukan kembali oleh Anius Dadoali, warga lokal, pada tahun 1998 saat mendampingi peneliti asal Inggris di Gunung Sahendaruman, bagian selatan Pulau Sangihe.)

Lalu jika luas yang ditambang kecil, kenapa izinnya 42 ribu hektare?

Oh, izin itu sudah ada sebelum saya di sini. Maksud saya, 25 ribu hektare itu merupakan area yang mengandung emas dan kami memilikinya untuk 30 tahun.

Kami tidak akan menambang setiap inci karena tidak ada emas di sana, tapi hanya di titik-titik tertentu. Anda akan menemukan titik panas, sebagian besar pulau itu tidak berpenghuni, hanya ada 130 ribu orang di sana. Dan mereka, desa-desa mereka, terletak di pinggir pantai.

Jadi kami hanya akan mengebor di titik tertentu dan kemudian melakukan reklamasi. Anda tidak akan tahu kami pernah menambang di sana.

BBC telah mewawancarai sejumlah masyarakat Sangihe, dan mereka mengatakan tidak dilibatkan dalam proses Amdal (analisis mengenai dampak lingkungan)?


Itu adalah proses yang terbuka. Tapi jika mereka tidak datang dan bergabung dalam proses tersebut, mereka tidak akan diajak berkonsultasi. Maksud saya, ada orang-orang dari Sangihe di pertemuan itu, lima atau enam orang hadir, seingat saya, mungkin lebih.

Tapi mereka adalah pejabat dan perwakilan di sana, mewakili masyarakat di pulau itu. Jadi tidak semua orang akan ditanya, apakah Anda menginginkan ini? Jadi, mereka semua sudah diwakili oleh pejabat lokal di sana.

(Masyarakat lokal, Elbi Pieter, mengatakan sebelumnya kepada BBC News Indonesia, ia dan warga di Bowone, wilayah lingkar tambang, tidak dilibatkan dalam pembahasan Amdal. Yang ia ketahui hanya pada 24 Maret lalu, perusahaan bertemu masyarakat untuk sosialisasi pembebasan lahan yang ditawar Rp5.000 per meter dan telah menerima izin produksi).

Wakil Bupati Sangihe, Helmud Hontong, mengirimkan surat ke pemerintah pusat yang berisi penolakan atas rencana tambang dan meminta izin untuk dicabut?

Surat itu menarik, karena pada dasarnya Helmud adalah wakil bupati, dia tidak memiliki pengaruh di provinsi atau pusat. Sedangkan kami memiliki izin dari pemerintah pusat.

Kami perusahaan Amerika-Kanada, jadi kami percaya kebebasan berpendapat sangat penting. Saya sudah membaca surat itu, dan itu bagus. Tapi dia berkata, "Saya [Helmud] mendukung penambang ilegal. Penambang ilegal seharusnya mendapat tempat di sini".

Dia menyebut TMS akan merusak segalanya, walaupun tidak ada buktinya. Tapi sekali lagi, dia mendukung para penambang ilegal, mereka yang mendorong dengan keras untuk menyingkirkan TMS. Dari situlah semua pemberitaan negatif berasal. Dan dia membayar untuk pemberitaan negatif itu.

Jadi, maksud saya, surat ini, tak masalah. Saya pikir, oke, bagus. Tapi pemerintah pusat tidak peduli. Mereka sudah melakukan kewajiban mereka, pemerintah daerah juga sudah melakukan kewajiban mereka. Helmud punya opini, dan dia menyampaikannya… Banyak orang bilang mereka tidak senang [dengan tambang ini], tapi ini tidak akan berpengaruh apa-apa, sepanjang kami mengikuti aturan pemerintah.

(Pada 28 April 2021, Helmud Hontong mengirimkan surat permohonan pertimbangan pembatalan izin operasi pertambangan PT. TMS ke Menteri ESDM dengan alasan, rencana pertambangan itu bertentangan dengan UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil, berpotensi merusak lingkungan, hilangnya sebagian atau keseluruhan hak atas tanah dan kebun masyarakat, hingga terjadi gelombang penolakan yang masif. Untuk itu, dalam poin ketiga "dimohon kiranya wilayah pertambangan yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat dijadikan wilayah pertambangan rakyat).

 

Helmud Hontong meninggal tiba-tiba di pesawat setelah mengirim surat meminta izin tambang dicabut. Kelompok hak asasi manusia, seperti Amnesty International, mencurigai kematiannya serupa dengan pola kekerasan terhadap mereka yang membela lingkungan.

Itu adalah, Anda tahu, petikan suara [soundbite] yang bagus. Tapi, maksud saya, mengapa saya mau menyakiti seseorang - atau siapa pun - yang tidak memiliki pengaruh apa pun di pikiran saya. Maksud saya, apapun yang dia katakan tidak berdampak apa-apa.

Wakil bupati juga tidak punya banyak kekuasaan. Mereka bahkan tidak bisa menulis tiket parkir. Mereka hanya seremonial. Wakil bupati bukanlah seseorang yang akan Anda datangi, karena bupati -- bupati lah yang bisa membantu Anda atau membuat masalah bagi Anda.

Wakil bupati hanya, ya, hanya ada di sana jika bupati meninggal dunia atau digulingkan.

(Dua hari setelah berita BBC News Indonesia tayang berjudul "Pertambangan emas Pulau Sangihe: Ancaman hilangnya burung endemik yang bangkit dari 100 tahun `kepunahan`" , Helmud Hontong meninggal dunia saat perjalanan pulang dari Bali menuju Manado via Makassar, Rabu (9/6/2021).

Ajudan Helmud, Harmen Rivaldi Kontu mengatakan, Helmud mengeluh pusing dan kemudian keluar darah dari mulut dan hidung. Menurut Komnas HAM, Jatam dan Amnesty Internasional, kematian Helmud janggal dan mendesak dilakukan autopsi serta penyelidikan yang mendalam. Autopsi telah dilakukan dan hingga berita ini diturunkan, masih menunggu hasilnya.)

Komisi HAM meminta penyelidikan menyeluruh, karena kematiannya dianggap mencurigakan. Dia tiba-tiba mengaku pusing, darah keluar dari mulut dan hidungnya. Di Indonesia, beberapa aktivis HAM meninggal dunia dengan ciri sama, ternyata diracun.

Ada lebih banyak orang yang meninggal di pesawat karena serangan jantung daripada orang yang diracun. Ok? Satu atau dua hari setelah meninggal, keluarga [Helmud] mengeluarkan pernyataan pers bahwa dia punya masalah jantung dan berharap pers berhenti memberitakannya.

Kepala kepolisian juga berkata TMS diserang oleh aktor politik melalui SSI [Save Sangihe Island]. Dia mengatakan ini dalam konferensi pers.

Dan, mengapa, mengapa saya mau menyakiti dia [Helmud]? Apakah suratnya akan mempengaruhi izin kami atau pertambangan? Dia hanya bekerja dengan para [penambang] ilegal untuk mencoba mengeluarkan kami dari pulau itu. Lalu penambang liar kembali merusak lingkungan. Saya kira itu yang diinginkan. Mereka ingin lingkungan dihancurkan oleh penambang ilegal.

(Beberapa warganet dan aktivis menyebut kematian Helmud memiliki kemiripan dengan aktivis HAM Munir Thalib yang tewas diracun arsenik di pesawat saat menuju Belanda, 17 tahun silam.

Berdasarkan penelusuran BBC News Indonesia, Kapolres Sangihe AKBP Tony Budhi Susetyo maupun pihak kepolisian lain tidak pernah mengatakan TMS diserang oleh aktor politik, khususnya menyebut Save Sangihe Island seperti yang disebut Terry.

AKBP Tony pada Sabtu (12/06) meminta pers membantu menjaga stabilitas agar tetap kondusif di daerah, dan jangan sampai ada orang yang memanfaatkan peristiwa ini untuk membentur-benturkan antara pihak keluarga, pihak lain.

Juru bicara SSI Samsared Barahama sebelumnya membantah jika gerakan SSI bermuatan politik dan dibiayai oleh politikus. Menurutnya, SSI adalah murni gerakan dari rakyat yang ingin menyelamatkan pulau dari bahaya rencana tambang PT TMS.

Kepada BBC News Indonesia, Dirjen Minerba Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin juga menyoroti adanya dugaaan oknum dari pertambangan emas tanpa izin yang terganggu saat pemerintah berupaya memformalkan kegiatan pertambangan melalui PT TMS).


Tapi kematian Helmud tidak terlihat bagus untuk pertambangan Anda?

Tidak, pertambangan kami baik-baik saja. Tidak ada apa-apa. Ini pada dasarnya adalah sebuah upaya yang dibuat oleh seseorang untuk mengusir kami, sehingga mereka dapat bekerja lagi, menghancurkan lingkungan dan membunuh burung-burung.

Kami mengikuti aturan Indonesia, dan itu tidak sederhana. Anda tahu, saya adalah perusahaan Kanada, dan orang Kanada sangat terobsesi dengan lingkungan.

Dan dengan artikel BBC, di mana saya tidak diverifikasi saat itu, kami kehilangan jutaan dolar karena para pemegang saham kami sangat sensitif terhadap lingkungan. Jadi, saya, sebagai CEO, akan sangat bodoh bila saya melakukan apapun yang merusak lingkungan.

(Dalam liputan BBC News Indonesia, wartawan Raja Eben Lumbanrau telah meminta konfirmasi ke Manager Tambang PT. TMS Bob Priyo Husodo mengenai penolakan warga dan tudingan potensi kerusakan yang akan ditimbulkan jika perusahaan beroperasi).

Berapa banyak pekerjaan yang bisa Anda sediakan untuk perekonomian lokal?

Sekitar lima, enam ribu, dan itu pekerjaan langsung. Belum yang tidak langsung, mungkin 30 ribu orang. Selama 10 tahun ke depan juga kami juga akan berinvestasi di bidang resor, pariwisata, terutama karena bupati bertanya apa yang Anda inginkan adalah yang kami butuhkan. Dan mereka butuh, Anda tahu, pariwisata.

Ada terumbu karang yang menjadi lokasi penyelaman yang indah, ada hiu martil besar, sebuah desa tenggelam di laut, kapal Jepang yang karam dan bagus untuk spot diving. Ini potensi besar yang harus dijaga.

(Dalam dokumen Andal Penambangan Emas PT. Tambang Mas Sangihe, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, yang diterima BBC Indonesia, huruf n berjudul `Penerimaan Tenaga Kerja Operasi`, halaman 142 menjelaskan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan operasi PT. TMS berjumlah kurang lebih 289 orang.

Tenaga kerja tersebut seluruhnya sebagai pekerja harian (pekerja tambang)… Adapun tenaga kerja lokal yang akan direkrut 60-70% masyarakat lokal dan atau lingkar tambang. Kemudian, di halaman III-25, dokumen yang sama, kemungkinan besar tenaga tidak terampil akan direkrut dari desa-desa sekitar lokasi atau wilayah Sangihe.

Jumlah tenaga kerja lokal yang akan diserap diperkirakan sekitar 150 orang dengan upah sebesar Rp2,6 juta per bulan sesuai UMR Provinsi Sulaewsi Utara 2017).

Lalu, mengapa tidak berinvestasi di pariwisata lingkungan dan pariwisata pulau daripada sebagai tambang emas?

Karena investor saya mungkin akan memecat saya, ha ha ha... Dan, jika bukan kami, seseorang akan melakukannya [menambang]. Maksud saya, mungkin perusahaan lokal, dan mereka akan melakukan pekerjaan jauh lebih buruk. Ya, karena mereka sudah tahu ada emas di sana.

Jadi jika saya tidak melakukannya, seseorang akan melakukannya. Lebih baik dilakukan perusahaan yang akan berlaku baik pada lingkungan, daripada membiarkan banyak perusahaan kecil, perusahaan lokal yang akan merusak lingkungan.

Namun saat ini, ada protes keras tambang Anda di Indonesia dan pemerintah Indonesia mengatakan akan mengevaluasi luas wilayah tambang. Apa yang Anda harapkan?

Anda tahu izin ini tidak didapat dalam semalam. Butuh kira-kira dua puluh tahun mulai dari mendengar, diskusi hingga mendapatkan izin produksi.

Kami melakukan uji Amdal dengan benar. Mereka [pemerintah] mendukung kami. Jadi karena ada protes keras mereka perlu menjelaskan ke publik.

Dan pada saat yang sama, kami berkata, kami akan menyerahkan sepertiga ukuran tambang kami, karena ya, kami tidak butuh 42 ribu hektare. Karena sebenarnya ada beberapa wilayah yang kami tidak tertarik, seperti taman nasional yang tidak bisa disentuh, taman nasional tempat burung-burung kecil yang kalian sukai berada.

Di sana juga ada hutan lindung, ada hutan bakau. Lalu ada sungai. Semua wilayah ini tidak praktis untuk kami. Tapi kami tahu ada beberapa area yang sangat menarik, dan itu yang akan kami pertahankan, tentu saja.

(Kementerian ESDM mengatakan, akan mengevaluasi luas wilayah 42 ribu hektare dan meminta PT TMS melakukan penciutan. Berdasarkan data ESDM, izin lingkungan dan kegiatan penambangan adalah untuk luas 65,48 hektare dari wilayah yang berprospek ditambang sebesar 4.500 hektare.

Kepada BBC News Indonesia, Dirjen Minerba Ridwan Djamaluddin juga menegaskan akan melakukan pengawasan ketat aktivitas pertambangan TMS sehingga tidak merusak lingkungan seperti pencemaran sumber air dan wilayah pesisir).

Berarti luas izinnya akan dikurangi?

Menjadi sekitar 25 ribu hektare. Itulah area yang pada dasarnya praktis bagi kami. Sementara untuk wilayah lain, saya harus membayar pajak setiap tahun. Saya membayar sekitar enam dolar [Rp86 ribu] per hektar setiap tahun dan itu membuang-buang uang perusahaan, tidak ada gunanya bagi kami.

Jadi Anda tidak akan mundur meskipun ada penolakan keras atas tambang ini secara nasional?

Mengapa kami harus pergi? Kami telah melakukan semuanya dengan benar. Kami mengetahui sekelompok penambang ilegal telah membayar banyak untuk menjadikan ini sebagai masalah nasional, untuk mengeluarkan kami dari tambang sehingga mereka dapat melakukannya.

Menurut Anda siapa yang membayar?

Politisi. Saya tidak akan melibatkan diri dalam masalah pencemaran nama baik. Tapi ya, kami sebenarnya sudah melacak seseorang yang mengeluarkan uang.

Kami menghentikan sebuah protes beberapa hari yang lalu dan mereka berkata, `Kami dibayar Rp15 juta untuk melakukan protes.`

Oleh siapa?

Saya tidak bisa memberitahu Anda karena saya tidak ingin terlibat masalah pencemaran nama baik.

Mereka adalah politikus. Saya tidak bilang ada partai tertentu di belakang semua ini, tapi mereka politisi yang menggunakan ini untuk mengusir kami. Ada banyak emas di sana. Ada banyak uang dipertaruhkan.

Pada dasarnya seperti, "Ayo gunakan koneksi politik kita untuk mengusir mereka, lalu kita akan pakai penambang ilegal sebagai senjata."

Ya, ini bukan hal tak biasa, dan sudah sering terjadi. Tapi kami punya orang-orang bagus, pengacara-pengacara bagus. Kami juga, supaya Anda tahu, punya koneksi baik dengan beberapa politisi.

Sejauh ini, mereka mengganggu dan menyebalkan, tapi saya tidak akan pergi begitu saja hanya karena beberapa orang membuat keributan.

Sebagai catatan, BBC tidak pernah dibayar oleh siapa pun untuk melakukan peliputan tentang tambang di Sangihe.

Oke, senang mendengarnya. Oke, terima kasih banyak.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar