Eks Napi Teroris Ungkap Alasan Pasutri Tergoda Lakukan Bom Bunuh Diri

Selasa, 30/03/2021 21:46 WIB
Eks napi teroris ungkap alasan pasutri nekat ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (kompas)

Eks napi teroris ungkap alasan pasutri nekat ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (kompas)

law-justice.co - Pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan diketahui adalah pasangan suami istri. Lantas, eks napi teroris (napiter) peledakan bom di McDonald`s Makassar pada 2002, Mukhtar Daeng Lau mengungkap penyebab keduanya tergoda melakukan hal keji itu.

Menurut dia, keduanya tergoda dengan propaganda teroris. Salah satunya adalah adanya kedekatan emosional dengan mentor teroris.

"Radikalisme tidak berdiri sendiri. Sebelum menjadi teroris, dia harus radikal dan radikal tentu yang saya katakan dengan mudah tersusupi paham-paham yang diinginkan mentor-mentor mereka. Mentor itulah yang punya pengaruh apalagi ada kedekatan, misalnya pernah berjasa terhadapnya," jelas Mukhtar di Makassar, Selasa (30/3/2021).

Pasangan suami-istri bomber di depan Gereja Katedral Makassar, L dan YSF, sendiri disebut baru 7 bulan menikah. Keduanya dinikahkan oleh M Rizaldy (46), salah satu terduga teroris yang ditembak mati oleh Densus 88 Antiteror Polri di Perumahan Villa Mutiara, Kelurahan Bulurokeng, Biringkanaya, Makassar, pada 6 Januari 2021.

"Jadi, secara emosional, kemudian mungkin pernah berjasa terhadapnya, makanya apa pun disuruhkan, diperintahkan, dilakukan," jelas Mukhtar.

Sehubungan dengan penggerebekan yang diwarnai penembakan terhadap Rizaldy pada beberapa waktu lalu, Mukhtar mengungkap peristiwa tersebut bisa saja menjadi bagian dari motivasi L dan YSF untuk melancarkan aksinya. Alasannya, L dan YSF punya kedekatan khusus dengan Rizaldy.

"Atau boleh jadi ketidakadilan, karena dia anggap yang lalu itu ada orang yang ditembakin, ada orang yang ditangkap sehingga dengan mudah ini pengaruh-pengaruh `ah, kalau begini sangat tidak adil perlakuannya`, itu juga salah yang memicu maka di sini negara harus hadir," jelas Mukhtar.

Menurutnya, negara dapat hadir dengan tiga langkah utama deradikalisasi, yakni langkah pendampingan, pembinaan, dan pemberdayaan, khususnya terhadap sel-sel Jamaah Ansharut Daulah (JAD) kelompok kajian Villa Mutiara yang tersisa.

"Ditambah dengan bagaimana senantiasa ada komunikasi yang baik terhadap mereka-mereka ini," sambung Mukhtar.

Mukhtar sendiri turut menyampaikan rasa belasungkawa terhadap korban aksi bom bunuh diri ini. Menurutnya, ini tidak perlu terjadi.

"Saya melihat kasus ini merupakan musibah terhadap bangsa ini. Saya sebagai mantan napi teroris senantiasa ada keinginan untuk menjaga Makassar bagaimana dia damai tenteram karena Makassar adalah miniatur Indonesia, di dalamnya banyak agama, etnis, bahasa, budaya, dan seterusnya, karena kita harus menjaga," jelas Mukhtar.

Mukhtar juga mengaku sangat mengecam aksi bom bunuh diri tersebut. Dia juga memberikan dukungan moral kepada para korban.

"Maka ketika terjadi bom Makassar saya salah satu orang yang mengecam sekaligus memberi semangat kepada para korban. Semestinya tidak terjadi hal seperti itu," katanya.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar