Segera IPO, CT Corp Bakal Diwariskan ke Putri Tanjung

Minggu, 20/06/2021 17:20 WIB
Chairul Tanjung dan Putri Tanjung (VOI)

Chairul Tanjung dan Putri Tanjung (VOI)

Jakarta, law-justice.co - Pendiri CT Corp, Chairul Tanjung berniat membawa CT Corp untuk go public (IPO) dan bersaing di tingkat global. Diberitakan Nikkei Asia, Chairul Tanjung bakal menggandeng perusahaan Jepang untuk mewujudkannya.

Mengambil kebijakan IPO memang jarang dilakukan oleh kelompok bisnis besar di Indonesia yang dikelola oleh keluarga. Namun, Chairul Tanjung memastikan langkah yang diambilnya adalah untuk memastikan kelangsungan dan membuat perusahaan lebih terbuka. "IPO adalah untuk memastikan perusahaan lebih transparan, [ada] lebih banyak tata kelola, lebih banyak pelembagaan," kata Chairul Tanjung seperti diberitakan Nikkei Asia, dikutip kumparan pada Minggu (20/6/2021).


Chairul Tanjung telah meminta perusahaan perdagangan Jepang Mitsui untuk membantu dalam prosesnya. Sebagai bagian dari kesepakatan mereka, Mitsui berlangganan obligasi konversi CT senilai 100 miliar yen (USD 910 juta) pada bulan April -- 33 miliar yen dari itu menggantikan obligasi konversi CT yang sudah dipegang oleh Mitsui -- dan CT setuju untuk menerima eksekutif Mitsui untuk membantu modernisasi kelompok.

Beberapa konglomerat bisnis besar yang dimiliki keluarga di Indonesia dan mulai beroperasi bahkan sebelum kemerdekaan negara itu pada tahun 1945 biasanya memiliki sistem kepemilikan yang kompleks. Hal itu memungkinkan keluarga pendiri untuk mempertahankan kontrol kelompok, sebuah fenomena yang juga terlihat di Korea Selatan dan bagian lain Asia.


Sementara mereka mencantumkan perusahaan subholding dan anak perusahaan grup, konglomerat besar ini beroperasi secara tidak jelas melalui kendaraan yang berbeda dan kepemilikan silang antar entitas grup.

Namun, Chairul Tanjung merupakan pemain yang relatif lebih baru. Ia telah mengelompokkan sebagian besar bisnisnya di bawah payung yang digambarkan dengan cukup baik. “Kami lahir di generasi yang berbeda dengan konglomerat lain. Kami masih generasi pertama [dari keluarga pendiri], mereka di generasi kedua, beberapa sudah di [generasi] ketiga. Ketika mereka memulai bisnis, lingkungan berbeda,” ujar Chairul Tanjung.


Chairul Tanjung mendirikan CT Corp pada tahun 1987 sebagai produsen sepatu, kemudian bercabang menjadi keuangan dan mengakuisisi bank yang sakit pada pertengahan 1990-an. Sekarang atau sekitar 30 tahun kemudian, Chairul Tanjung adalah salah satu konglomerat terbesar di Indonesia dengan bisnis di media, hiburan, keuangan dan ritel.

Mitra di media yaitu CNN dan CNBC keduanya dari Amerika Serikat. Sementara banknya, Bank Mega, adalah pemberi pinjaman terbesar ke-14 di Indonesia berdasarkan aset. Supermarket grup beroperasi di bawah merek Carrefour, setelah mengakuisisi 100 persen saham di bisnis pengecer Prancis di Indonesia pada tahun 2012.


Chairul Tanjung menghasilkan Rp 46,4 triliun dalam penjualan dan memiliki aset sebesar Rp 181,4 triliun pada akhir 2019. Jumlah akan menjadikannya perusahaan terbesar ke-14 dalam hal penjualan, dan aset terbesar ke-13, di antara perusahaan yang terdaftar di Indonesia menurut data dari Factset.


Bagian dari perubahan saat IPO akan melibatkan penunjukan CEO baru. Kondisi itu akan berbeda dari struktur CT saat ini di mana Chairul Tanjung memiliki suara tertinggi dalam membuat keputusan. Meski begitu, Chairul Tanjung tidak menampik kalau Putri Tanjung atau anaknya bakal memegang perusahaan pada tahap tertentu. Saat ini Putri sudah menjadi Chief Experience Officer di CT Corp. "Putri mungkin memiliki kapasitas untuk memimpin CT Corp, dia lebih pintar dari saya, lebih kreatif, lebih inovatif. Tapi, saya juga tidak ingin perusahaan hanya sukses untuk generasi kedua, dan pergi pada generasi ketiga. Itu banyak terjadi di Indonesia. Jadi kami ingin memastikan [melalui institusionalisasi dan IPO] untuk membuat CT Corp selalu berkelanjutan, [selama] 100, 200, 1.000 tahun,” ungkap Chairul Tanjung.


Chairul Tanjung mengungkapkan grup tersebut sekarang maju dengan digitalisasi bisnisnya. Sebab pihaknya juga mengantisipasi generasi milenial yang ramah digital mendapatkan lebih banyak daya beli. Bisnis media, ritel, dan keuangannya akan memungkinkan grup untuk mengakses data jutaan pelanggan, yang dapat digunakan untuk memberikan rekomendasi dan promosi yang dipersonalisasi.


Rencana tersebut juga melibatkan peluncuran bank digital. Anak usaha CT, Mega Corp mengakuisisi Bank Harda Internasional tahun lalu. Pemberi pinjaman lokal kecil yang diambil untuk menjadi cabang perbankan digital CT Corp.


Chairul Tanjung menjelaskan bakal ada aplikasi yang relevan untuk operasi perbankan digital dan akan diserahkan kepada pihak berkompeten pada akhir Juni. Ia berharap untuk mendapatkan persetujuan dalam dua hingga tiga bulan. Aplikasi perbankan digital akan berfungsi ganda sebagai aplikasi super semu, di mana pengguna dapat melakukan pembelian dalam ekosistem tersebut.


Model bisnis itu mengadu langsung CT dengan perusahaan teknologi Indonesia seperti GoTo serta Grab dan Sea yang berbasis di Singapura. Kedua perusahaan itu menganggap Indonesia menjadi ekonomi terbesar di Asia Tenggara atau sebagai pasar terbesar mereka. Bagian penting dari bisnis ini adalah menganalisis data pengguna dan memberikan rekomendasi serta promosi pribadi agar orang-orang tetap berada di platform mereka.


Chairul Tanjung yakin konglomerat yang berhadapan dengan konsumen seperti CT memiliki keunggulan dibandingkan perusahaan teknologi. "Model bisnis mereka membakar uang untuk mendapatkan pelanggan. Pelanggan tidak setia. Jika orang lain membakar uang, mereka akan pindah," terang Chairul Tanjung.
“Lebih dari 150 juta unique visitor datang ke Detik,” tambahnya merujuk pada salah satu media online CT. Chairul Tanjung juga menyebutkan angka rata-rata harian antara 500.000 hingga 1 juta orang mengunjungi semua toko ritelnya. “Kita bisa mengumpulkan data tentang mereka tanpa mengeluarkan uang. Kenapa? Karena mereka setia, karena mereka membutuhkan jasa kita,” tutur Chairul Tanjung.


Kebangkitan CT Corp dibantu oleh pertumbuhan kelas menengah Indonesia, yang menurut Bank Dunia tumbuh dari 7 persen populasi menjadi 20 persen dalam 15 tahun sejak 2005. 45 persen populasi lainnya diklasifikasikan sebagai calon kelas menengah. Tetapi populasi negara yang lebih dari 270 juta dan kelas menengah yang berkembang juga bisa menjadi pedang bermata dua yaitu menyediakan pasar domestik yang besar bagi perusahaannya sering kali berarti kehilangan peluang ekspansi ke luar negeri.


Chairul Tanjung yakin masih ada banyak ruang bagi CT untuk tumbuh di Indonesia. Ia mengatakan grup tersebut akan mulai berinvestasi di pasar luar negeri setelah pandemi virus corona surut. "Ini akan menjadi waktu yang baik untuk investasi. Misalnya, Pakistan, Bangladesh, mereka memiliki populasi yang sangat muda. Jika kita bisa [mengambil] ritel, hiburan [di sana], kita bisa mengalahkan persaingan," ungkap Chairul Tanjung.


"Kami ingin menjadi perusahaan global. Saya tidak ingin menjadi juara hanya di Indonesia. Saya ingin menjadi juara global,” tambahnya.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar