Bukan Cak Imin, 2 Orang Ini Dipilih Poros Islam untuk Dampingi Anies

Rabu, 21/04/2021 20:45 WIB
Poros Partai Islam lebih pilih Sandiaga Uno atau Ridwan Kamil untuk dampingi Anies Baswedan saat Pilpres 2024 daripada Muhaimin Iskandar atau Cak Imin (Foto: The Jakarta Post)

Poros Partai Islam lebih pilih Sandiaga Uno atau Ridwan Kamil untuk dampingi Anies Baswedan saat Pilpres 2024 daripada Muhaimin Iskandar atau Cak Imin (Foto: The Jakarta Post)

law-justice.co - Wacana pembentukan poros partai Islam begitu kencang akhir-akhir ini. Bahkan, mereka sudah mulai membahas sosok yang siap diusung untuk Pilpres 2024. Sejumlah nama dimunculkan seperti Anies Baswedan hingga Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

Namun, menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta M. Jamiluddin Ritonga, poros Islam lebih memilih Sandiaga Uno atau Ridwan Kamil sebagai pendamping Anies.

Sementara soal munculnya poros partai Islam ini kata dia layak disambut gembira. Sebab, di negara mayoritas Islam seperti Indonesia ini seyogyanya partai Islam dapat berperan besar.

Namun harapan itu memang tidak mudah. Sejarah membuktikan, partai Islam di Indonesia sulit bersatu. Partai Masyumi pada era Orde Baru mengindikasikan hal itu.

"Untuk kondisi saat ini, koalisi PPP san PKS tampaknya tidak ada masalah. Selama ini hubungan kedua partai tersebut pada umumnya berjalan baik," katanya, Rabu (21/4/2021).

Adapun PBB memang antusias mendukung koalisi partai Islam. Namun, kemungkinan padunya Yusril Ihza Mahendra termasuk Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar juga masih tanda tanya.

"Hubungan PKB dan PKS juga selama ini tampak tidak baik. Bahkan hubungan kedua partai ini ibarat air dan minyak yang sulit dipersatukan," kata Jamiluddin.

Selain itu, PAN sudah menyatakan tidak tertarik ikut dalam koalisi tersebut. Padahal selama ini, hubungan PAN dengan PKS dan PPP relatif baik. Sementara Partai Ummat yang dimotori Amien Rais juga menyambut dingin gagasan koalisi partai Islam.

"Petanya, hubungan antar partai Islam tampak demikian. Kecenderungan ini memang membuat pesimis terbentuk koalisi partai Islam pada Pilpres 2024," terang Jamiluddin.

Namun demikian, lanjut dia, peluang terbentuknya koalisi partai Islam masih tetap terbuka selama PKB, PKS, dan PPP solid. Tentu soliditas tiga partai dapat terjaga kalau PKB tidak terlalu dominan, khususnya dalam menentukan pasangan calon presiden.

"Kalau Muhaimin tidak memaksakan diri mengajukan calon presiden, maka PKS kemungkinan akan rela berkoalisi. Sebab, PKS kelihatan lebih memilih mengusung Anies Baswedan pada Pilpres 2024," ucap Jamiluddin.

Jadi, ada kemungkinan PKS dapat menerima kalau Muhaimin menjadi cawapres. Dan kalau pilihan ini diterima PKB, maka peluang koalisi partai Islam masih terbuka.

Hanya saja, masih menurut Jamiluddin, kalau koalisi partai Islam hanya PKB, PKS, PPP, dan PBB, maka peluang Anies-Muhaimin untuk menang tampaknya masih berat.

Kalkulasi itu didasari dari kemungkinan munculnya paslon dari partai nasionalis yang elektabilitasnya lebih baik. Katakan muncul koalisi PDIP dan Partai Gerindra, yang mengusung Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo atau Prabowo Subinato-Puan Maharani.

"Semua itu sebaiknya harus diperhitungkan sebelum memastikan pasangan Anies-Muhaimin. Koalisi partai Islam sebaiknya menanggalkan ego partai dengan mencari pasangan Anies yang tangguh sehingga dapat bersaing dengan kompetitor dari partai nasionalis. Untuk itu, kiranya Anies dapat dipasangkan dengan Sandiaga Uno atau Ridwan Kamil (RK). Pasangan ini jauh lebih kompetitif pada Pilpres 2024," tutupnya.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar