Bantah Ketum PBNU, PP Muhammadiyah: Salafi Bukan Sumber Terorisme!

Minggu, 04/04/2021 05:16 WIB
Pimpinan Utama Nahdatul Ulama (NU), Said Aqil Siroj (realitarakyat.com)

Pimpinan Utama Nahdatul Ulama (NU), Said Aqil Siroj (realitarakyat.com)

law-justice.co - Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Syafiq Mughni menyatakan, salafi bukanlah mazhab yang monolitik.

Syafiq menambahkan ada banyak varian dalam tubuh kelompok Salafi. Itulah sebabnya jika ada pengikut Salafi yang jadi teroris bukan berarti kelompok itu identik dengan terorisme.

Pernyataan tersebut sekaligus membantah tudingan yang dilontarkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj yang menuding kelompok Salafi adalah sumber terorisme.

Saat memberikan keterangan (31/3), Syafiq mencontohkan jika teroris beragama Islam bukan berarti Islam mendorong terorisme.

Syafiq mengatakan, gerakan terorisme bisa muncul karena berbagai faktor, seperti politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Pintu masuknya bisa bermacam-macam, agama, ideologi, politik, etnisitas, ekonomi, dan lain-lain.

Jika ada teroris orang Indonesia, Syafiq menyebut bukan berarti Indonesia adalah bangsa teroris. Itulah sebabnya Syafiq menyatakan berwacana memerlukan logika, tidak sekedar retorika.

Muhammadiyah, menurut Syafiq, menilai perbedaan mazhab adalah kekayaan yang harus dikelola untuk kemajuan. Syafiq menambahkan, Muhammadiyah memilih untuk tidak bermazhab, termasuk Salafi atau Wahabi.

Hal ini menjadikan organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan itu bisa berpikir lebih jernih dan tidak terbebani stigma sektarianisme.

Sebelumnya dalam sebuah diskusi online bertema ‘Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial’ yang disiarkan di YouTube Televisi Nahdlatul Ulama (TVNU), Selasa (30/3), Ketua Umum PBNU Said Aqil menuding ajaran Salafi dan Wahabi sebagai pintu masuk terorisme di Indonesia.

Said menyatakan, untuk menghabisi jaringan terorisme harus berasal dari benihnya. Di antaranya benih terorisme menurut Said adalah ajaran Salafi dan Wahabi.

Namun Komisaris Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini menegaskan, ajaran Salafi dan Wahabi bukan terorisme. Keduanya hanyalah pintu masuk lantatan ajarannya dinilai ekstrem. Said mencontohkan, ajaran Wahabi yang mudah menganggap sesuatu sebagi bid’ah dan dholalah.

Selain itu ajaran tersebut mudah memberikan label kafir kepada kelompok lain. Bahkan sampai pada tingkat menghalalkan darah atau boleh dibunuh. Ajaran semacam itulah yang menurut Said menjadi benih atau pintu masuk terorisme.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar