Depak Tim Bulutangkis RI dari All England, Inggris Bantah Diskriminasi

Senin, 22/03/2021 19:29 WIB
Inggris bantah melakukan diskriminasi ke Tim Bulutangkis Indonesia dengan mendepaknya dari All England 2021 (kompas)

Inggris bantah melakukan diskriminasi ke Tim Bulutangkis Indonesia dengan mendepaknya dari All England 2021 (kompas)

law-justice.co - Inggris dan BWF dituding telah mendiskriminasi Tim Bulutangkis Indonesia dengan mendepaknya dari All England 2021. Tudingan itu dibantah oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins. Owen bahkan mengaku sedih dengan kejadian yang menimpa tim Indonesia.

"Saya sangat sedih atas kejadian yang sangat disayangkan ini, yang telah menyebabkan tim bulutangkis Indonesia gagal mengikuti turnamen All England," kata Jenkins.

"Saya bisa merasakan kekecewaan para penggemar bulutangkis di Indonesia, namun terutama kekecewaan para atlet yang telah bekerja sangat keras untuk mencapai puncak prestasi mereka," imbuh Dubes Inggris tersebut dalam rilis pers yang disampaikan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Senin (22/3/2021).

"Saya berharap kita semua dapat memahami bahwa tidak ada tindakan ataupun perlakuan diskriminasi yang terjadi. Semua orang yang berkunjung ke Inggris harus mengikuti aturan yang berlaku untuk melindungi kesehatan sesama pengunjung, dan masyarakat yang lebih luas di Inggris," kata Jenkins.

Menurut Jenkins, insiden ini adalah sebuah kecelakaan murni (bukan kesalahan siapa pun), di mana tim bulutangkis Indonesia - dan para penumpang lain, termasuk seorang pemain bulutangkis Turki - tiba di Inggris dengan pesawat yang membawa seseorang, yang kemudian dinyatakan positif COVID-19.

"Penerbangan ini adalah sebuah pesawat kecil dengan lorong tunggal. Dalam situasi seperti ini, tindakan yang normal dilakukan adalah, menyatakan seluruh penumpang yang ada di dalam penerbangan tersebut telah terpapar COVID-19. Ini berarti semua orang di pesawat itu harus melakukan isolasi mandiri untuk melindungi kesehatan masyarakat. Peraturan pemerintah Inggris tidak mengizinkan pengecualian apapun terkait persyaratan isolasi mandiri ini," papar Jenkins.

Lebih lanjut Jenkins dalam pernyataannya menyebutkan bahwa di Inggris, setiap orang diperlakukan sama, tanpa memandang siapapun Anda. Sebagai contoh, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson diminta untuk mengisolasi diri selama 10 hari pada bulan November tahun lalu, setelah bertemu dengan seseorang yang kemudian dinyatakan positif COVID-19.

"Dan beliau melakukan isolasi mandiri selama 10 hari. Setiap orang diharapkan untuk mengikuti aturan yang sama, karena kita semua berada dalam situasi ini bersama-sama," tutur Dubes Inggris tersebut.

Dikatakan bahwa beberapa laporan juga menyebutkan isu lain yang terjadi selama akhir pekan sebelumnya, yang mengharuskan sejumlah individu yang terlibat dalam turnamen untuk mengisolasi diri, sementara tes rutin COVID-19 diulang. Tes yang berulang semuanya menunjukkan hasil negatif dan atas saran dari penasihat perlindungan kesehatan, individu-individu tersebut dapat kembali melanjutkan keikutsertaannya di All England. Insiden ini tidak ada hubungannya dengan kejadian yang menimpa tim Indonesia karena tidak ada indikasi bahwa salah satu dari pemain tersebut memiliki kontak dengan kasus positif COVID-19.

"Sangat disayangkan dan mengecewakan bahwa tim Indonesia tidak dapat mengikuti turnamen All England - terutama untuk seluruh kontingen Indonesia dan semua penggemar bulu tangkis," kata Jenkins.

"Para pemain telah berlatih sangat keras untuk bertanding, dan banyak orang telah bekerja sangat keras agar turnamen All-England berlangsung di lingkungan yang aman bagi semua atlet yang bertanding dan staf terkait lainnya," tandasnya.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar