4 Obat Ini Disebut Bisa Sembuhkan Covid-19, Apakah Ampuh?

Selasa, 02/03/2021 23:26 WIB
Obat khusus untuk sembuhkan Covid-19 (kompas)

Obat khusus untuk sembuhkan Covid-19 (kompas)

law-justice.co - Obat khusus untuk menyembuhkan Covid-19 hingga saat ini belum ada. Kini, para ahli terus berusaha untuk menemukan kandidat obat yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasinya.

Beberapa di antaranya adalah obat-obatan yang dulu pernah digunakan pada wabah besar seperti SARS dan MERS. Meski begitu, ada beberapa jenis obat digadang-gadang bisa menyembuhkan pasien Covid-19.

Berikut beberapa jenis obat-obatan yang menjadi perhatian WHO dan peneliti kesehatan untuk menyembuhkan virus corona, dikutip dari The Verge.

Klorokuin dan Hydroxychloroquine

Kedua jenis obat ini sebelumnya dikenal sebagai obat malaria. Panel ilmiah WHO yang merancang proyek SOLIDARITY awalnya memutuskan tidak melanjutkan penelitian pada klorokuin dan hidroksi klorokuin tetapi berubah pikiran pada 13 Maret 2020 karena menunjukkan hasil cukup signifikan di beberapa negara.

Peneliti di Prancis juga telah menerbitkan studi di mana mereka merawat 20 pasien Covid-19 dengan hydroxychloroquine. Mereka menyimpulkan obat ini secara signifikan mengurangi viral load pada uji swab.

Namun Society of Critical Care Medicine Amerika Serikat menyebut tidak ada cukup bukti untuk mengeluarkan rekomendasi tentang penggunaan klorokuin atau hidroksi klorokuin pada pasien Covid-19 dewasa yang sakit kritis.

Hydroxychloroquine, khususnya, mungkin lebih berbahaya. Obat ini memiliki berbagai efek samping dan dapat membahayakan jantung.

Remdesivir

Ini merupakan obat pertama yang disetujui Food and Drug Administration (FDA) sebagai pengobatan untuk infeksi virus corona dan masih dipertanyakan keampuhannya. Ini adalah obat antivirus yang diberikan melalui infus kepada pasien berusia di atas 12 tahun yang dirawat di rumah sakit karena masalah pernapasan terkait Covid-19.

Remdesivir sering diberikan bersamaan dengan steroid deksametason. Pada studi awal, pasien infeksi virus corona yang memenuhi kriteria dan mendapat remdesivir memiliki waktu rawat inap lebih singkat di rumah sakit, dan ada anggapan obat itu memperkecil kematian. Namun, studi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menunjukkan hasil yang luar biasa.

Ritonavir-Lopinavir

Obat kombinasi Ritonavir-Lopinavir yang dijual dengan merek Kaltera awalnya digunakan pada tahun 2000 untuk mengobati infeksi HIV. Pada bulan Februari lalu, dokter di Thailand mengatakan mereka melihat adanya perbaikan kondisi pasien COVID-19 saat diberi kombinasi obat Ritonavir-Lopinavir.

Saat ini WHO sedang menguji kombinasi obat tersebut bersama dengan anti-inflamasi interferon beta, yang diproduksi tubuh secara alami untuk menangkal virus.

Ritonavir-Lopinavir dan Interferon-beta

Tim peneliti WHO, SOLIDARITY, juga akan menggabungkan dua antivirus dengan interferon-beta, sebuah molekul yang terlibat dalam mengatur peradangan dalam tubuh. Kombinasi ketiga obat tersebut sekarang sedang diuji pada pasien MERS di Arab Saudi dalam uji coba terkontrol acak pertama untuk penyakit itu.

Tetapi penggunaan interferon-beta pada pasien dengan Covid-19 yang parah mungkin berisiko. Jika obat diberikan terlambat, penyakit ini dapat dengan mudah menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih buruk daripada membantu pasien

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar