5 Tahun ke Depan Orang Super Kaya Indonesia Bisa Melebihi China

Rabu, 03/03/2021 04:26 WIB
Salah satu crazy rich Indonesia, Claudia Sondakh (kiri) (bisnis)

Salah satu crazy rich Indonesia, Claudia Sondakh (kiri) (bisnis)

law-justice.co - Wealth Report 2021, perusahaan properti yang bermarkas di London, Knight Frank, melaporkan bahwa jumlah crazy rich atau orang super kaya Indonesia akan naik 67% dalam lima tahun ke depan sampai 2025. Berdasarkan laporan yang terbit pada Selasa (2/3/2021) itu, jumlah orang super kaya di Indonesia akan jauh melebihi jumlah crazy rich di India dan China.

"Jumlah orang dengan nilai individual ultra tinggi yakni mereka dengan kekayaan US$30 juta ke atas (Rp 427 miliar) diperkirakan akan meningkat 67,2% dalam lima tahun ke depan," kata Victoria Garret, kepala unit residensial Knight Frank untuk Asia-Pasifik seperti dilansir dari BBC News Indonesia.

"Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan China daratan yang diperkirakan hanya akan tumbuh sekitar 46,3%," tambahnya.

Tetapi dari sisi jumlah individu, menurut Victoria, orang super kaya di China pada 2025 diperkirakan menjadi 103.000 sementara Indonesia sekitar 1.000.

Laporan kekayaan atau Wealth Report ini menetapkan kategori individu dengan kekayaan ultra tinggi, ultra-high-net-worth individual ( UHNWI) atau mereka yang memiliki US$30 juta ke atas (Rp427 miliar) termasuk aset rumah.

Tidak disebutkan dalam sektor mana orang-orang super kaya ini akan muncul namun faktor penduduk muda disebut termasuk pemicu. "Penelitian kami memperkirakan penduduk dunia dengan kategori UHNWI akan naik 27% dalam lima tahun ke depan," menurut laporan itu.

Asia berada di tingkat teratas pertumbuhan UHNWI dengan kenaikan 39%, dipimpin Indonesia dengan 67% dan India dengan 63%. Dalam tingkat global, kenaikan orang super kaya di Asia naik dari 22% menjadi 24%. Eropa berada di posisi kedua, menjadi benua kedua terbesar dengan orang super kaya dengan kenaikan 23% dan jumlah orang sangat kaya menjadi 185.860.

Kenaikan terbesar di Eropa diperkirakan di Polandia dengan 61% dan Swedia dengan 59%.

"Walaupun Covid-19 masih jauh dari dikendalikan di banyak wilayah di dunia, Laporan Kekayaan ini menekankan bahwa perkiraan tahun ini menunjukkan optimisme atas bangkitnya siklus ekonomi baru dan membuka harapan baru untuk dunia paska pandemi," tulis The Wealth Report.

Penduduk muda dan meningkatnya kelas menengah

Tidak ada rincian di sektor mana saja orang super kaya ini akan muncul, namun faktor pendorong adalah populasi muda.

"Tak ada informasi rinci dari sektor mana saja individu ini muncul, namun yang dapat kami katakan adalah dalam jangka panjang, perekonomian Indonesia akan tumbuh pesat karena besarnya populasi muda dan meningkat pesatnya kelompok menengah."

"Faktor-faktor inilah yang dapat bertahan pada jangka panjang. Selain itu, faktor ini terkait juga dengan meningkat pesatnya sektor konsumen dan individu-individu yang terkait sektor ini adalah mereka yang menikmati keuntungan ini."

"Salah satu contoh adalah Go-Jek yang berkembang dari aplikasi transportasi menjadi aplikasi super untuk pembayaran dan pesan antar," kata Victoria lagi.

Victoria juga mengatakan program vaksinasi (yang dimulai Januari lalu) akan membantu pemulihan ekonomi Indonesia karena "sentimen di lapangan membaik dan akan membuka jalan pertumbuhan kemakmuran."

Siapa saja crazy rich Indonesians?

Laporan South China Morning Post September lalu, menyebut mereka yang masuk kategori super kaya ini mulai dari Claudia Sondakh dengan bisnis Plentyfull, Felicia Kawilarang Aluwi dengan perusahaan Halodoc, serta Arya Bakrie. Selain terlibat bisnis, mereka juga mewarisi kekayaan keluarga.

Claudia Sondakh menjalankan bisnis Plentyfull di Singapura. Sebelum berkecimpung di restoran, ia pernah turun dalam bidang fashion. Karirnya di sejumlah bidang, tertopang berkat ayahnya Peter Sondakh dan suaminya Evan Kwee.

Sementara Arya Bakrie, keponakan Aburizal Bakrie, dengan kekayaan US$2,1 miliar, adalah direktur PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).

Setelah Indonesia, jumlah orang super kaya yang meningkat, terjadi di India, dengan kenaikan tahunan 63%. Hal itu menempatkan dua negara Asia di posisi teratas. Polandia, Swedia, Prancis dan Selandia Baru menduduki tempat ketiga sampai keenam. Sementara China daratan berada di tempat ketujuh, dengan kenaikan orang super kaya sebesar 46%.

Berdasarkan kawasan, Asia memimpin dengan jumlah individu yang sangat kaya diperkirakan berjumlah 39% dalam lima tahun sampai 2025, disusul dengan Afrika dengan kenaikan 33%.

Perkiraan kenaikan di tingkat global adalah 27% dengan jumlah untuk Amerika Utara, Timur Tengah, Amerika Latin dan Eropa berkisar antara 23%-25%.

Penduduk muda di Indonesia merupakan salah satu pendorong naiknya orang-orang super kaya, menurut Knight Frank.
Menurut data Knight Frank, jumlah taipan di Asia Pasifik paling tinggi dibandingkan kawasan lain dan mencapai 36% dari data dunia.

Dan pada 2025, jumlah orang super kaya di Asia Pasifik diperkirakan mencapai seperempat dari jumlah orang kaya dunia. Victoria Garrett - juga dalam wawancara dengan Nikkei Asia - mengatakan pandemi Covid-19 memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia, namun secara umum, Asia Pasifik beradaptasi dengan adanya tren dan peluang baru, sehingga memperkuat posisi sebagai kawasan orang super kaya.

"Vaksin telah diluncurkan di seluruh dunia, dan individu yang super kaya di Asia Pasifik lebih percaya diri dalam upaya pemulihan," kata Victoria.

Menurut data dari Fitch Solutions bulan ini, pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia akan cukup baik. Laporan Fitch menunjukkan pertumbuhan "China diperkirakan 10,2% tahun 2021, setelah melambat hanya 2,3% pada 2020, dan China akan menjadi negara Asia dengan pertumbuhan terpesat."

"Kami perkirakan India akan menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi kedua tertinggi dengan 9,5% menyusul kontraksi pada 2020 sebesar 8,6%."

Pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia diperkirakan meningkat antara 4,5% sampai 5,5% tahun ini setelah kontraksi hampir 2,1% pada 2020. Program vaksinasi dimulai Januari lalu dengan sasaran 181 juta orang - 70% penduduk - divaksin pada Maret 2022.

Namun, momentum pemulihan ekonomi masih dibayangi ketidakpastian. "Pada 2021, kami tetap berhati-hati dalam memperkirakan pulihnya permintaan domestik," kata Sung Eun Jung, seorang ekonom di Oxford Economics yang menulis laporan tentang Indonesia bulan ini.

"Pengetatan kembali kegiatan masyarakat di Jawa-Bali pada Januari akan menyebabkan semakin melemahnya momentum pemulihan ekonomi terkait konsumsi," kata Sung kepada Nikkei Asia

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar