Tak Cuma Cantik, Miss Universe 2021 Juga Harus Peka Pada Isu Sospol

Selasa, 18/05/2021 13:00 WIB

Jakarta, law-justice.co - Ajang Miss Universe 2021 kali ini agaknya memang menjadi pembuktian slogan beauty, brain, and behaviour (3B) yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan dengan kehadiran para kontestan yang beradu sikap kritis akan isu terkini dunia lewat penampilan mereka.

Selama ini, kontes kecantikan dianggap hanya beradu penampilan terbaik para pesertanya saja. Perempuan yang paling cantik, bertubuh ideal, dan penampilan paling menarik akan menjadi juaranya.

Aspek kepintaran, seperti yang ditekankan lewat slogan 3B, serasa tidak begitu penting dibandingkan fisik. Pemenang beauty pageant sering dianggap tidak cerdas, apalagi kritis terhadap permasalahan sekitarnya, termasuk sosial dan politik.

Namun agaknya masa tersebut akan segera berubah. Lihat saja, saat sesi kostum nasional saat gelaran Miss Universe 2021 lalu. National costume menjadi salah satu sesi yang dinantikan dalam kontes yang digelar di Florida, Amerika Serikat itu.

Setiap tahunnya, para peserta kerap hadir dengan kostum terbaik, termegah, dan mengundang decak kagum. Seluruh peserta, termasuk perwakilan dari Indonesia, Ayuda Maulida, berusaha hadir dengan rancangan terbaik dari negaranya. Demikian pula Andrea Meza, perwakilan Meksiko yang sukses menjadi pemenang Miss Universe 2020.

Best National Costume menjadi salah satu kategori yang tak kalah bergengsi dan mebanggakan dibandingkan label sebagai ratu sejagad itu sendiri. Jenis kostum yang ditampilkan biasanya serupa, menonjolkan keunikan dan budaya negara asal kontestan dengan sentuhan kemewahan.

Para kontestan -tentu saja, berusaha hadir dengan penampilan terbaik, bukan dengan sikap kritis terbaik. Namun tidak demikian dengan sesi kostum nasional tahun ini yang diwarnai pertunjukkan sikap tegas para perempuan cantik ini.

Kontestan asal Singapura, Myanmar dan Uruguay hadir bukan hanya tampil cantik dan memesona, namun juga membawa pesan penting. Lewat aksinya di atas panggung Miss Universe 2021, ketiganya berbicara lantang soal isu politik dan sosial dunia. Kedua hal itu sebelumnya relatif jarang dibahas di panggung kontes kecantikan dibandingkan isu lingkungan dan budaya.

Tiga penampilan sarat isu sosial dan politik Lebih dari 70 kontestan beradu penampilan dalam sesi kostum nasional Miss Universe 2021. Namun hanya ada tiga yang secara gamblang membawa pesan yang sarat kritik akan kondisi sosial dan politik dunia.

Salah satunya, Thuzar Wint Lwin, kontestan asal Myanmar berhasil menjadi Best National Costume dengan pesan powerful yang dibawakannya. Apa saja pesan yang dibawa di atas panggung kontes kecantikan terbesar dunia ini? Pray for Myanmar Miss Universe Myanmar, Thuzar Wint Lwin sudah lama dikenal kritis akan kondisi negaranya yang saat ini mengalami gejolak politik. Pihak militer mendominasi pelaksanaan negara dan menyebar ketakutan di tengah masyarakat.

Perempuan berusia 22 tahun ini tampil dengan kostum tradisional yang relatif sederhana dan membawa segulung kertas putih.

Kertas bertuliskan "Pray for Myanmar" itu kemudian dibentangkan di hadapan puluhan kamera dan para juri yang hadir. Ia memanfaatkan keikutsertaannya untuk menarik perhatian dunia kepada Myanmar baik berupa doa maupun penyelesaian konflik.

Stop Asian Hate Miss Universe Singapura, Bernadette Belle Ong hadir dengan kostum sewarna bendera negaranya, merah dan putih. Pakaiannya memiliki jubah panjang yang melewati kaki dan bertulisan "Stop Asian Hate". Pesan itu disampaikan di tengah tingginya sentimen anti Asia yang menyebar di dunia, khususnya di Amerika Serikat.

Dikutip dari CNN, penelitian California State University, San Bernardino membuktikan terjadi lonjakan 164 persen kejahatan rasial terhadap orang Asia di 16 kota dan kabupaten terbesar di AS. No more hate, violence, rejection, discrimination Penampilan lain yang tak kalah powerful datang dari kontestan Uruguay, Lola de los Santos. Ia menunjukkan dukungan untuk komunitas LGBTQ di seluruh dunia dengan pesan bertuliskan "No more hate, violence, rejection, discrimination" di roknya.

Kostumnya berupa dress hitam dengan rok melebar. Bawahan tersebut kemudian dibuka dan menampilkan desain bagian dalamnya berhiaskan warna pelangi, ciri khas ikonik komunitas LGBTQ. Lola de los Santos selama ini dikenal aktif menyebarkan pesan tersebut di negaranya dan mendukung agar minoritas tersebut bisa hidup bebas tanpa rasa takut.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar