Pengamat Terorisme Sidney Jones: Masih Akan Ada Lone Wolf Perempuan!

Jum'at, 02/04/2021 07:52 WIB
Pengamat terorisme di Institute for Policy Analysis of Conflict, Sidney Jones. (CNN).

Pengamat terorisme di Institute for Policy Analysis of Conflict, Sidney Jones. (CNN).

law-justice.co - Pengamat terorisme sekaligus Direktur Insitute for Policy Analysis of Conflict, Sidney Jones memprediksi aksi teror dengan pelaku lone wolf atau beraksi sendiri yang dilakukan oleh perempuan akan terulang lagi.

"Pasti ada lone wolf lagi dan pasti ada perempuan lagi," tuturnya dalam wawancara yang disiarkan CNNIndonesia TV, Kamis (1/4).

Menurutnya hal ini mungkin terjadi karena penyebaran paham radikalisme hingga perekrutan kelompok teror di media sosial masih menjadi permasalahan yang marak.

Meski begitu, ia mengakui kasus teror lone wolf sebetulnya jarang ditemukan di Indonesia. Sidney pun menyarankan aparat penegak hukum tidak menangani kasus teror di Mabes Polri, Jakarta lalu seperti kasus teror biasa karena diduga tidak terkait dengan jaringan teror.

"Jangan [anggap kasus ini] sebagai suatu yang biasa. Karena di Indonesia lone wolf masih sesuatu yang agak jarang terjadi," katanya.

Sidney mengatakan dalam menanggulangi kasus teror yang melibatkan perempuan, seperti pada aksi di Mabes Polri, aparat seharusnya juga melibatkan perempuan untuk memahami jaringan teror di kalangan perempuan.

"Saya kira kita juga harus lihat jumlah perempuan dalam Densus 88 dan polisi lebih luas masih sedikit," ucap dia.

Menurutnya, pemerintah dan aparat juga perlu melakukan banyak diskusi dengan ratusan perempuan bekas simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dari Turki beberapa waktu lalu untuk memahami aksi teror di kalangan perempuan.

Sidney menampik penilaian Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli bahwa perempuan diberdayakan menjadi pelaku teror karena lebih lemah dalam menetapkan pendirian atau mudah dipersuasi.

Menurut Sidney, justru terdapat pergeseran pemahaman di kalangan pelaku teror perempuan yang sebelumnya hanya berperan menjadi istri dan ibu, namun kini ingin turut aktif dalam aksi teror.

"Jadi saya nggak setuju seratus persen dengan apa yang disampaikan Pak Boy Rafli bahwa perempuan terlalu lemah dan sebagainya. Mungkin sebagian, tapi kita lihat juga perempuan ingin dapat peran lebih aktif sendiri," tambahnya.

Sebelumnya, Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan pelaku penyerangan di Mabes Polri pada Rabu (31/3) sore merupakan lone wolf yang berideologi ISIS.

Pelaku dengan inisial ZA merupakan seorang mahasiswa dropout berusia 25 tahun. Ia sempat melempar tembakan sebanyak enam kali di komplek Mabes Polri sebelum akhirnya dilumpuhkan.

Sampai saat ini, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono mengatakan pihaknya masih menyimpulkan ZA melakukan aksinya sendiri.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar