AS Sampaikan Kabar Buruk Soal Efek Samping Akut Vaksin Covid-19

Jum'at, 11/06/2021 20:31 WIB
Ilustrasi efek samping akut vaksin Covid-19 (detikcom)

Ilustrasi efek samping akut vaksin Covid-19 (detikcom)

Jakarta, law-justice.co - Semua negara di dunia tengah berlomba-lomba melakukan vaksinasi terhadap warganya agar menekan penyebaran Covid-19. Namun, di balik itu, ternyata ada kabar buruk yang ditemukan Amerika Serikat soal munculnya efek samping akut dari vaksin tersebut.

Pusat Penyakit Menular (CDC) menyebut risiko radang jantung pasca vaksin kedua corona lebih tinggi dari yang diharapkan, di kelompok usia 16 hingga 24 tahun. Melansir CNBC International, pada Mei ada 275 laporan kasus radang jantung, miokarditis atau perikardirtis. Padahal ilmuwan hanya berharap muncul 10 hingga 102 kasus saja.

"Kami jelas memiliki ketidakseimbangan di sana," kata Dr. Tom Shimabukuro dari Kantor Keamanan Imunisasi CDC dalam pertemuan Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait yang merupakan bentukan BPOM AS (FDA).

Meski jarang, CDC juga melaporkan 475 kasus miokarditis atau perikardirtis pada penerima vaksin di AS di kelompok umur 30 atau lebih muda. Mereka kebanyakan dirawat di rumah sakit (81%) dan sulit sembuh dari gejala yang muncul.

Dalam laporan di tanggal yang sama, 15 orang masih dirawat bahkan tiga berada ICU. CDC kemudian melanjutkan bahwa kejadian ini rata-rata ditemukan empat hari setelah penerima vaksin menerima suntikan kedua. Meski begitu CDC masih mengkategorikan kejadian ini sebagai kasus yang sangat jarang terjadi.

"Kasus-kasus itu sebagian besar terjadi pada remaja dan dewasa muda dan biasanya terjadi dalam empat hari setelah mendapatkan suntikan," kata CDC.

CDC mengoordinasikan penyelidikannya dengan FDA yang bulan lalu mengesahkan vaksin Pfizer-BioNTech untuk remaja usia 12 hingga 15 tahun. Hingga saat ini tim dari keduanya masih mencari tahu hubungan vaksin dengan peradangan itu.

"Kami masih belum tahu apakah ini benar-benar terkait dengan vaksin," kata Dr. Peter Marks, direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA, dalam acara tanya jawab virtual pada 27 Mei lalu.

AS sendiri hanya menggunakan tiga merk vaksin yakni Pfizer/BioNTech, Moderna dan Johnson & Johnson (satu suntikan). Moderna kemarin mengajukan izin agar vaksinnya boleh digunakan ke anak dan remaja.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar