Yudi Latif: Saat Kuasa Tanpa Mulia

Yudi Latif (setkab)
law-justice.co - Saudaraku, banyak orang mencari kehormatan dalam gelar dan jabatan tanpa memenuhi nilai-nilai prinsipil dan tanggung jawab dari kedudukannya. "Aib terbesar," kata Juvenalis, "ketika kamu lebih mementingkan penghidupan ketimbang harga diri, sementara demi penghidupan itu sendiri engkau telah kehilangan prinsip-prinsip kehidupan."
Demikian dikatakan pengamat politik dan kemasyarakatan, Yudi Latif dalam instagramnya. Yudi mengutip pemikiran Sutan Sjahrir, salah seorang negarawan-pemikir terbaik bangsa ini, yang sejak lama merisaukan fenomena seperti itu.
Dalam catatan harian dari balik penjara, dengan nama samaran Sjahrazad, yang dibukukan dalam Renungan Indonesia, Bung Sjahrir menulis, "Bagi kebanyakan orang-orang kita `yang bertitel`—saya pakai perkataan ini akan pengganti `intelektuil`, sebab di Indonesia ini ukuran orang bukan terutama tingkat penghidupan intelek, akan tetapi pendidikan sekolah—bagi `orang-orang yang bertitel` itu pengertian ilmu tetap hanya pakaian bagus belaka, bukan keuntungan batin. Bagi mereka ilmu itu tetap hanya suatu barang yang mati, bukan hakekat yang hidup, berubah-ubah dan senantiasa harus diberi makan dan dipelihara."
Masalah kegilaan pada titel (gelar) tanpa kedalaman ilmu, yang dicatat Bung Sjahrir pada 20 April 1934 itu, situasinya tidak tambah membaik, bahkan memburuk. Gelar-gelar akademis dikejar banyak orang sebagai pelengkap jabatan. Lebih parah lagi, banyak dosen/peneliti memburu gelar profesor tanpa merasa perlu mempertanggungjawabkan kapabilitas keilmuannya, tegas Yudi.
Komentar