Kasus Corona Melonjak Tajam, Afrika Selatan Lockdown Lagi

Selasa, 01/06/2021 09:04 WIB
petugas medis Afrika Selatan sedang mengambil sampel untuk tes covid-19 (detikcom)

petugas medis Afrika Selatan sedang mengambil sampel untuk tes covid-19 (detikcom)

Jakarta, law-justice.co - Pemerintah Afrika Selatan kembali menerapkan penguncian wilayah (lockdown) akibat lonjakan kasus infeksi virus corona (Covid-19).

Pengumuman itu disampaikan oleh Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, pada Minggu (30/5) kemarin.

"Kita belum bisa memperkirakan sampai kapan hal ini akan terjadi," kata Ramaphosa seperti melansir cnnindonesia.com, Senin (31/5).

Tingkat kenaikan kasus infeksi Covid-19 di Afsel selama tujuh hari terakhir mencapai 31 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

Sedangkan jika dibandingkan pada dua pekan sebelumnya lonjakan itu mencapai 66 persen.

Menurut Ramaphosa, saat ini kota-kota besar di Afsel, yakni Johannesburg dan Ibu Kota Pretoria tengah mengalami gelombang ketiga infeksi corona.

Terkait rencana pengetatan lockdown, Ramaphosa mengatakan pemerintah akan memperpanjang masa jam malam mulai pukul 23.00 sampai 04.00 waktu setempat. Kemudian pemerintah membatasi jumlah orang yang boleh berada bersama-sama di dalam satu ruangan maksimal hanya seratus orang, dan maksimal 250 orang untuk kegiatan di luar ruang.

Lalu, pemerintah juga membatasi jumlah pelayat yang boleh menghadiri pemakaman dari awal hingga akhir maksimal seratus orang. Kemudian kegiatan usaha yang dinilai bukan kebutuhan pokok harus tutup pada pukul 22.00.

"Kami harus tegas. Kita sudah melihat negara lain bernasib tragis karena virus terus menyebar. Kita tidak bisa mengendurkan pengawasan," ujar Ramaphosa.

Sampai saat ini kasus infeksi Covid-19 di Afrika Selatan tercatat mencapai 1.6 juta orang. Dari jumlah itu, sebanyak 56 ribu orang di antaranya meninggal.

Selama ini pemerintah Afrika Selatan menurunkan tingkat lockdown menjadi tingkat satu, dari lima tingkat yang ditetapkan. Mereka melarang kegiatan masyarakat di siang hari dan menghentikan sementara penjualan minuman keras dan rokok sejak tahun lalu.

Negara itu sudah mengalami dua kali lonjakan infeksi corona, yakni pada pertengahan 2020, diikuti dengan gelombang kedua pada Desember 2020 hingga Januari 2021.

Para pakar kesehatan memperingatkan lonjakan kasus corona di Afrika Selatan bisa memburuk sepanjang musim dingin.

Lonjakan kasus infeksi corona di negara itu juga terjadi akibat keterlambatan program vaksinasi. Sampai saat ini tercatat baru 1.5 persen dari 60 juta penduduk Afrika Selatan yang divaksin.

Ramaphosa mengatakan negaranya sudah membeli 50 juta dosis vaksin corona, tetapi yang sampai baru 1.3 juta dosis.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar