Horornya Kasus Corona Kudus: Kabar Duka Pagi & Petang dari Toa Masjid

Senin, 14/06/2021 12:20 WIB
Pemakaman jenazah pasien covid-19 di Kudus (Kumparan)

Pemakaman jenazah pasien covid-19 di Kudus (Kumparan)

Kudus, Jawa Tengah, law-justice.co - Suasana pagi dan petang hari di Kudus seakan tak pernah `sepi`. Pada waktu-waktu itu pengumuman kabar duka selalu menggema, setidaknya dalam 2 pekan terakhir.

"Rasanya horor banget," kata Andri, salah seorang warga Kudus, menceritakan suasana di daerah kretek itu.


Pengumuman kematian yang bersahutan itu membuatnya makin mawas diri. Terlebih, varian corona B1617 sudah `menggila`.


Ahmad (30) yang tinggal di Kecamatan Kota Kudus juga menceritakan hal yang sama. Pengumuman kabar kematian acap dia dengar belakangan ini.
Suatu pengalaman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. "Kalau di tempat saya, setiap dua hari atau tiga hari sekali di masjid atau musala saya dengar pengumuman orang meninggal," kata Ahmad.


"Tapi memang tidak dijelaskan meninggal karena corona. Pengurus saat ditanya ya juga tidak mau terbuka soal itu."


Per 13 Juni 2021 petang, sebanyak 10.608 kasus positif COVID-19 telah terkonfirmasi. Angka ini meningkat lebih dari 7.000 persen usai Lebaran. Mencekam.


Di antara kasus yang menjamur, tak sedikit yang harus `menyerah` saat melawan corona. Sejauh ini terdapat 866 orang telah meninggal dunia.


Itu berarti, Case Fatality Rate (CFR) atau persentase jumlah orang yang meninggal dari seluruh jumlah kasus terkonfirmasi, telah mencapai 8,163 persen. Sangat tinggi, apalagi kalau kita melihat penduduk Kudus hanya 800 ribuan per 2019.


Apalagi kalau dibandingkan dengan angka CFR Indonesia yang hanya mencapai 2,7 persen. Itu berarti, persentase kematian karena COVID-19 di Kudus begitu tinggi.


Petugas pemakaman tiap hari pasti bertugas. Menyiapkan lahan untuk korban-korban virus ganas. Apalagi kalau kita melihat kasus meninggal di Kudus lebih dalam.


Dalam rentang waktu 4 hari atau pada tanggal 10 sampai 13 Juni 2021, tercatat sebanyak 954 kasus COVID-19 telah terkonfirmasi di Kudus. Dalam waktu tersebut juga terdapat 82 kasus meninggal dunia. Berarti per harinya, ada penambahan lebih dari 20 kasus kematian. Tertinggi, sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal pada 12 Juni 2021.


Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengatakan hal ini tak lepas dari telah ditemukannya 62 kasus varian Delta pada 72 sampel yang diuji di Kudus. "Dari 72 sampel yang telah diuji, hasilnya ditemukan 62 sampel atau 86,11 persen pasien COVID-19 dari Kudus terdeteksi Strain India (Delta) B16172," ungkap Ganjar melalui foto yang ia kirimkan lewat pesan singkat, Minggu (13/6/2021).


Varian tersebut diketahui punya kemampuan penyebaran yang lebih cepat. Hasil studi terbaru di Inggris bahkan menunjukkan varian yang pertama kali dideteksi di India tersebut punya risiko rawat inap di rumah sakit 2,61 kali lebih tinggi. "Risiko rawat inap yang dimaksud adalah risiko orang yang terkena COVID-19 untuk dirawat inap di rumah sakit.

Angka 2,61 kali lebih tinggi tersebut berasal dari perbandingan antara risiko rawat inap antara orang yang terinfeksi oleh varian B.1.617.2 (delta) dengan B.1.1.7 (alpha)," jelas Kandidat PhD di bidang kedokteran Kobe University dr. Adam Prabata melalui pesan singkat kepada kumparan, Selasa (8/6/2021).


Kondisi pasien yang dirawat biasanya punya gejala sedang hingga berat yang butuh penanganan intensif. Dengan tingginya penyebaran dan juga risiko rawat inap, tentu hal ini juga otomatis meningkatkan kemungkinan adanya kenaikan kasus kematian akibat COVID-19 di Kudus.

Hingga saat ini, tercatat sebanyak 2.342 kasus aktif di Kudus. Sementara persentase keterisian tempat tidur atau BOR telah mencapai 91 persen.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar