Bukan Teori Konspirasi, Profesor ini Yakinkan Corona Bocor dari Wuhan

Selasa, 01/06/2021 15:50 WIB
Varian Baru Virus Covid-19 (Reuters)

Varian Baru Virus Covid-19 (Reuters)

Jakarta, law-justice.co - Kebocoran virus corona dari laboratorium sangat mungkin dan bukan sebuah teori konspirasi. Untuk itu diperlukan penyelidikan secara mendetail atas apa yang terjadi di Institut Virologi Wuhan (WIV).

Seorang profesor virologi di Universitas Ume Swedia, Frederik Elgh mengatakan sangat penting untuk menyelidiki apakah virus corona berawal dari lab Wuhan. Secara pribadi, ia menyebut tidak masuk akal bahwa pihak berwenang, termasuk Badan Kontingensi Sipil Swedia (MSB) telah melabeli kemungkinan tersebut sebagai teori konspirasi.

Seorang profesor virologi di Universitas Ume Swedia, Frederik Elgh mengatakan sangat penting untuk menyelidiki apakah virus corona berawal dari lab Wuhan. Secara pribadi, ia menyebut tidak masuk akal bahwa pihak berwenang, termasuk Badan Kontingensi Sipil Swedia (MSB) telah melabeli kemungkinan tersebut sebagai teori konspirasi.

Awal bulan lalu, sebuah brosur MSB menyatakan virus corona berasal dari lab Wuhan merupakan cara untuk mencari kambing hitam.

Namun menurut Elgh, penyelidikan menyeluruh diperlukan untuk menentukan asal-usul virus. "Ada protokol penelitian sehingga Anda dapat menyelidiki menit demi menit apa yang terjadi. Belum lagi semua virus yang ada di laboratorium disimpan di freezer. Anda harus melaluinya secara detail,” kata Elgh kepada surat kabar Aftonbladet.

Dalam sebuah artikel di surat kabar ilmiah Forskning och Framsteg, Elgh mengatakan ada banyak contoh sejarah tentang bagaimana penyakit menular telah bocor dari laboratorium. Salah satunya adalah SARS yang menyebar dari laboratorium di Singapura pada tahun 2003. Elgh sendiri terlibat dan bekerja setelah wabah SARS. Elgh menekankan, lab di Wuhan sendiri mengembangkan penelitian dengan kolaborasi dana dari Amerika Serikat (AS).

Untuk itu, ia mendesak pihak berwenang di AS dan China memberikan semua data mengenai aplikasi penelitian, materi, dan laporan hasil pekerjaan di lab. "Anda juga harus memiliki akses ke semua strain virus yang disimpan di laboratorium sehingga karakterisasi genetik dapat berlangsung.

Selanjutnya, mutlak diperlukan untuk memiliki akses ke rutinitas pekerjaan laboratorium yang tersedia pada musim gugur 2019 di laboratorium terkait," ujarnya. Kendati begitu, Elgh menggarisbawahi, tidak ada yang menunjukkan kebocoran virus disengaja, dan justru sebuah kesalahan. “Meski begitu, itu harus diluruskan. Kita harus bisa mempersiapkan hal-hal seperti ini ke depan," pungkasnya.

Awal bulan lalu, sebuah brosur MSB menyatakan virus corona berasal dari lab Wuhan merupakan cara untuk mencari kambing hitam. Namun menurut Elgh, penyelidikan menyeluruh diperlukan untuk menentukan asal-usul virus. "Ada protokol penelitian sehingga Anda dapat menyelidiki menit demi menit apa yang terjadi. Belum lagi semua virus yang ada di laboratorium disimpan di freezer. Anda harus melaluinya secara detail,” kata Elgh kepada surat kabar Aftonbladet.

Dalam sebuah artikel di surat kabar ilmiah Forskning och Framsteg, Elgh mengatakan ada banyak contoh sejarah tentang bagaimana penyakit menular telah bocor dari laboratorium. Salah satunya adalah SARS yang menyebar dari laboratorium di Singapura pada tahun 2003. Elgh sendiri terlibat dan bekerja setelah wabah SARS. Elgh menekankan, lab di Wuhan sendiri mengembangkan penelitian dengan kolaborasi dana dari Amerika Serikat (AS).

Untuk itu, ia mendesak pihak berwenang di AS dan China memberikan semua data mengenai aplikasi penelitian, materi, dan laporan hasil pekerjaan di lab. "Anda juga harus memiliki akses ke semua strain virus yang disimpan di laboratorium sehingga karakterisasi genetik dapat berlangsung. Selanjutnya, mutlak diperlukan untuk memiliki akses ke rutinitas pekerjaan laboratorium yang tersedia pada musim gugur 2019 di laboratorium terkait," ujarnya.

Kendati begitu, Elgh menggarisbawahi, tidak ada yang menunjukkan kebocoran virus disengaja, dan justru sebuah kesalahan. “Meski begitu, itu harus diluruskan. Kita harus bisa mempersiapkan hal-hal seperti ini ke depan," pungkasnya.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar