Ini Catatan Buat Mereka yang Tak Peduli Nasib Rakyat Palestina

Rabu, 19/05/2021 19:24 WIB
Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum MUI (Foto: Gatra)

Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum MUI (Foto: Gatra)

Jakarta, law-justice.co - Di dalam ajaran Islam kita tidak hanya diminta untuk memperhatikan diri kita, tapi kita juga diminta untuk peduli kepada orang lain, kepada tetangga kita, masyarakat, dan bangsa kita. Juga, kepada negara lain dan manusia-manusia yang ada di sana.

Oleh karena itu, di dalam khazanah ajaran Islam, dalam konteks hubungan dengan sesama dan dalam bentuk yang lebih makro, ada tiga jenis ukhuwah atau persaudaraan yang harus kita tegakkan dan junjung tinggi, yaitu ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah (kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (kemanusiaan).

Sikap dan pandangan seperti ini juga tampak terefleksi di dalam alinea pertama mukadimah atau pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia itu tidak boleh hanya sibuk berpikir dan berbuat untuk dirinya sendiri saja. Tapi, dia juga harus peduli terhadap nasib dan keadaan bangsa-bangsa lain.

Oleh karena itu, salah satu prinsip luhur dan mulia yang harus dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana kita bisa berjuang untuk tegak dan dijunjung tingginya nilai-nilai perikemanusiaan dan perikeadilan dalam hidup dan kehidupan ini.

Oleh karena itu, karena biang keladi yang paling utama yang telah membuat terciptanya satu kehidupan yang tidak berkeadilan dan tidak menjunjung tinggi nilai-nilai perikemanusiaan adalah penjajahan, maka para the founding fathers atau para pendiri bangsa kita telah melihat bahwa yang namanya penjajahan di atas dunia ini harus dihapuskan.

Ini artinya sebagai bangsa kita tidak boleh membiarkan ada suatu suku bangsa atau negara di dunia ini yang menjajah bangsa lain.

Itulah sebabnya sampai hari ini kita sebagai bangsa tidak bisa mengakui dan tidak mau membangun hubungan diplomatik dengan Israel karena Israel jelas-jelas secara mata telanjang telah mencaplok dan menjajah tanah dan wilayah yang menjadi milik dari bangsa Palestina.

Bahkan, tidak hanya sampai di situ, Israel juga telah mengekang kebebasan dan hak hidup serta hak berbicara bangsa Palestina. Bahkan, untuk mencapai tujuannya, Israel tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan dan membunuh para wanita dan anak-anak Palestina yang tidak berdosa dengan cara-cara yang sangat kejam dan sadistis yang benar-benar tidak sesuai sedikit pun dengan nilai-nilai keadilan dan perikemanusiaan.

Jadi, dari sini tampak betul oleh kita bahwa para pendiri bangsa kita sangat ingin dan menginginkan adanya satu dunia yang aman, tenteram, dan damai. Oleh karena itu, bangsa kita telah menegaskan politik luar negerinya adalah politik bebas aktif.

Artinya, kita tidak mau dikendalikan dan dipaksa-paksa oleh bangsa dan negara lain dan kita juga tidak boleh terikat dengan blok yang ada.

Dalam bahasa lain, kita harus bisa menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang mandiri dan aktif dalam kehidupan internasional. Kita harus berusaha dan berjuang untuk tegaknya nilai-nilai perikeadilan dan perikemanusiaan.

Oleh karena itu, dalam pentas global, negara kita secara aktif ikut memberikan solusi tidak hanya dalam bidang politik dan keamanan, tapi juga dalam bidang ekonomi.

Kita masih ingat bagaimana negara kita memberikan bantuan makanan dan kesehatan kepada bangsa-bangsa yang sedang bermasalah, apakah itu karena konflik atau peperangan atau karena bencana alam yang dialami oleh negara-negara lain dengan mengulurkan tangan untuk membantu negara yang sedang kesusahan tersebut.

Dan, karena kepedulian kita, negeri kita pun ketika mengalami kesulitan juga telah dibantu oleh negara-negara lain di dunia. Contohnya ketika negara kita dilanda musibah saat tsunami di Aceh pada 2004.

Waktu itu kita lihat bagaimana negara-negara lain di dunia sibuk membawa bermacam-macam bantuan untuk menolong dan membantu rakyat kita. Ya, demikianlah natural dan alamiahnya hidup dan kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan antarbangsa.

Oleh karena itu, kalau ada orang yang menganjurkan agar kita tidak perlu peduli terhadap nasib rakyat Palestina yang dijajah dan dibantai oleh Israel secara semena-mena, pandangan yang seperti itu jelas-jelas tidak sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia, Pancasila, terutama sila kedua, yaitu sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dan juga pandangan yang seperti itu, menurut saya, menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak paham dan tidak mengerti dengan baik amanat yang ada dalam konstitusi negara kita, terutama yang terkait dengan alinea pertama yang terdapat dalam mukadimah atau pembukaan UUD 1945. Terima kasih.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar