Militer Myanmar Makin Sadis, Tewaskan 8 Warga dalam Bentrokan Hari Ini

Jum'at, 19/03/2021 20:39 WIB
Militer Myanmar tewaskan 8 warga dalam bentrokan hari ini  (AP/STR)

Militer Myanmar tewaskan 8 warga dalam bentrokan hari ini (AP/STR)

law-justice.co - Kekejaman militer Myanmar terhadap warganyan kian mengerikan. Mereka kembali menggunakan kekuatan mematikan dalam menghadapi para demonstran antikudeta sehingga menewaskan sedikitnya delapan orang dalam unjuk rasa pada Jumat (19/3/2021) hari ini.

Seperti dilansir Reuters, penggunaan taktik kekerasan oleh polisi dan militer Myanmar semakin meningkat demi menekan unjuk rasa yang digelar para pendukung pemimpin de-facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, yang dilengserkan dan ditahan sejak kudeta pada 1 Februari lalu. Namun penggunaan kekerasan yang berlebihan, termasuk pengerahan peluru tajam, oleh pasukan keamanan Myanmar tidak mampu menghentikan aksi protes yang terus berlanjut dan bahkan semakin meluas.

Dalam unjuk rasa terbaru di kota Aungan, pasukan keamanan Myanmar mengerahkan gas air mata untuk membubarkan demonstran. Laporan media lokal dan saksi mata menyebut mereka kemudian melepaskan tembakan peluru tajam dalam bentrokan saat berupaya membersihkan barikade yang dipasang demonstran.

"Pasukan keamanan datang untuk memindahkan pembatas tapi orang-orang melawan dan mereka melepaskan tembakan," tutur salah satu saksi mata yang menolak disebut namanya, dari kota Aungban via telepon.

Secara terpisah, seorang pejabat layanan pemakaman kota Aungban, yang juga enggan disebut identitasnya, menuturkan kepada Reuters bahwa delapan orang tewas tertembak.

Tujuh orang di antaranya tewas seketika di lokasi unjuk rasa, sedangkan satu orang lainnya mengalami luka-luka sebelum akhirnya meninggal dunia setelah dibawa ke rumah sakit di kota Kalaw.

Juru bicara junta militer Myanmar belum mengomentari laporan jatuhnya korban jiwa dalam unjuk rasa pada Jumat (19/3) waktu setempat. Sebelumnya, otoritas junta militer Myanmar menyatakan pasukan keamanan hanya menggunakan kekerasan saat diperlukan. Penjelasan itu dicemooh oleh para pengkritik junta.

Menurut laporan terbaru dari kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, total sedikitnya 232 orang tewas dalam unjuk rasa selama beberapa pekan terakhir.

Sementara itu, menurut warga lokal, polisi di kota Yangon memaksa orang-orang untuk membersihkan barikade yang dipasang demonstran. Laporan saksi mata dan media lokal juga menyebut demonstran kembali beraksi di kota Mandalay, Myingyan dan Katha, serta Myawaddy.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar