Gara-gara Vaksin, WHO Sampai Pusing, Ini Penyebabnya

Sabtu, 27/02/2021 10:52 WIB
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengaku prihatin dengan ketidakadilan pembagian vaksin Covid-19 (kompas)

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengaku prihatin dengan ketidakadilan pembagian vaksin Covid-19 (kompas)

Jakarta, law-justice.co - Kemunculan virus Corona membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pusing. Setelah vaksin muncul, WHO makin pusing karena adanya pasokan vakin yang tak adil ke seluruh dunia.

Pasalnya, sejumlah negara kaya agresif berburu kesepakatan langsung dengan perusahaan obat guna mendapat vaksin. Ini disebut WHO menjadi ancaman dan membahayakan pasokan vaksin ke negara miskin dan berpenghasilan menegah, terutama yang tergabung dalam Covax.

"Sekarang, beberapa negara masih mengejar kesepakatan yang akan membahayakan pasokan COVAX. Tanpa ragu," kata penasihat senior WHO Bruce Aylward mengatakan dalam sebuah pengarahan, dikutip Reuters Sabtu (26/2/2021).

WHO sendiri telah lama meminta negara kaya untuk membagi vaksin secara adil. COVAX, pada hakikatnya akan membagikan 1,3 juta miliar vaksin ke negara miskin dan berkembang tahun ini namun hingga kini peluncuran sangat lambat.

Hal senada juga dikatakan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Ia mengatakan pasokan dan distribusi vaksin sangat rapuh.

"Kami tidak bisa mengalahkan Covid tanpa ekuitas vaksin. Dunia kita tidak akan pulih cukup cepat tanpa ekuitas vaksin. ini jelas," tegasnya.

"Kami telah membuat kemajuan besar. Tapi kemajuan itu rapuh. Kami perlu mempercepat pasokan dan distribusi vaksin. (Namun) kami tidak dapat melakukannya jika beberapa negara terus mendekati produsen yang memproduksi vaksin yang diandalkan COVAX."

Sebelumnya Organisasi perdagangan Dunia (WTO) juga membuka gagasan agar negara maju melepaskan sementara waktu `hak kekayaan intelektual` atas vaksin untuk melawan Covid-19. Ini sebelumnya kerap ditentang negara-negara kaya dengan industri farmasi besar.

"Prioritas utamanya adalah memastikan badan perdagangan berbuat lebih banyak untuk mengatasi pandemi Coviid-19, menyebut disparitas dalam tingkat vaksin antara kaya dan miskin tidak masuk akal" tulis Reuters mengutip Kepala WTO Ngozi Okojo-Iweala, yang baru terpilih.

WTO sendiri akan segera melakukan konsesus ke 164 anggotanya. Namun jika deadlock, akan ada pemungutan suara.

Data Worldometers, menunjukkan ada 113 juta orang di dunia telah terinfeksi corona dengan kematian mencapai 2,5 juta. Sebanyak 89 juta orang telah sembuh dari penyakit ini.

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar