Picu Kontroversi, Antonio Samakan Presiden Lopez Dengan Yesus Kristus

Jum'at, 26/03/2021 15:28 WIB
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador (AFP)

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador (AFP)

law-justice.co - Salah satu anggota militan dari Partai Morena, Antonio Attolini Murra, membuat sebuah pernyataan kontroversial karena membandingkan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador dengan Yesus Kristus dan beberapa pemimpin dunia yang paling dihormati.


Pernyataan Attolini, yang sedang mencalonkan diri sebagai wakil dari kota Torreon di majelis rendah Kongres, disampaikan dalam sebuah wawancara program `Tragaluz` yang disiarkan di televisi pada Senin (22/3/2021) waktu setempat.

Saat itu dia mengatakan bahwa Lopez Obrador mirip dengan pemimpin terhebat dalam sejarah, atas dedikasinya dan ide-ide besarnya.

"Mungkin gagasan pengorbanan atas nama sesuatu yang lebih besar, bisa menyerupai pemimpin terbesar dalam sejarah, mungkin dalam hal itu," ujarnya.

Disinggung tentang para pemimpin yang dirujuknya, Attolini mengatakan: "Yesus Kristus, tentu saja, Mahatma Gandhi, (Martin) Luther King, (Nelson) Mandela; dia berada di level itu," jawabnya, seperti dikutip dari Mexico News, Jumat (26/3/2021)

Politisi berusia 30 tahun, yang juga satu partai dengan Lopez Obrador, mengatakan bahwa AMLO, julukan Lopez Obrador, telah terinspirasi oleh `para pemimpin hebat` Meksiko, termasuk mantan presiden Benito Juarez dan Lazaro Cardenas serta pahlawan kemerdekaan Miguel Hidalgo.

“Belum ada pemimpin sosial di negara ini yang mendedikasikan begitu banyak waktu dalam hidupnya untuk memikirkan orang lain,” katanya.

Sejak awal wawancara, Attolini Murra meyakinkan bahwa dia tidak memerlukan izin dari Istana Nasional untuk melakukan wawancara. Pihak Istana juga telah mengonfirmasi bahwa Attolini Murra berbicara atas nama pribadi, Istana Nasional - kursi kekuasaan eksekutif - tidak menginstruksikan kepadanya apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan selama wawancara.

Analoginya soal Yesus-AMLO memicu perdebatan di media sosial. Ada yang mengkritik namun banyak juga yang memujinya.

"Saya bertemu Attolini ketika dia benar-benar kebalikan dari dia sekarang; orang berubah ketika mereka melewati garis fanatisme oportunistik. Alasan mereka kabur dan mereka mengatakan omong kosong," cuit Angelica de la Pena, mantan senator dan wakil Partai Revolusi Demokratik (PRD), di akun Twitternya.

Sementara, Fernando Belaunzaran, mantan anggota parlemen PRD lainnya, menulis di platform yang sama, bahwa presiden suka disanjung.

Sebaliknya, analis politik Abraham Mendieta menggambarkan penampilan Attolini dalam program tersebut sebagai `sangat baik`.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar