Seorang Guru di Sukabumi Lumpuh Usai Vaksinasi Kedua, Diduga Autoimun

Kamis, 29/04/2021 11:39 WIB
Para Guru dan staf tenaga pendidik menerima vaksinasi Covid-19 di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (6/4). Dinas Pendidikan DKI Jakarta menargetkan sebanyak 142.403 guru dan tenaga pendidik menerima vaksinasi Covid-19 sebagai upaya meningkatkan kekebalan kepada para pengajar jelang uji coba sekolah tatap muka. Robinsar Nainggolan

Para Guru dan staf tenaga pendidik menerima vaksinasi Covid-19 di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (6/4). Dinas Pendidikan DKI Jakarta menargetkan sebanyak 142.403 guru dan tenaga pendidik menerima vaksinasi Covid-19 sebagai upaya meningkatkan kekebalan kepada para pengajar jelang uji coba sekolah tatap muka. Robinsar Nainggolan

law-justice.co - Seorang guru yang berasal dari Sukabumi, Jawa Barat, bernama Susan disebut mengalami kelumpuhan usai menjalani vaksinasi Covid-19 kedua.

Dia kini masih menjalani rawat jalan setelah sekitar tiga pekan dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung.

Adik Susan, Yayu mengatakan kakaknya menjalani vaksinasi dosis kedua pada 31 Maret.

"Pertama setelah divaksin itu tangannya mengeluarkan darah agak banyak, tidak berhenti. Lalu pusing, mual, lemas. Terus disuruh istirahat dulu, didudukin di kursi. Itu masih di lokasi vaksin," kata Yayu seperti melansir cnnindonesia.com, Kamis (29/4).

Dia mengatakan saat itu keluhan Susan tidak membaik. Kakaknya itu justru merasa sesak, penglihatannya kabur, dan tangannya kaku.

Susan pun dibawa ke Rumah Sakit Palabuhanratu, Sukabumi. Saat itu, diagnosis dokter menyatakan bahwa Susan memiliki autoimun.

Tidak lama dirawat di RS Palabuhanratu, Susan lalu dirujuk ke RSHS Bandung. Ia dirawat selama tiga pekan di rumah sakit tersebut.

"Keluar tanggal 23 [April]. Sekarang sudah di rumah, tinggal rawat jalan saja seminggu sekali. Tapi kondisinya masih belum bisa melihat dan belum bisa jalan. [Pandangan] buram. Waktu di RSHS malah sempat blank [pandangannya]," kata dia.

Menurut Yayu, Susan tidak memiliki penyakit bawaan. Ia juga menyebut, selain pada vaksinasi kedua ini, kakaknya sempat mengalami efek usai menjalani vaksin yang pertama. Namun saat itu efek yang dirasakan hanya mual dan lemas.

"Vaksin pertama kata teteh ada efek, mual sama pusing, lemas, cuma waktu screening sebelum vaksin kata petugasnya itu efek biasa. Emang ada efek itu," kata dia.

Dihubungi terpisah, Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyebut bahwa peristiwa itu tengah didalami oleh Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komda KIPI) Jawa Barat.

"Ini mungkin masih ditangani Komda KIPI Jawa Barat ya. Kita tunggu aja lebih lanjut," kata Nadia.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar