Saat Ribuan Ton Beras Impor Masih Menumpuk di Gudang Bulog Cirebon

Selasa, 23/03/2021 09:37 WIB
Stok di Gudang Beras Bulog (Foto:Robinsar Nainggolan)

Stok di Gudang Beras Bulog (Foto:Robinsar Nainggolan)

law-justice.co - Mengenai wacana impor beras 1 juta ton saat stok beras masih menggunung, Ramadin Ruding selaku Kepala Pimpinan Kantor Cabang Bulog Cirebon, Jawa Barat angkat bicara.

Ramadin Ruding mengatakan saat ini masih terdapat 5.000 ton beras impor tahun 2018 yang berada di gudang, dan belum bisa dikeluarkan.

Justru ia mengaku masih mencari cara agar ribuan ton beras impor itu terjual, di antaranya mengupayakan biaya operasional.

"Ada 5.000 ton beras impor tahun 2018 yang masih berada di gudang," kata Ramadin Ruding seperti melansir pikiran rakyat.

Dia menilai, ketika beras tersebut akan dikeluarkan, butuh operasional lainnya, agar beras impor yang sudah berada di gudang sejak tahun 2018 itu dapat keluar.

"Kalau mau dikeluarkan kami harus menambah operasional lagi, agar beras ini dapat terjual," ucapnya.

Ramadin Ruding mengatakan, saat ini total stok beras di gudang Kantor Cabang Bulog Cirebon yakni 70.000 ton.

Ini menunjukkan cadangan beras masih aman sampai 13 bulan ke depan.

Sedangkan untuk pengeluaran beras Bulog, Ramadin Ruding mengatakan saat ini hanya ketika ada operasi pasar yang saat ini dinamakan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH).

"Penyaluran kami hanya KPSH dan ketika panen raya KPSH juga diperkecil," katanya.

Di sisi lain, Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi menjamin tak akan adanya impor beras saat petani lokal memasuki panen raya, sehingga harga beras petani lokal akan aman.

“Saya jamin tidak ada impor ketika panen raya. Dan hari ini tidak ada beras impor yang menghancurkan harga petani," ujar Mendag Muhammad Lutfi, pada Jumat, 19 Maret 2021.

Muhammad Lutfi juga menyampaikan data harga beras stabil di angka Rp11.000 per kilogram selama sepekan terakhir.

Adapun impor yang dimaksud adalah kebijakan impor sebagai pemenuhan stok di Bulog untuk berjaga-jaga.

Langkah tersebut dipilih, mengingat rendahnya daya serap gabah oleh Bulog pada Maret, di mana faktor musim hujan yang berdampak pada basahnya gabah, menjadi sebab Bulog hanya bisa menyerap 85.000 ton gabah.

“Jadi hitungan saya stok akhir Bulog yang 800.000, dikurangi stok impor 300.000 ton. Berarti stok itu tidak mencapai 500.000 ton, ini yang paling rendah dalam sejarah Bulog," tutur Mendag.

Mendag Muhammad Lutfi juga menegaskan bila pengadaan Bulog di dalam masa panen berjalan baik, maka Mendag tidak masalah untuk tidak impor beras.

"Jadi anda bisa tahu bagaimana rasanya hati saya. Kalau pengadaan Bulog di dalam masa panen ini berjalan dengan baik, saya tidak masalah kita tidak impor selama stok Bulog mencapai satu juta," katanya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar