Belajar dari Guinea yang Hilangkan Wabah Ebola Dalam 4 Bulan

Senin, 21/06/2021 20:50 WIB
Wabah Ebola di guinea (AFP)

Wabah Ebola di guinea (AFP)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Kesehatan Guinea, Remy Lamah, mengumumkan gelombang II wabah ebola yang menerjang negaranya sejak Februari 2021 kini sudah berakhir.


"Saya dengan sungguh-sungguh menyatakan berakhirnya wabah Ebola di Guinea," kata Lamah saat konferensi pers di ibu kota Conakry, Sabtu (19/6) mengutip Reuters.

Terpisah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga membenarkan bahwa wabah yang telah menewaskan 12 orang sejak Februari lalu itu telah berakhir.

Untuk diketahui, gelombang II wabah ebola ini mulai menyerang Guinea sekitar awal 2021 lalu.

Sekitar 16 Februari lalu, pihak berwenang Guinea mencatat setidaknya 10 pasien suspek ebola, di mana lima di antaranya meninggal dunia.

Saat itu, Kemenkes Guinea setidaknya juga mengidentifikasi 115 kontak di Kota Nzerekore, dan 10 kasus lainnya di Ibu Kota negara Afrika tersebut, Conakry.

Seperti dikutip dari Reuters, gelombang kedua ebola itu muncul setelah sejumlah pasien suspek menghadiri sebuah upacara pemakaman di subprefektur Goueke. Setelah itu, beberapa dari mereka menderita sakit diare, muntah-muntah, dan pendarahan.

Sejak itu, pihak berwenang melacak kontak dan mengisolasi tamu lainnya yang hadir di acara tersebut.

Guinea pun resmi mendeklarasikan penemuan wabah ebola baru pada 15 Februari lalu.

Demi mencegah gelombang kedua ebola di Guinea itu menyebar parah, WHO kemudian mengirim sekitar 24 ribu dosis vaksin. Sebanyak 11 ribu di antaranya telah disuntikkan kepada penduduk wilayah terdampak wabah ini, termasuk kepada 2.800 petugas kesehatan.

Gelombang pertama wabah ebola terjadi di beberapa negara Afrika Barat pada 2013-2016 yang menewaskan hingga 11.300 nyawa. Sebagian besar pasien meninggal itu terdapat di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.

Sebagai informasi, terinfeksi virus Ebola dapat menyebabkan demam parah dan dalam kasus terburuk, bisa terjadi pendarahan.

Virus ebola menginfeksi melalui kontak dekat dengan cairan tubuh, seperti lewat darah atau cairan tubuh pengidapnya dari luka pada kulit atau lapisan dalam hidung, mulut, dan dubur.

Cairan tubuh tersebut dapat berupa air liur, muntah, keringat, ASI, urine, tinja, air mani. Orang-orang yang tinggal bersama dengan pengidap Ebola atau merawat pasien berisiko tertular.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar