Berkat Bisnis Tanda Tangan, Taichiro Motoe Kini Jadi Taipan

Minggu, 27/06/2021 08:59 WIB
Taichiro Motoe. (The Japan Times).

Taichiro Motoe. (The Japan Times).

Jakarta, law-justice.co - Pandemi tidak melulu membawa musibah, setidaknya bagi Taichiro Motoe.

Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan Jepang ini menjadi konglomerat berkat bisnis tanda tangan elektronik.

Lahir di Illinois, Amerika Serikat, pada 1975, Motoe menghabiskan masa kecil di Prefektur Kanagawa, Jepang. Selepas pendidikan menengah, dia melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Keio.

Tadinya, dia tak berpikir untuk menjadi pengacara. Namun, ada satu peristiwa yang membuatnya jatuh cinta pada profesi itu.

Saat kuliah, mobilnya menabrak kendaraan lain dari belakang. Kala itu, dia belum memiliki skema asuransi yang menanggung kerusakan barang kepemilikan.

Agen asuransi dari pemilik kendaraan lain pun meminta dia menanggung seluruh kerusakan. Lalu, ibunya memintanya untuk berkonsultasi kepada seorang pengacara.

Dia mendapat saran untuk memberi tahu agen asuransi itu bahwa dalam kasus kecelakaan yang melibatkan dua pihak, kerusakan biasanya ditanggung bersama oleh seluruh pihak yang terkait. Akhirnya, dia hanya membayar 70 persen dari total biaya perbaikan.

"Jika saya tidak mengikuti sesi konsultasi, saya harus mengganti rugi penuh. Saat itulah saya berpikir pengacara ternyata benar-benar bisa membantu orang lain," kata Motoe seperti melansir cnnindonesia.com.

Dia menyelesaikan kuliah pada 1998. Setelah itu, dia mati-matian belajar siang dan malam untuk mengikuti ujian profesi yang terkenal sangat sulit. Hanya sedikit yang bisa lulus.

Setelah lulus ujian profesi pada 1999 dan menyelesaikan program magang wajib selama 18 bulan, Motoe bekerja di firma hukum Anderson Mori & Tomotsune, salah satu firma hukum ternama di Tokyo.

Di sana, dia bertemu dengan beberapa klien pengusaha sukses di bidang internet yang menginspirasi untuk mendirikan perusahaan IT sendiri dengan memanfaatkan keahliannya sebagai pengacara.

Pada 2005, dia memutuskan untuk keluar dan membuka firma hukum sendiri Authense Law Office. Pada tahun yang sama, dia juga mendirikan Bengo4.com Inc., semacam platform direktori online untuk pengacara dan orang-orang yang membutuhkan bantuan hukum.

Lewat situs tersebut, pengunjung bisa mencari pengacara yang sesuai dengan kebutuhan sembari berkonsultasi hukum.

Pengacara yang terdaftar dapat memasukkan informasi terkait jenis layanan hukum yang diberikan hingga memberi konsultasi secara online. Untuk mengiklankan diri pada situs tersebut, pengacara dikenakan biaya.

Pada awalnya, Bengo4 sulit diterima di kalangan pengacara. Motoe bahkan sampai menawarkan layanan situs secara gratis.

"Banyak pengacara eksisting yang menolak ide untuk mempublikasikan namanya di internet," ujarnya.

Usahanya tidak sia-sia, perlahan tapi pasti semakin banyak pengacara yang tertarik untuk bergabung. Pada 2014, Motoe membawa Bengo4 melantai di papan kecil Bursa Saham Tokyo. Selang setahun, dia meluncurkan unit bisnis tanda tangan elektronik CloudSign yang menjadi titik balik kesuksesannya.

CloudSign ingin menjawab kebutuhan autentikasi dokumen secara efisien di era digital. Sebelumnya, warga Jepang biasa menggunakan stempel fisik yang disebut `hanko` untuk autentikasi.

"Saya dulu harus membubuhkan stempel di tumpukan dokumen satu per satu. Saya merasakan ketidakefisienan dari budaya bisnis itu," ujar Tomoe saat diwawancara Forbes pada September lalu.

Selama pandemi, semakin banyak perusahaan Jepang yang membutuhkan teknologi tanda tangan elektronik untuk menggantikan kontrak tradisional. Tak ayal, layanan CloudSign Bengo4 kian populer.

Tahun lalu, CloudSign melayani lebih dari 100 ribu perusahaan di berbagai sektor dan menguasai 80 persen pangsa pasar bisnis tanda tangan elektronik di Jepang. Beberapa perusahaan besar yang memanfaatkan layanan tersebut adalah Toyota dan Nomura.

Kesuksesan CloudSign membuat saham Bengo4 melesat hingga berkali-kali lipat tahun lalu. Sebagai gambaran, pada 13 Maret 2020, harga saham Bengo4 cuma 3.390 yen. Namun, Oktober 2020, harga sahamnya sempat menyentuh 15.880 yen.

Sebagai pemilik saham mayoritas, Forbes mencatat kekayaan Motoe melejit ke US$1,2 miliar atau sekitar Rp17,28 triliun (asumsi kurs Rp14.400 per dolar AS) dan menjadikannya salah satu pendatang baru dalam daftar orang terkaya di Jepang tahun ini.

Dia menduduki peringkat ke-49 dari daftar 50 orang terkaya di Jepang versi Forbes April 2021. Per Jumat (25/6), harga saham Bengo4 tercatat 9.330 yen.

Selain hukum dan bisnis, Motoe juga tertarik pada dunia politik. Ia tercatat sebagai anggota parlemen Jepang sejak 2016. Selang setahun, dia melepaskan jabatan CEO Bengo4.

Kemudian, dia mundur dari kursi komisaris Bengo4 sebelum akhirnya menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan Jepang per 16 September 2020.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar