Potensi Terburuk Tsunami 29 Meter di Jawa Timur, BMKG Minta Waspada

Rabu, 02/06/2021 11:43 WIB
ilustrasi tsunami (Wartakota)

ilustrasi tsunami (Wartakota)

Jakarta, law-justice.co - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi gempa bumi di atas Magnitudo 7 dan tsunami hingga 29 meter di pesisir selatan Jawa Timur.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan dari hasil analisis BMKG, seluruh pesisir Jatim berpotensi untuk diterjang tsunami apabila ada gempa besar.

"Hasil analisis kami untuk wilayah Jatim, seluruh pesisir itu potensinya, tinggi maksimum 26-29 meter di Kabupaten Trenggalek, itu tinggi maksimum. Waktu tiba tercepat 20-24 menit di Kabupaten Blitar," ujarnya dalam webinar di saluran Youtube InfoBMKG.

Meski begitu hasil analisis dan kajian BMKG juga menyatakan bahwa potensi genangan hasil tsunami itu bisa mencapai setinggi 22 meter.

"Ini sudah masuk genangan, bukan tinggi gelombang di pinggir pantai. Genangan bisa mencapai 22 meter, ini sampai masuknya juga menjorok cukup jauh [ke darat]," tuturnya.

Potensi gempa Jawa Timur di atas magnitudo 7
Selain membeberkan potensi tsunami di Jawa Timur, ia juga menjelaskan peningkatan frekuensi gempa kecil sejak awal tahun dan gap seismik yang disebut masih menyimpan energi.

BMKG telah mengamati dan menganalisis fenomena gempa bumi yang meningkat di Jawa Timur beberapa waktu terakhir. Dari hasil analisis itu, Jatim mengalami peningkatan jumlah gempa-gempa berkekuatan kecil.

"Sejak awal tahun kami survei. Mulai tahun-tahun sebelumnya rata-rata gempa 300-400 kali, tapi mulai Januari itu sudah lompat 600 kali lebih dan memang rata-rata 600 kali saat ini, di Jatim terjadi lompatan," kata Dwikorita dalam sebuah webinar di kanal Youtube infoBMKG, Jumat (28/5).

Ia menjelaskan pihaknya telah menyusuri pantai mulai Jatim sampai Selat Sunda untuk mengecek yang dikhawatirkan berpotensi terjadi gempa-gempa magnitudo di atas 7. Ia juga membeberkan potensi dan skenario terburuk [magnitudo] 8,7 ini bisa membangkitkan tsunami.

Dari hasil analisis dan kajian tersebut, kata dia, difungsikan untuk mengecek kesiapan aparat dan pemerintah daerah dalam menanggapi potensi bencana. Serta untuk menyiapkan sarana dan prasarana untuk lokasi evakuasi apabila terjadi tsunami.

Dwikorita menjelaskan, gempa-gempa kecil yang kerap mengguncang Jatim merupakan alarm bagi semua pihak.

Meski tidak ada gempa besar, ia menyebut tren peningkatan gempa-gempa dengan kekuatan kecil di itu biasanya mengawali gempa-gempa besar.

"Di selatan Jatim, dari sekian ratus kejadian gempa sejak 2008, kelihatan ada zona yang kosong, tidak ada titik-titik pusat gempanya. Zona-zona yang kosong ini dari yang dikatakan sebagai seismik gap yang dikhawatirkan," tuturnya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar