Indef Ungkap Kondisi Ekonomi Indonesia Kuartal I 2021: Masih Resesi!

Kamis, 06/05/2021 02:29 WIB
ilustrasi resesi ekonomi

ilustrasi resesi ekonomi

law-justice.co - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) telah menyelesaikan studi tentang laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2021. Secara keseluruhan kondisi perekonomian Indonesia masih berada di zona resesi. Ada tren perbaikan, namun masih parsial di beberapa sektor saja. Perekonomian Indonesia tersendat di beberapa sektor penting seperti industri, transportasi, dan akomodasi.

Di tengah optimisme pemulihan perekonomian global yang didorong oleh pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, China, dan sejumlah negara maju lainnya, laju perekonomian Indonesia masih mengalami pertumbuhan negatif di triwulan I 2021, sebesar -0,74 persen yoy (-0,96 presen qtq). Kepala Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda mengatakan, dengan melihat situasi pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya terkendali, vaksinasi yang belum merata, perkembangan daya beli, perkembangan sektoral maupun pengeluaran, sektor moneter, maupun implementasi stimulus fiskal. Indef meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi triwulan II Tahun 2021 sebesar 5 persen (yoy).

"Artinya, meskipun ekonomi triwulan II 2021 sudah akan positif, namun ini lebih karena faktor teknikal setelah tahun lalu di triwulan yang sama Indonesia mengalami pertumbuhan negatif -5,32 persen yoy," kata Nailul Huda saat menyampaikan laporan Indef secara daring, Rabu (5/5).

Indef melaporkan, beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan positif antara lain:
-Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
-Pengadaan Air, Penglolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
-Informasi dan Komunikasi
-Real Estate
-Jasa Kesehatan dan Sosial

Sementara sektor yang tetap negatif adalah:
-Pertambangan dan Penggalian
-Industri Pengolahan
-Konstruksi
-Perdagangan Besar dan Ecera, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
-Transportasi dan Pergudangan
-Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
-Jasa Perusahaan
-Jasa Pemerintahan

"Ada sektor yang negatif menjadi positif, seperti pengadaan listrik dan gas. Namun ada yang tadinya positif tapi malah menjadi negatif, seperti jasa keuangan, asuransi, dan pendidikan," ujar Nailul.

Sektor transportasi, penyediaan akomodasi, dan makan minum merupakan sektor yang masih sangat terpuruk dengan nilai kontraksi paling besar. Sektor transportasi dan pergudangan masih terkontraksi sebesar -13.12 persen sedangkan sektor akomodasi dan penyediaan makan minum terkontraksi sebesar -7.26 persen. Kedua sektor tersebut sangat terkait dengan pembatasan pergerakan manusia di mana terdapat kebijakan PPKM.

Indef mengeluarkan rekomendasi untuk mengakhiri resesi di tengan pandemi. Pertama, tetap melakukan perubahan skema stimulus fiskal pada program bantuan sosial yang lebih tepat sasaran, jumlah yang memadai serta pilihan program yang efektif. Pemerintah harus berani menghapus program-program yang memiliki kecenderungan tidak efektif dan tumpang-tindih sasaran. Jika tidak, dikhawatirkan masyarakat akan menahan pendapatan mereka dan enggan menggunakannya untuk konsumsi.

"Insentif fiskal khususnya di sektor usaha sebaiknya diprioritaskan pada sektor-sektor yang masih negatif pertumbuhannya, seperti hotel, restoran, dan angkutan. Postur APBN perlu dilakukan perubahan mendasar mengingat beberapa kondisi makro telah berubah, termasuk mengantisipasi masuknya gelombang serangan Covid-19 kedua maupun varian baru Covid-19," Nailul Rizal.

(Januardi Husin\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar