Bahaya! 26 Juta Data Login FB, Google dll Kembali Diretas Hacker

Senin, 14/06/2021 12:40 WIB
Ilustrasi Hacker (ilustrasi: tribune)

Ilustrasi Hacker (ilustrasi: tribune)

Jakarta, law-justice.co - Penyedia jasa keamanan siber NordLocker menemukan 26 juta data login website populer telah diretas hacker. Data tersebut terdiri email dan password atau kata kunci untuk situs web ternama seperti Facebook, Google, hingga Spotify.

Data login yang dicuri berukuran lebih dari 1,2 terabyte. Hacker, menurut NordLocker, memanfaatkan malware atau program jahat tipe Trojan yang telah dimodifikasi.

26 juta data login yang dicuri terdiri dari 12 jenis situs web yang berbeda, seperti media sosial, game online, dan layanan email. Data login yang berhasil diambil termasuk data Google (1,54 juta data), Facebook (1,47 juta data), Amazon (209 ribu data), Shopee (17 ribu data), Apple (127 ribu juta data), Netflix (170 ribu data), Spotify (61 ribu data), YouTube (7 ribu data), hingga dan PayPal (145 ribu data).


Selain data login, data yang dicuri juga mencakup 1,1 juta alamat email, 6,6 juta file yang disimpan di folder Download, dan 2 miliar data penyimpanan browsing (cookie). Miliaran cookie yang dicuri berkaitan dengan website macam YouTube (17,1 juta), Facebook (8,1 juta), Twitter (5,2 juta), Amazon (3,5 juta), MediaFire (3,2 juta), dan eBay (2 juta).

Malware tersebut menargetkan web browser untuk mencuri data melalui tiga sumber software teratas, yaitu Google Chrome (19,4 juta data), Mozilla FireFox (3,3 juta data), dan Opera (2 juta data). Selain mencuri file, malware juga mengambil screenshot dari komputer dan foto melalui webcam.

Malware jenis `Trojan` yang dipakai peretas berhasil menyusup ke lebih dari 3 juta komputer berbasis Windows pada 2018 sampai 2020. Peretas menyebar malware ke email dan software bajakan seperti Adobe Photoshop versi ilegal dan beberapa game yang sudah diretas.


Pemerintah Amerika Serikat telah mengatakan serangan siber dari berbagai jenis sedang meningkat. Pada Minggu (6/6) lalu, Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo, telah mengatakan bahwa jumlah serangan siber akan meningkat di masa depan dan mendesak berbagai sektor bisnis untuk menopang sistem keamanan siber. “Kita harus berasumsi bahwa serangan ini akan tetap ada dan akan terus meningkat,” kata Raimondo dalam sebuah wawancara dengan ABC.

Sebelumnya pada Kamis (3/6) lalu, salah satu anggota Dewan Keamanan Nasional Amerika, Anne Neuberger, telah membuat surat kepada para pemimpin perusahaan mengenai meningkatnya risiko serangan ransomware yang mendesak perusahaan untuk membayar uang tebusan untuk data-data yang dicuri.

“Ancamannya serius dan meningkat,” kata Neuberger, seperti dikutip dari The Epoch Times.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar