Epidemiolog UI: Indonesia Menuju Puncak Gelombang Kedua Corona

Senin, 21/06/2021 11:43 WIB
Ilustrasi Penanganan Corona. (CNNIndonesia)

Ilustrasi Penanganan Corona. (CNNIndonesia)

Jakarta, law-justice.co - Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono menyebut saat ini Indonesia sudah masuk gelombang kedua lonjakan kasus Virus Corona (covid-19) dan bersiap menuju puncaknya.

Dia memprediksi kenaikan kasus konfirmasi positif Covid-19 di puncak gelombang kedua kali ini akan lebih tinggi dari apa yang terjadi akhir Januari 2021 lalu.

Dalam hal ini, Indonesia pernah mencatat penambahan kasus covid-19 tertinggi selama pandemi yakni 14.518 kasus sehari di 30 Januari 2021.

"Kalau kemarin Januari-Februari disebut puncak pertama, ya, [sekarang] bisa disebut kita sudah di gelombang kedua, tapi belum selesai. Dan ini kemungkinan menuju puncak gelombang kedua yang lebih tinggi dari yang pertama," kata Pandu seperti melansir cnnindonesia.com, Senin (21/6).

Pandu menilai potensi puncak gelombang kedua lebih tinggi lantaran saat ini Indonesia dihadapkan pada kemunculan varian mutasi virus SARS-CoV-2 yang sudah teridentifikasi di sejumlah provinsi. Pun menurutnya saat ini kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan mengalami kemerosotan.

Data Kementerian Kesehatan per 13 Juni 2021 mencatat sudah ada 145 kasus mutasi virus SARS-CoV-2 yang tergolong `Variant of Concern (VoC)`, yang berhasil teridentifikasi di Indonesia berdasarkan hasil Whole Genome Sequence (WGS) secara berkala.

Rinciannya, 36 kasus B117 Alfa, 5 kasus B1351 Beta, dan 104 kasus B1617.2 Delta.

Beberapa varian itu dinilai memiliki peningkatan penularan atau perubahan yang merugikan dalam epidemiologis, memiliki peningkatan virulensi atau perubahan presentasi penyakit klinis, bahkan mampu menurunkan efektivitas vaksin.

"Ada dua hal yang membuat gelombang dua berpotensi lebih tinggi. Karena karakteristik virus, varian, dan juga protokol kesehatan masyarakat," kata dia.

Namun demikian, Pandu mengaku tak sepenuhnya menyalahkan masyarakat. Ia menilai kepatuhan terhadap 3M yang merosot terjadi imbas penurunan sosialisasi dari pemerintah.

Pemerintah, kata dia, juga masih belum maksimal dalam melibatkan peran masyarakat dalam mengambil keputusan soal penanganan pandemi Covid-19.

Menurutnya, masih banyak warga yang salah paham dan termakan kabar hoaks soal Covid-19. Hal itu berimbas pada perilaku abai terhadap 3M. Ia juga mengatakan Indonesia sudah lama dalam "kondisi herd stupidity" atau kebodohan komunal.

Pandu menyebut kondisi itu tercipta lantaran manusia baik yang ada di masyarakat maupun di pemerintahan melakukan kebodohan bersama yang memicu terus meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia.

"Pemerintah kurang menginformasi dan mengajak masyarakat, sehingga masyarakat banyak tidak paham dan tidak peduli, dan akhirnya abai protokol kesehatan," pungkasnya.

Penambahan kasus Virus Corona harian di Indonesia terus mengalami peningkatan dalam sepekan terakhir. Per Minggu (21/6), kasus konfirmasi Covid-19 tembus 13.737 orang, yang merupakan jumlah kasus harian tertinggi sejak 30 Januari 2021.

Secara kumulatif, pemerintah mencatat sudah sebanyak 1.989.909 orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Dari jumlah itu sebanyak 1.792.528 orang dinyatakan pulih, 142.719 orang menjalani perawatan di rumah sakit dan isolasi mandiri, sementara 54.662 lainnya meninggal dunia.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar